Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Cerita Suami Kehilangan Istri yang Alami Depresi Pasca Melahirkan

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Sabtu, 02 Jun 2018 16:05 WIB

Depresi pasca melahirkan membuat istri pria ini pergi untuk selama-lamanya.
Cerita Suami Kehilangan Istri yang Alami Depresi Pasca Melahirkan/ Foto: ABC News
Utah, AS - Efek depresi pasca melahirkan atau postpartum depression pada ibu nggak main-main. Hal ini pula yang pernah dialami Eric Dyches, seorang suami yang istrinya meninggal dua tahun silam dan ini terkait dengan depresi pasca melahirkan yang dialaminya.

Istri Eric, Emily Dyches, meninggal di tahun 2016 saat dia berumur 39 tahu. Sebelumnya Emily mengalami depresi pasca melahirkan.

"Hal tersulit yang harus saya lakukan adalah memberi tahu anak-anak saya bahwa ibu mereka tidak akan pernah pulang ke rumah," kata Eric Dyches dilansir ABC News.

Depresi pasca melahirkan dialami Emily setelah melahirkan anak kelimanya. Memang, sebelumnya Emily sempat mengalami baby blues tiap habis melahirkan. Kala itu,
Emily gampang cemas, khawatir, dan gelisah plus susah tidur. Dokter sudah meresepkan antidepresan tapi nggak ada perubahan pada Emily. Dalam keseharian, Emily dikenal sosok yang menyenangkan.



Sampai suatu hari Eric mengajak Emily ke psikiater karena perubahan moodnya ya g ekstrem dan Emily dirawat inap selama 11 hari.

"Saat pulang, Emily bilang keadaannya membaik. Tapi sepertinya itu sebuah firasat karena beberapa hari kemudian dia mengalami kecelakaan. Emily yang cemas berusaha mencari tempat aman tapi justru di situ dia mengalami peristiwa nahas itu," kata Eric kepada People.

[Gambas:Instagram]



American College of OB/GYN berusaha mengampanyekan pentingnya pemeriksaan prenatal pada ibu hamil supaya depresi pasca melahirkan bisa dicegah. Berangkat dari pengalamannya, Eric ingin meningkatkan kesadaran akan depresi pasca melahirkan.

Dia lantas mendirikan 'The Emily Effect'. Sebuah yayasan yang menyediakan sumber daya dan dukungan untuk wanita yang mengalami gangguan mood terkait kehamilan. Organisasi tersebut sudah bekerja sama dengan RS setempat untuk melakukan skrining depresi pasca melahirkan.

"Saya pikir sudah waktunya kita menyadari apa yang dilalui seorang ibu dan membantu dunia gelap mereka. Dan, kami akan meningkatkan sumber daya untuk memastikan bahwa kami memiliki kepedulian yang mereka butuhkan," ungkap Eric.

Kalau menurut Amy-Rose White, psikoterapis perinatal dan founder of the Utah Maternal Mental Health Collaborative, diperkirakan 15 hingga 20 persen dari semua wanita mengalami depresi dan kecemasan pasca melahirkan serta menjadikannya komplikasi persalinan nomor satu.

"Ada suatu lapisan di mana wanita berada pada risiko tertinggi dalam penyakit mental selama masa reproduksi mereka bertahun-tahun. Tapi, mereka juga mendapat tritment yang makin baik ke sininya," tutur White.



White sangat kagum dengan keberanian dan tekad keluarga Eric ketika mereka mau bekerja tanpa lelah untuk memastikan wanita lain tidak mengalami nasib yang sama dengan Emily, inti dari pesan yang ingin disampaikan Eric adalah, kesadaran akan hal ini.

Psikolog keluarga Nuzulia Rahma menjelaskan pada intinya ibu dengan depresi pasca melahirkan merasa tidak puas, kecewa, atau sedih dengan kelahiran sang anak. Untuk mengatasi hal tersebut, dukungan keluarga amat penting.

Ketika sudah merasa sangat sedih, disarankan ibu jangan sungkan untuk meminta bantuan pada suami atau ahli. Nuzulia mengingatkan bahwa ibu yang baru melahirkan pastinya kelelahan. Secara fisik, ibu butuh waktu untuk dirinya sendiri sehingga perlu support yang konsisten mulai dari waktu menjaga anak misalnya.

"Secara mental butuh juga support misalnya suami mau mendengarkan keluh kesah, mengucapkan terima kasih, membawa hadiah, menghargai istri, itu semua akan sangat membantu menumbuhkan kembali rasa percaya diri," sambung Nuzulia dikutip dari detikhealth. (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda