moms-life
Kita Termasuk Orang Tua Permisif atau Bukan?
Kamis, 04 Jan 2018 17:05 WIB
Jakarta -
Tiap orang tua pasti sayang anak-anaknya. Tapi, dalam pengasuhan biasanya berbeda-beda. Nah, salah satu gaya pengasuhan anak adalah permisif. Apakah kita termasuk orang tua yang menerapkan hal ini?
Orang tua permisif membiarkan anaknya memiliki kebebasan. Namun ketika tiba waktunya menetapkan batasan dan mengatakan 'tidak', prosesnya melibatkan banyak negosiasi antara orang tua dan anak.
Pada tahun 1960-an, psikolog Diana Baumrind melakukan sebuah penelitian yang mengidentifikasi berbagai gaya pengasuhan oleh orang tua yakni otoriter, otoritatif, dan permisif. Kemudian, Eleanor Maccoby dan Peter Martin memperluas daftar gaya pengasuhan.
Lawannya permisif itu pola asuh otoriter, yakni ada peraturan dan hukuman yang ketat. Selain itu ada juga pola tidak terlibat yaitu orang tua sedikit berinteraksi dan sedikit tuntunan dengan anak.
Pola pengasuhan ini memang sudah jelas, tapi bukan berarti jika orang tua harus atau digambarkan dengan satu gaya pengasuhan. Banyak juga orang tua yang menggunakan gaya pengasuhan yang berbeda, semua tergantung waktu dan anaknya.
"Sama seperti beberapa anak membutuhkan guru yang ketat untuk berkembang. Sementara lainnya membutuhkan guru yang lebih peduli untuk melakukan aktivitas yang lebih kreatif. Anak yang berbeda memerlukan gaya pengasuhan yang berbeda," kata pekerja sosial, Jill Kaiser.
Kaiser juga mengajak orang tua merenung mengapa memilih gaya pengasuhan tertentu. Apakah itu merupakan cermin dari gaya pengasuhan dari orang tua mereka sebelumnya? Beberapa orang yang tumbuh dalam keluarga yang otoriter berjanji akan melakukan hal sebaliknya terhadap anaknya, sehingga jadilah orang tua yang menerapkan pengasuhan permisif.
Meski gaya pengasuhan macam-macam jenisnya, bukan berarti yang satu lebih baik dibanding yang lain. Khusus gaya pengasuhan permisif, berikut ini tanda-tanda kalau kita menerapkan gaya pengasuhan permisif:
1. Tidak Ada Jam Tidur
Si kecil yang berusia delapan tahun masih saja melek meski sudah tengah malam. Mungkin ini karena kita tipe orang tua permisif. Karena biasanya orang tua permisif sangat longgar terkait waktu tidur anak.
Laura Kastner, Ph.D., dari University of Washington School of Medicine, mengatakan kebanyakan orang tua yang sibuk tidak ingin waktu keluarga menjadi argumen, jadi mereka tidak mengatur waktu tidur yang ketat. Orang tua ini merasa bisa memberitahu anaknya tentang waktu tidur jika suasananya tenang, bersikap tegas, bukan memicu argumen.
Soal jam tidur anak, setiap keluarga mungkin punya aturan yang berbeda. Tapi sebenarnya penting banget sih, Bun, untuk menerapkan aturan soal jam tidur agar kita tahu anak punya waktu untuk cukup tidur atau nggak.
2. Anak Sulit Mengontrol Diri
Ketika anak sulit mengontrol dirinya, yuk coba kita lihat diri kita sendiri. Pola pengasuhan seperti apa yang sudah kita terapkan pada anak sehingga mereka jadi kesulitan mengontrol dirinya.
Penelitian tahun 2013 yang dilakukan oleh peneliti Belanda menyimpulkan kebanyakan aturan atau terlalu sedikit aturan nggak bagus juga, Bun. Anak jadi memiliki masalah dengan mengontrol diri sendiri.
Kesimpulan diambil setelah peneliti mempelajari anak-anak Amerika yang tinggal di Belanda. Mereka menemukan anak dengan orang tua otoriter dan permisif memiliki lebih banyak masalah dalam mengendalikan emosi.
Kalau sulit mengontrol diri maka anak akan sulit juga dalam menjalin hubungan dengan rekan kerja, menjalin huhungan dengan guru, bernegosiasi dengan dunia sosial, dan sulit untuk berhasil secara akademis.
3. Anak-anak Suka melawan
Sebuah penelitian dari University of Texas menunjukkan anak dari keluarga permisif cenderung melakukan agresi sosial selama beberapa tahun. Dan apabila anak agresif secara fisik, maka akan menyebabkan masalah kepada dirinya dan orang lain.
Peneliti menyimpulkan orang tua yang kurang memberikan batasan pada perilaku anaknya, bisa berkonsekuensi jangka panjang dalam menjalin hubungan.
