
moms-life
Aku Berusaha Tegar Demi Anakku yang Memiliki ADHD
HaiBunda
Selasa, 05 Jun 2018 14:54 WIB

Jakarta -
Ini cerita tentang ketegaran seorang Bunda ketika mengetahui si kecil dilahirkan dalam kondisi spesial. Ya, bunda bernama Retno Dewanti Purba memiliki anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD.
"Buat saya, ini (memiliki anak yang spesial) adalah rezeki. Kita diberi cobaan, pada akhirnya beda tipis sama rezeki kok. Baik mendapat cobaan maupun rezeki, intinya untuk kita bisa belajar pada hal yang mungkin saat kondisi biasa kita nggak bisa tuh belajar hal tersebut," kata wanita yang merupakan psikolog dari SAUH Psychological Services.
Anak Neno, begitu dia akrab disapa didiagnosis ADHD di usia dewasa muda. Neno bilang saat pertama tahu diagnosis ini, ADHD masih jadi hal yang baru di Indonesia. Sehingga, Neno sendiri masih awam soal ADHD. Kebingungan pun dialami Neno misalnya dia nggak tahu harus bertindak apa dan bagaimana. Terlebih kondisi ini butuh biaya terapi yang nggak sedikit.
"Saat itu saya dan mungkin ibu-ibu yang berada di posisi saya cuma bertanya, 'Why me?'. Kenapa saya? Itu sangat wajar kok. Belum lagi ketika si dokter atau ahlinya yang bilang langsung ke kita. Waduh itu rasanya...," tutur Neno dalam acara Great Parents for Loved Ones di Decanter, Plaza Kuningan baru-baru ini.
Kadang menurut Neno, nggak gampang menerima berita buruk terkait kondisi anak. Meskipun dokter atau psikolog sudah berusaha menyampaikan itu dengan hati-hati, shock tetap dirasa Neno saat mendengar diagnosis putranya pertama kali.
Neno bilang, setelah periode kaget dan 'why me', akan ada namanya periode denial atau tidak terima dulu. Tanpa kita sadari, fase ini cukup membuang waktu apalagi gangguan tidak lazim seperti ini bisa membuat kita mencari tahu segala cara penyembuhannya dengan membabi buta. Di fase ini, seseorang bisa nggak berpikir realistis. Sehingga, kadang cara pengobatan yang nggak lazim pun dijalani.
"Pakai cara medis pun panjang prosesnya, dari satu opini ke berbagai opini lainnya. Saking kita udah banyak baca dan cari tahu, kita merasa jadi lebih pintar dari ahlinya. Dan pada saat itu nggak sedikit orang yang menyambungkan hal-hal berupa seakan kita sedang dihukum karena perbuatan masa lalu," papar Neno.
Dia menambahkan, di saat seperti itu kita memang harus menjauhkan diri dan pikiran yang justru menambah beban. Fase ini akan berakhir kok, Bun, dan berpindah pada fase menentukan apa yang bakal dilakukan untuk upaya menyembuhkan si keci. Dari situ, Neno belajar keras dan mencari jalan keluar bareng suami tercinta. Dia tahu bahwa dia sudah mencapai batas dan nggak bisa melakukan semuanya sendiri.
Dengan cara mulai mendiskusikan beberapa hal sederhana seperti siapa yang mau cari uang dan siapa yang mau di rumah atau jaga anak, hal itu dibicarakan Neno dan suami.
"Kalau waktu itu saya yang pilih berhenti bekerja. Saya himpun teman-teman dekat, minta bantuan mereka dan banyak ngobrol soal terapi. Saya juga dibantu sama psikolog-psikolog muda untuk bikin program," kata Neno.
Program yang ia buat untuk anaknya juga simpel-simpel, Bun. Neno tahu anak dengan ADHD suka melakukan sesuatu berulang sehingga ia membuat program di mana anak bisa melakukan hal berulang seperti memegang pensil lalu habis itu pegang sikat gigi.
"Anak dengan autisme sulit memegang sesuatu, makanya pelan-pelan saya latih tuh untuk pegang benda secara benar dulu," tutur Neno.
Setelah itu Neno mengajarkan anaknya untuk mau dipeluk karena biasanya anak dengan kondisi begini sulit untuk dipeluk. Setelah itu, program ditambah dengan melatih konsentrasi.
"Apa nih yang bisa melatih konsentrasi. Oh ya sudah saya coba berenang, itu paling baik buat melatih konsentrasi. Jadi saya mikir cari yang duabel, yang bisa dilakukan per-part. Kalau berenang gitu, harus dicoba dulu berani nggak masuk air, dari kaki, nanti ke badan terus mau nggak berenang dan seterusnya," ungkap Neno.
Setelah itu program untuk si kecil ditambah lagi dengan kegiatan di luar dan ada esensi berinteraksi dengan makhluk hidup seperti berkuda. Dengan begini anak dengan ADHD mau nggak mau harus berinteraksi.
Neno berpesan, dalam merawat anak yang 'spesial', kita sebagai orang tua punya batas dan kita yang tahu batas tersebut. Di saat itulah jangan segan minta bantuan orang lain karena nggak semua hal bisa kita lakukan sendiri. (rdn)
