Jakarta -
Bunda suka mengamati nggak, dalam situasi yang gimana jadi lebih mudah sensi dan baperan? Saya dan beberapa bunda lainnya ternyata merasa lebih gampang sensi kalau lagi
lapar dan kecapaian.
"Saya kalau lagi lapar terus melihat anak-anak yang pada rebut-rebutan, jadi lebih sensitif," kata Elvina Lim Kusumo, penulis buku 'Real Mom Real Journey' di sela launching bukunya beberapa waktu lalu.
Hal yang sama dialami juga oleh Mella Megantara, seorang bunda yang berasal dari Bandung. "Kita harus cukup istirahat, jangan sampai lapar juga biar nggak sensi," kata Mella dalam acara yang sama.
Menurutnya wajar banget sih kalau kecapaian, lapar dan kurang tidur bikin mood nggak oke. Nah, kalau sudah begini, saatnya kita minta bantuan orang lain, Bun. Misalnya saja minta bantuan ke suami untuk menjaga anak sebentar agar kita bisa tidur siang sesaat. Atau biar nggak kecapaian, sesekali nggak usah masak, dan sebagai gantinya beli lauk di warung nasi.
Namanya ibu-ibu ya Bun, pasti ada banyak hal yang mesti dikerjakan sejak bangun tidur di pagi hari, sampai menjelang tidur di malam hari. Artinya apa? Kita butuh energi yang banyak. Agar energi kita tercukupi, makanya kita harus makan dan istirahat yang cukup.
Jangan sampai cuma makan satu kali dalam sehari ya karena memang terbukti memicu kelelahan, sakit kepala, emosi dan cepat marah, serta penurunan kemampuan berpikir.
Tim peneliti dari Ohio State University pernah lho melakukan penelitian untuk mencari tahu kaitan marah-marah dan perasaan sensitif juga baperan. Dari studinya diketahui, orang dengan gula darah rendah lebih gampang tersulut emosinya. Nah, biasanya gula darah rendah ini dimiliki oleh mereka yang sedang lapar.
Untuk diketahui, gula atau glukosa digunakan oleh otak untuk membantu mengatur self-control. Tanpa 'bahan bakar' ini, tentu saja orang-orang kesulitan untuk mengendalikan emosi seperti amarah dan agresi.
"Itulah sebabnya orang yang kelaparan biasanya sangat mudah tersinggung," kata ketua tim peneliti, Brad Bushman, profesor ilmu komunikasi dan psikologi dari Ohio State University, seperti dikutip dari CNN.
(Nurvita Indarini/rdn)