Selain itu, anak-anak dari orang tua permisif belajar bahwa setiap peraturan yang ada memang fleksibel. Ini menyebabkan anak senang bernegosiasi dengan orang tua. Dan orang tua yang permisif malah mengesampingkan manipulasi ini dan membiarkan siklus itu berulang setiap hari.
4. Tak Menetapkan Batas
Orang tua permisif tidak menetapkan batasan pada anak-anaknya. Jadi anak bebas menonton televisi, meski mereka melakukannya hampir seharian.
Penelitian menunjukkan anak-anak yang tidak memiliki batasan berjuang dengan harga diri saat mereka masuk perguruan tinggi dan memiliki tingkat penggunaan alkohol yang lebih tinggi saat remaja.
5. Menyuap Anak-anak
Apakah Bunda sering 'menyuap' anak-anak agar mau melakukan sesuatu? Misalnya saja, kalau mau menyelesaikan PR bakal dikasih es krim.
Menurut Parenting Science, kalau kita sering menggunakan taktik seperti itu, maka hal tersebut menjadi pertanda kita adalah orang tua permisif. Dalam jangka panjang kalau kita sering menjanjikan imbalan atas hal yang dilakukan anak, maka dampak ke depannya nggak bagus. Karena anak termotivasi melakukan sesuatu karena imbalan dan bukan karena sadar akan kewajibannya.
Pola Asuh yang Benar
Setiap keluarga pasti punya harapan dan keinginan kepada anaknya kan Bun. Untuk mencapainya segala cara dicoba. Tapi terkadang, cara yang ditempuh atau pola asuh yang diterapkan terlalu berlebihan.
Pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan yang diberikan. Lalu bagaimana pola asuh yang benar?
"Sebenarnya tidak ada pola asuh yang benar atau salah terhadap anak. Pola asuh yang paling tepat adalah menyesuaikannya dengan situasi atau menggunakan teknik tarik ulur," ujar psikolog anak, Alzena Masykouri MPsi, saat dihubungi detikHealth.
Tapi, dalam pelaksanaannya orangtua jangan kaku atau terbatas pada pola asuh yang itu-itu saja. Cobalah menyesuaikannya dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki anak.
"Yang tidak boleh atau harus dihindari orangtua adalah pola asuh yang terlalu berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik. Jadi yang sedang-sedang saja," kata Alzena. (Nurvita Indarini)
Orang tua permisif membiarkan anaknya memiliki kebebasan. Namun ketika tiba waktunya menetapkan batasan dan mengatakan 'tidak', prosesnya melibatkan banyak negosiasi antara orang tua dan anak.
Pada tahun 1960-an, psikolog Diana Baumrind melakukan sebuah penelitian yang mengidentifikasi berbagai gaya pengasuhan oleh orang tua yakni otoriter, otoritatif, dan permisif. Kemudian, Eleanor Maccoby dan Peter Martin memperluas daftar gaya pengasuhan.
Lawannya permisif itu pola asuh otoriter, yakni ada peraturan dan hukuman yang ketat. Selain itu ada juga pola tidak terlibat yaitu orang tua sedikit berinteraksi dan sedikit tuntunan dengan anak.
Pola pengasuhan ini memang sudah jelas, tapi bukan berarti jika orang tua harus atau digambarkan dengan satu gaya pengasuhan. Banyak juga orang tua yang menggunakan gaya pengasuhan yang berbeda, semua tergantung waktu dan anaknya.
"Sama seperti beberapa anak membutuhkan guru yang ketat untuk berkembang. Sementara lainnya membutuhkan guru yang lebih peduli untuk melakukan aktivitas yang lebih kreatif. Anak yang berbeda memerlukan gaya pengasuhan yang berbeda," kata pekerja sosial, Jill Kaiser.
Kaiser juga mengajak orang tua merenung mengapa memilih gaya pengasuhan tertentu. Apakah itu merupakan cermin dari gaya pengasuhan dari orang tua mereka sebelumnya? Beberapa orang yang tumbuh dalam keluarga yang otoriter berjanji akan melakukan hal sebaliknya terhadap anaknya, sehingga jadilah orang tua yang menerapkan pengasuhan permisif.
Meski gaya pengasuhan macam-macam jenisnya, bukan berarti yang satu lebih baik dibanding yang lain. Khusus gaya pengasuhan permisif, berikut ini tanda-tanda kalau kita menerapkan gaya pengasuhan permisif:
1. Tidak Ada Jam Tidur
Si kecil yang berusia delapan tahun masih saja melek meski sudah tengah malam. Mungkin ini karena kita tipe orang tua permisif. Karena biasanya orang tua permisif sangat longgar terkait waktu tidur anak.
