Jakarta -
Kadang saat ibu lelah, sedih, dan merasa bersalah setelah melahirkan dianggap lebay. "Ya jadi ibu itu memang seperti itu, udah terima aja, jangan lebay deh." Kalimat semacam itu sering banget didengar. Seolah-olah ibu harus berjuang sendiri mengatasi hal-hal yang nggak enak, juga nggak boleh ngeluh.
Tapi kisah ibu yang satu ini semoga memberikan pelajaran berharga buat kita semua ya. Iya, Bun, bahwa depresi setelah melahirkan itu nyata. Bahkan kita nggak boleh abai pada 'sinyal-sinyal'
depresi seorang ibu yang baru melahirkan.
Ini cerita Nur Yana Yanah. Setelah melahirkan anak pertamanya, sebenarnya
depresi itu sudah dirasakan. Tapi ya sudah, depresi dibiarkan begitu saja tanpa penanganan. Dia berjuang keras untuk menghalau perasaan negatif yang sering mampir dengan susah payah.
Nah, ketika di melahirkan anaknya yang kedua, Bun, bunda yang akrab disapa Yana ini merasakan
depresinya lebih kuat. Depresi membuat ada dorongan untuk menyakiti diri sendiri. Dia merasa bersalah karena air susunya belum banyak sehingga khawatir banget bayinya kelaparan.
Bahkan suatu kali Yana pernah mengajak anak-anaknya untuk bunuh diri. "Jadi waktu itu saya ajak anak saya ke danau untuk bunuh diri. Tapi kemudian disamperin bapak-bapak dan akhirnya nggak jadi," tutur Yana di sela-sela kopi darat komunitas JabodetabekCikarang BabyWearers di Taman Melati, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Minggu (25/3/2018).
Apakah nggak sadar dengan yang dilakukan? "Sadar sih, cuma seperti nggak punya kuasa untuk melawan," ucap Yana.
Sampai setahun Yana mengalami depresi setelah melahirkan atau post partum depression. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari jalan keluar dengan konsultasi ke profesional seperti psikolog dan psikiater. Untunglah kondisinya membaik.
"Saya baru bisa bonding dengan bayi saya setelah 1 tahun. Saya nggak tahu kapan dia jalan, karena saya seperti buta. Anak saya ada speech delay mungkin karena memang jarang saya ajak ngobrol," tambah Yana.
Bunda Yana dan pengalaman postpartum depression/ Foto: Nurvita Indarini |
Baginya, saat depresi melanda, bayinya terlihat seperti bayi orang lain. Yana sendiri sering banget menghindari kontak sentuh dengan si bayi. Bahkan saat bayinya menangis, sering banget dia cuekin.
"Itu pikiran negatif dari depresi. Ternyata setelah pulih depresi, saya nggak benci Hana (nama anaknya), bukan berarti nggak menginginkan Hana. Hana titipan Tuhan yang berarti," imbuhnya.
Beberapa waktu kemudian, Yana kembali hamil. Bagaimana setelah anak ketiganya lahir? Ternyata depresi setelah melahirkan kembali datang. Tapi untungnya hal itu nggak lama dialami karena Yana dan suaminya sama-sama belajar bagaimana menghadapi depresi setelah melahirkan.
"Iya, postpartum depression memang bisa berulang. Tapi ini bukan ibu saja yang harus menanggung. Suami dan keluarga perlu ikut mengenali dan membantu mencari jalan keluar," terang Yana.
Nah, Ayah, Bunda, yuk kita lebih peka saat pasangan atau orang sekitar memberikan tanda-tanda depresi seperti merasa gelisah, nggak berguna, merasa bersalah, dan sebagainya setelah melahirkan si kecil. Terkadang ibu-ibu ini nggak butuh nasihat yang gimana-mana, dia cuma butuh didengar...
(Nurvita Indarini)