Jakarta -
Di kantor disibukkan dengan setumpuk pekerjaan. Saat pulang ke rumah, sering kali harus tetap mengerjakan pekerjaan kantor yang dibawa pulang. Belum lagi mengurus keperluan anak-anak dan pekerjaan rumah tangga. Sungguh, di saat seperti ini, rasanya ingin menghentikan waktu sejenak.
Itu belum ditambah dengan berbagai kekhawatiran seperti apakah anak makan dengan benar di sekolah. Lalu ketika kita punya masalah dengan suami atau anggota keluarga yang lain. Duuh, fisik dan pikiran benar-benar terkuras.
Kadang kita sudah melakukan segala hal dengan baik, tapi nggak segala hal berjalan dengan baik. Kadang kita ingin lari lebih kencang, mengerjakan segala sesuatu lebih cepat, tapi entahlah, sering banget ada hal-hal kantor yang bikin kita nggak maksimal menjalankan pekerjaan rumah tangga. Sebaliknya, kadang kita merasa kurang maksimal mengerjakan kerjaan kantor yang dibawa pulang karena harus berbagi fokus dengan pekerjaan rumah.
Belum lagi kalau harus disalahkan orang terdekat, misalnya saat anak sakit perut, kita sebagai ibu dituding membiarkan anak jajan sembarangan. Kalau ada apa-apa dengan anak, selalu saja kita sebagai ibu adalah orang pertama yang diinterogasi atau mungkin disalahkan.
Semua berjalan begitu saja. Sering kali ya semua harus maklum bahwa ibulah yang paling bertanggung jawab atas semua. Kalau berjalan dengan baik ya sudah seharusnya, kalau nggak baik ibulah yang sering ditanya-tanya. Sering kali ibu berjalan begitu saja tanpa ada apresiasi dari orang terdekatnya.
Bahkan kita pun mungkin jadi nggak mengapresiasi diri sendiri. Padahal kalau kata Roslina Verauli SPsi MPsi, psikolog anak dan keluarga, apresiasi pada bunda itu penting banget.
Bentuk kurangnya apresiasi itu bisa macam-macam lho, Bun, seperti, nggak dapat feedback dan support dari orang terkasih atau lingkungan sekitar, juga nggak punya waktu buat diri sendiri. Nah, yang seperti ini bisa berdampak buruk buat kita.
"Dampaknya, one day orangnya (bunda) bisa depresi lalu akhirnya merasa tidak puas dalam pernikahannya juga dalam family-nya," papar perempuan yang akrab disapa Vera ini.
Vera menambahkan banyak lho perempuan yang ternyata secara nggak sadar malah tidak mengapresiasi dirinya sendiri karena para
bunda ini tidak terbiasa dapat feedback.
"Misal nih, ketika saya tanya, kamu tuh ibu yang gimana sih? Jarang dan malah nggak ada lho yang bilang secara bangga I'm a good mom. Rata-rata jawab, kayaknya saya ibu yang perhatian deh, yang gini deh, gitu deh. Semua pada ragu jawabnya padahal kita ini good mom lho," tutur Vera di sela-sela acara Fonterra Brands Indonesia dengan Kampanye 'Best Mom Ever', di Plataran Dharmawangsa, beberapa waktu lalu.
Jika seperti itu menurut Vera, kita jadi mempertanyakan diri kita sendiri tentang kemampuan kita menjadi
bunda. Harusnya ibu bisa lebih percaya diri apalagi ketika melihat anak-anaknya happy.
"Kalau saya sih caranya gini, lihat anak-anak sesuai dengan tumbuh kembangnya. Jika tumbuh kembangnya oke, secara emosional dan semuanya dalam diri anak berkembang berarti intinya ya udah. You are a good mom, titik," ungkap Vera.
Sekalipun anak punya gangguan atau pun nggak, jangan terlalu pikirkan hal tersebut, Bun. Kata Vera nggak apa anak punya gangguan yang terpenting dia optimal dari gangguannya dan anak tetap happy. Itu yang harus kita lihat, Bun.
Nah, sebagai bentuk apresiasi untuk Bunda, alangkah baiknya kalau orang-orang sekitar memberi support. Misalnya suami dengan memberikan ucapan terimakasih dan bersama sang istri merawat anak dan melakukan pekerjaan rumah.
Kalau sudah benar-benar lelah, Bun. Saat diri ini semakin banyak lupa dan nggak fokus, cobalah untuk mengambil jeda. Istirahatlah sejenak, berikan waktu untuk diri sendiri. Mungkin kita perlu ambil cuti 1-2 hari untuk tidak melakukan hal-hal lain, sama sekali tidak memegang pekerjaan kantor, lalu manfaatkan waktu yang ada untuk me-recharge diri ketika anak-anak pergi sekolah dan suami berangkat kerja.
Wahai Bunda dengan aktivitas tinggi, yuk kita ucapkan terimakasih pada raga ini... Terimakasih pada jiwa ini...
(aml)