"Buat saya, ini (memiliki anak yang spesial) adalah rezeki. Kita diberi cobaan, pada akhirnya beda tipis sama rezeki kok. Baik mendapat cobaan maupun rezeki, intinya untuk kita bisa belajar pada hal yang mungkin saat kondisi biasa kita nggak bisa tuh belajar hal tersebut," kata wanita yang merupakan psikolog dari SAUH Psychological Services.
Anak Neno, begitu dia akrab disapa didiagnosis ADHD di usia dewasa muda. Neno bilang saat pertama tahu diagnosis ini, ADHD masih jadi hal yang baru di Indonesia. Sehingga, Neno sendiri masih awam soal ADHD. Kebingungan pun dialami Neno misalnya dia nggak tahu harus bertindak apa dan bagaimana. Terlebih kondisi ini butuh biaya terapi yang nggak sedikit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat itu saya dan mungkin ibu-ibu yang berada di posisi saya cuma bertanya, 'Why me?'. Kenapa saya? Itu sangat wajar kok. Belum lagi ketika si dokter atau ahlinya yang bilang langsung ke kita. Waduh itu rasanya...," tutur Neno dalam acara Great Parents for Loved Ones di Decanter, Plaza Kuningan baru-baru ini.
Kadang menurut Neno, nggak gampang menerima berita buruk terkait kondisi anak. Meskipun dokter atau psikolog sudah berusaha menyampaikan itu dengan hati-hati, shock tetap dirasa Neno saat mendengar diagnosis putranya pertama kali.
Neno bilang, setelah periode kaget dan 'why me', akan ada namanya periode denial atau tidak terima dulu. Tanpa kita sadari, fase ini cukup membuang waktu apalagi gangguan tidak lazim seperti ini bisa membuat kita mencari tahu segala cara penyembuhannya dengan membabi buta. Di fase ini, seseorang bisa nggak berpikir realistis. Sehingga, kadang cara pengobatan yang nggak lazim pun dijalani.
![]() |
"Pakai cara medis pun panjang prosesnya, dari satu opini ke berbagai opini lainnya. Saking kita udah banyak baca dan cari tahu, kita merasa jadi lebih pintar dari ahlinya. Dan pada saat itu nggak sedikit orang yang menyambungkan hal-hal berupa seakan kita sedang dihukum karena perbuatan masa lalu," papar Neno.
Dia menambahkan, di saat seperti itu kita memang harus menjauhkan diri dan pikiran yang justru menambah beban. Fase ini akan berakhir kok, Bun, dan berpindah pada fase menentukan apa yang bakal dilakukan untuk upaya menyembuhkan si keci. Dari situ, Neno belajar keras dan mencari jalan keluar bareng suami tercinta. Dia tahu bahwa dia sudah mencapai batas dan nggak bisa melakukan semuanya sendiri.
Dengan cara mulai mendiskusikan beberapa hal sederhana seperti siapa yang mau cari uang dan siapa yang mau di rumah atau jaga anak, hal itu dibicarakan Neno dan suami.
"Kalau waktu itu saya yang pilih berhenti bekerja. Saya himpun teman-teman dekat, minta bantuan mereka dan banyak ngobrol soal terapi. Saya juga dibantu sama psikolog-psikolog muda untuk bikin program," kata Neno.
Program yang ia buat untuk anaknya juga simpel-simpel, Bun. Neno tahu anak dengan ADHD suka melakukan sesuatu berulang sehingga ia membuat program di mana anak bisa melakukan hal berulang seperti memegang pensil lalu habis itu pegang sikat gigi.
"Anak dengan autisme sulit memegang sesuatu, makanya pelan-pelan saya latih tuh untuk pegang benda secara benar dulu," tutur Neno.
Setelah itu Neno mengajarkan anaknya untuk mau dipeluk karena biasanya anak dengan kondisi begini sulit untuk dipeluk. Setelah itu, program ditambah dengan melatih konsentrasi.
"Apa nih yang bisa melatih konsentrasi. Oh ya sudah saya coba berenang, itu paling baik buat melatih konsentrasi. Jadi saya mikir cari yang duabel, yang bisa dilakukan per-part. Kalau berenang gitu, harus dicoba dulu berani nggak masuk air, dari kaki, nanti ke badan terus mau nggak berenang dan seterusnya," ungkap Neno.
Setelah itu program untuk si kecil ditambah lagi dengan kegiatan di luar dan ada esensi berinteraksi dengan makhluk hidup seperti berkuda. Dengan begini anak dengan ADHD mau nggak mau harus berinteraksi.
Neno berpesan, dalam merawat anak yang 'spesial', kita sebagai orang tua punya batas dan kita yang tahu batas tersebut. Di saat itulah jangan segan minta bantuan orang lain karena nggak semua hal bisa kita lakukan sendiri. (rdn)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Liburan Romantis di Paris ala Keluarga Justin Timberlake

Mom's Life
Puisi Manis Putri Marino di Ultah Suaminya, Chicco Jerikho

Mom's Life
Bikin Melting! Saat Amal Clooney dan sang Suami Saling Memuji

Mom's Life
Cerita Suami Kehilangan Istri yang Alami Depresi Pasca Melahirkan

Mom's Life
Komentar tentang Anakku yang Sakit Justru Jadi Benteng Buatku


7 Foto