Jakarta -
Aih senangnya si kecil akhirnya lahir. Nah, umumnya nice problem dari ayah dan bunda yang baru saja punya bayi adalah waktu tidur yang nggak sebanyak dan senyenyak sebelumnya. Nah, tapi siapa ya yang lebih kurang tidur: ayah atau ibu?
Sebuah studi pada tahun 2013 melibatkan 21 pasangan ayah-ibu yang tengah memiliki pengalaman dengan bayi pertama mereka menemukan bahwa ayah sebenarnya lebih kurang tidur daripada ibu. Para ayah mengalami kantuk yang lebih kuat saat diukur dengan menggunakan pelacak di pergelangan tangan.
Namun penulis penelitian juga menemukan bahwa meskipun para ibu tidur lebih banyak, tidur mereka lebih sering terganggu. Kenapa? Karena ibu akan beberapa kali terbangun saat bayinya menangis minta menyusu. Baik ayah maupun ibu melaporkan perasaan tentang tingkat kelelahan yang sama, tetapi ibu memiliki skor yang lebih buruk pada tes neurobehavioral.
Penelitian serupa pernah digelar juga pada 2004 dengan melibatkan 72 pasangan nih, Bun. Di bulan pertama menjadi orang tua, dengan menggunakan pelacak di pergelangan tangan ditemukan pula ayah memiliki tidur yang kurang daripada ibu.
Para penulis mencatat bahwa faktor kerja memainkan peran dalam tingkat gangguan tidur. Baik ibu maupun ayah lebih sering terganggu tidurnya di bulan pertama saat memiliki bayi ketimbang bulan terakhir kehamilan. Dengan alasan ini, rasanya nggak berlebihan jika cuti melahirkan yang layak nggak hanya diberikan pada ibu saja, tapi ayah juga. Menurut Bunda, gimana?
Soalnya tanpa cuti melahirkan untuk ayah, di bulan-bulan pertama kelahiran si kecil, para ayah bisa kehilangan kewaspadaan dan kurang konsentrasi saat bekerja. Nggak mungkin kan ya, Bun, di malam hari sudah kurang tidur nih, lalu di kantor kurang tidur itu dibayar dengan tidur siang beberapa jam. Duh, bisa diomeli bos nih.
 Baru Punya Bayi, Siapa yang Lebih Kurang Tidur: Ibu atau Ayah?/ Foto: Thinkstock |
Studi juga menemukan kurang tidur lebih bahaya saat menyetir ketimbang menyetir sambil mabuk. Nggak cuma itu kurang tidur juga memicu masalah kesehatan lainnya, termasuk meningkatnya level stres, mengurangi kesabaran, dan bisa bahaya buat si bayi yang diasuh. Nah, kalau ayah atau ibunya punya sakit kejiwaan, kurang tidur bisa menyebabkan kekambuhan nih.
Dari penelitian diketahui juga para ibu terlalu melebih-lebihkan tentang seberapa baik ayah tidur. Dengan kata lain, para istri tidak mengira suaminya itu kurang tidur seperti yang dirasakan. Sebaliknya, para suami juga berpikir istrinya lebih moody dari yang sebenarnya dirasakan sang istri. Akhirnya apa? Kepuasan pernikahan di masa transisi menjadi orang tua ini menurun. Alhasil seringlah terjadi ribut-ribut kecil.
Nah, untuk ibu di rumah atau ibu bekerja yang sedang cuti melahirkan, perlu banget lho dapat bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Mungkin bisa menggunakan tenaga asisten rumah tangga atau batuan kerabat. Ini mengacu dari studi di Taiwan, Bun, bahwa perempuan yang tugas pekerjaan rumah tangganya dikurangi maka kualitas tidurnya jadi lebih baik pada periode pascapartum.
Jadi intinya kita perlu persiapan sebagai antisipasi saat kelelahan dan kurang tidur melanda di masa-masa awal punya bayi ya, Bun. Kalau memang ada cuti melahirkan untuk ayah, sebaiknya diambil saja. Kita juga nggak perlu malu untuk minta bantuan orang lain sebagai support system kita.
Selalu semangat ya, Bun!
(Nurvita Indarini)