Laura Kastner, Ph.D., dari University of Washington School of Medicine, mengatakan kebanyakan orang tua yang sibuk tidak ingin waktu keluarga menjadi argumen, jadi mereka tidak mengatur waktu tidur yang ketat. Orang tua ini merasa bisa memberitahu anaknya tentang waktu tidur jika suasananya tenang, bersikap tegas, bukan memicu argumen.
Soal jam tidur anak, setiap keluarga mungkin punya aturan yang berbeda. Tapi sebenarnya penting banget sih, Bun, untuk menerapkan aturan soal jam tidur agar kita tahu anak punya waktu untuk cukup tidur atau nggak.
2. Anak Sulit Mengontrol Diri
Ketika anak sulit mengontrol dirinya, yuk coba kita lihat diri kita sendiri. Pola pengasuhan seperti apa yang sudah kita terapkan pada anak sehingga mereka jadi kesulitan mengontrol dirinya.
Penelitian tahun 2013 yang dilakukan oleh peneliti Belanda menyimpulkan kebanyakan aturan atau terlalu sedikit aturan nggak bagus juga, Bun. Anak jadi memiliki masalah dengan mengontrol diri sendiri.
Kesimpulan diambil setelah peneliti mempelajari anak-anak Amerika yang tinggal di Belanda. Mereka menemukan anak dengan orang tua otoriter dan permisif memiliki lebih banyak masalah dalam mengendalikan emosi.
Kalau sulit mengontrol diri maka anak akan sulit juga dalam menjalin hubungan dengan rekan kerja, menjalin huhungan dengan guru, bernegosiasi dengan dunia sosial, dan sulit untuk berhasil secara akademis.
3. Anak-anak Suka melawan
Sebuah penelitian dari University of Texas menunjukkan anak dari keluarga permisif cenderung melakukan agresi sosial selama beberapa tahun. Dan apabila anak agresif secara fisik, maka akan menyebabkan masalah kepada dirinya dan orang lain.
Peneliti menyimpulkan orang tua yang kurang memberikan batasan pada perilaku anaknya, bisa berkonsekuensi jangka panjang dalam menjalin hubungan.
Selain itu, anak-anak dari orang tua permisif belajar bahwa setiap peraturan yang ada memang fleksibel. Ini menyebabkan anak senang bernegosiasi dengan orang tua. Dan orang tua yang permisif malah mengesampingkan manipulasi ini dan membiarkan siklus itu berulang setiap hari.
4. Tak Menetapkan Batas
Orang tua permisif tidak menetapkan batasan pada anak-anaknya. Jadi anak bebas menonton televisi, meski mereka melakukannya hampir seharian.
Penelitian menunjukkan anak-anak yang tidak memiliki batasan berjuang dengan harga diri saat mereka masuk perguruan tinggi dan memiliki tingkat penggunaan alkohol yang lebih tinggi saat remaja.
5. Menyuap Anak-anak
Apakah Bunda sering 'menyuap' anak-anak agar mau melakukan sesuatu? Misalnya saja, kalau mau menyelesaikan PR bakal dikasih es krim.
Menurut Parenting Science, kalau kita sering menggunakan taktik seperti itu, maka hal tersebut menjadi pertanda kita adalah orang tua permisif. Dalam jangka panjang kalau kita sering menjanjikan imbalan atas hal yang dilakukan anak, maka dampak ke depannya nggak bagus. Karena anak termotivasi melakukan sesuatu karena imbalan dan bukan karena sadar akan kewajibannya.
Pola Asuh yang Benar
Setiap keluarga pasti punya harapan dan keinginan kepada anaknya kan Bun. Untuk mencapainya segala cara dicoba. Tapi terkadang, cara yang ditempuh atau pola asuh yang diterapkan terlalu berlebihan.
Pola asuh yang diberikan orang tua pada anaknya bisa dalam bentuk perlakuan fisik maupun psikis yang tercermin dalam tutur kata, sikap, perilaku, dan tindakan yang diberikan. Lalu bagaimana pola asuh yang benar?
"Sebenarnya tidak ada pola asuh yang benar atau salah terhadap anak. Pola asuh yang paling tepat adalah menyesuaikannya dengan situasi atau menggunakan teknik tarik ulur," ujar psikolog anak, Alzena Masykouri MPsi, saat dihubungi detikHealth.
Tapi, dalam pelaksanaannya orangtua jangan kaku atau terbatas pada pola asuh yang itu-itu saja. Cobalah menyesuaikannya dengan konteks kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki anak.
"Yang tidak boleh atau harus dihindari orangtua adalah pola asuh yang terlalu berlebihan, karena segala sesuatu yang berlebihan akan menjadi tidak baik. Jadi yang sedang-sedang saja," kata Alzena. (Nurvita Indarini)