HaiBunda

MOM'S LIFE

Maaf Ya, Nak, Saat Marah Bunda Sering Tak Mendengarkanmu

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 03 May 2018 09:09 WIB
Maaf Ya, Nak, Saat Marah Bunda Sering Tak Mendengarkanmu/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Saat marah, emosi rasanya udah meluap dan amarah di ubun-ubun. Kalau kayak gitu, biasanya Bunda mendengarkan apa yang dibicarakan anak nggak? Kalau saya, seringnya udah 'bablas' aja, Bun. Alias marah-marah dan apa yang diomongi anak jadi nggak saya dengar, hiks.

Kalau udah gitu saya merasa sedih banget deh. Padahal dalam pengasuhan memang sangat penting mendengarkan, demikian disampaikan ahli parenting Nikki Bush. Dalam kondisi panik termasuk saat marah-marah seringnya orang dewasa bahkan anak-anak nggak sepenuhnya mengembangkan seni mendengarkan, Bun.

"Mendengarkan adalah bagian yang sangat penting dari komunikasi namun itu menjadi seni yang hilang. Seringkalo kita menemukan diri ini berbicara tapi kita malah nggak mendengarkan. Padahal, seni percakapan itu adalah berbicara dan mendengarkan," kata Nikki.




Nikki menyebutkan semua orang memiliki perhatian yang terbagi karena kita memiliki apa yang disebut kebisingan teknologi. Kata Nikki, kita dilahirkan dengan dua telinga dan satu mulut. Karena itu kita harus mendengarkan dua kali lebih banyak daripada yang seharusnya kita bicarakan.

Kalau menurut Adele Faber dan Elaine Mazlish, mendengarkan itu penting. Dalam buku berjudul 'How to Talk So Kids Will Listen And Listen So Kids Will Talk' nih, disebutkan kebanyakan orang tumbuh dengan menyangkal perasaan.

Agar lancar dalam berbicara dan mendengarkan anak, kita harus belajar dan mempraktikkan metode bagaimana membantu anak mengetahui perasaannya. Beberapa di antaranya, cobalah mendengarkan anak dengan penuh perasaaan dan ketahui perasaannya dengan respons yang alami. Misalnya "Oh..." atau "Mmm, seperti itu."

Berbicara tentang mendengarkan anak, psikolog anak dan remaja dari RaQQi - Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi mengatakan, orang tua perlu membiasakan diri 'mendengar suara' anak. Sehingga, anak bisa melakukan sesuatu tanpa dipaksa. Sebab, jika anak terus dipaksa saat melakukan sesuatu, dia akan merasa dirinya tidak penting dan harus terus mengikuti apa kata orang lain.



Kalau anak misalnya nggak mau belajar karena mengantuk, lihat aja benar atau tidak dia ngantuk. Kalau anak memang mengantuk, maka kita ajak tidur dulu. Jadi jangan sampai hanya anak beralasan menghindari waktu belajar karena ingin main-main atau karena malas.

"Sehingga, anak juga belajar bahwa segala sesuatu yang nggak mau dia lakukan itu ada reason-nya," ujar Ratih dikutip dari detikHealth. (rdn)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Curhat Pengantin Dinyinyiri Anggota Keluarga yang Hadiri Resepsi Pernikahan

Mom's Life Annisa Karnesyia

Deretan Anak Artis Lulusan Hukum Universitas Ternama, Siti Adira Kania Putri Ikke Nurjanah Raih IPK 3.78

Mom's Life Amira Salsabila

Janin Kembar Tak Berkembang Ditemukan di Dada Remaja Laki-laki Ini, Dokter Ungkap Fakta Medisnya

Kehamilan Annisa Karnesyia

Pertanyaan 6 Kata yang Mendorong Kecerdasan Emosional pada Anak Laki-laki Menurut Psikolog

Parenting Nadhifa Fitrina

10 Kapas Wajah yang Bagus untuk Bersihkan Makeup

Rekomendasi Produk Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

5 Cara Artis Umumkan Kehamilan, Terbaru Potret Aline Adita Usai 7 Th Nanti Anak Pertama

Pertanyaan 6 Kata yang Mendorong Kecerdasan Emosional pada Anak Laki-laki Menurut Psikolog

Curhat Pengantin Dinyinyiri Anggota Keluarga yang Hadiri Resepsi Pernikahan

10 Kapas Wajah yang Bagus untuk Bersihkan Makeup

Janin Kembar Tak Berkembang Ditemukan di Dada Remaja Laki-laki Ini, Dokter Ungkap Fakta Medisnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK