Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Ketika Bunda Merasa Gagal Jadi Ibu yang Baik

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 28 Jun 2018 14:50 WIB

Membandingkan diri ini dengan orang lain memang nggak ada habisnya. Apalagi jika membuat terpuruk karena merasa nggak cukup baik.
Ketika Bunda Merasa Gagal Jadi Ibu yang Baik/ Foto: Thinkstock
Dulu saya nggak pernah membayangkan seperti apa rasanya menjadi orang tua. Saya dulu hanya berperan sebagai anak, yang mungkin saja membuat orang tua pusing. Setelah kini menjadi orang tua, saya baru merasakan hal itu bukan pekerjaan yang mudah. Ada banyak trial and errornya. Saya malah sering merasakah lebih banyak salahnya.

Ternyata nggak cuma saya yang merasakan hal tersebut, Bun. Ada beberapa ibu lain yang terkadang merasa gagal menjadi ibu yang baik, misalnya saat merasa nggak cukup punya waktu berkualitas dengan anaknya.

Belum lagi saat orang lain mengkritik atau menyalahkan gaya pengasuhan yang kita terapkan. Komentar orang memang bisa bikin seseorang terpuruk dan merasa gagal.



Jika hal ini Bunda rasakan maka sebaiknya ambil waktu sebentar dan tarik napas panjang, Bun. Di titik ini kita nggak perlu menunjukkan kepada siapapun bahwa kita adalah ibu yang baik dan ibu yang hebat. Bahkan langit pun tidak akan menunjukkan dirinya tinggi.

Kitalah yang paling tahu anak-anak kita. Nggak perlu campur tangan orang lain untuk menunjukkan kita harus berbuat apa, karena mereka nggak melahirkan dan merawat anak kita. Kadang orang lain memang sering sok tahu, padahal mereka nggak tahu apa-apa kok, Bun.

Nah, saat Bunda merasa terpuruk gara-gara orang lain yang terlalu menghakimi dan merasa paling tahu soal membesarkan anak kita, yuk kita simak beberapa hal ini, seperti dilansir Quartzmedia:

1. Saat si Kecil Lahir

Foto: Thinkstock

Bun, ingat nggak sesaat setelah kita melahirkan? Dokter meletakkan si bayi ke dada kita sambil ditutupi selimut tipis. Ini adalah hal yang luar biasa lho, Bun, untuk si kecil karena bisa mengurangi tingkat stres bayi dan membantu transisi bayi ke fase berikutnya.

Setidaknya kita sudah berusaha menjadi ibu yang baik ketika melakukan kontak dari kulit ke kulit dengan si bayi yang baru lahir. Kalaupun hal itu tidak bisa kita lakukan, kita bisa minta suami yang melakukannya kok. Jadi jangan sedih ya...

2. Saat Berjuang Menyusui si Kecil

Foto: Thinkstock

Menyusui bayi bukan perkara mudah. Ada yang berjuang dengan lecet puting sampai mastitis. Nggak usah merasa gagal menjadi ibu ketika tahu air susu ibu (ASI) kita nggak sebanyak ibu-ibu yang lain. Karena hal terpenting adalah kita berusaha memberika ASI.

Seperti kita tahu, sel, antibodi, dan nutrisi yang terkandung dalam ASI mengurangi risiko asma, leukemia masa kanak-kanak, obesitas anak-anak, eksim, infeksi pernapasan, sindrom kematian bayi mendadak, dan diabetes tipe 2.

3. Saat si Kecil Tenang Mendengar Suara Kita

Foto: thinkstock

Bagi seorang anak, ibu adalah tempat paling nyaman buatnya. Berbagai penelitian menyebut anak-anak lebih memilih suara ibu mereka dibanding semua suara lainnya, mulai dari trimester ketiga kehamilan dan seterusnya.

Tanpa disadari, kita berbicara ke bayi sepanjang waktu. Nah, hal itu membantu si kecil mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan bahasa.

Sebuah laporan Sekolah Kedokteran Stanford menemukan bayi yang mendengar suara ibu membantunya membangun koneksi saraf di lima daerah yang berbeda dari otaknya. Nah, anak-anak yang otaknya menunjukkan hubungan yang lebih kuat antara semua wilayah ini, ketika mendengar suara ibu mereka juga memiliki kemampuan komunikasi sosial yang paling kuat.

"Ketika ibu mereka yang berbicara, scan otak dengan jelas menunjukkan reaksi di belahan otak kiri, khususnya pada bagian yang bertanggung jawab pada kemampuan bahasa dan motorik. Ini membuktikan bahwa 'motherese' yang menjelaskan komunikasi khusus antara bayi dan ibu, dapat diakui secara ilmiah," jelas Dr Maryse Lassonde dari University of Montreal tentang hasil penelitian suara ibu, dilansir Sciencedaily.

4. Kita Berusaha Meluangkan Waktu untuk Anak

Foto: Thinkstock

Bagi ibu bekerja, sering banget merasa bersalah karena merasa tidak menghabiskan cukup waktu dengan anak-anaknya. Sebuah studi 2015 dalam Journal of Marriage and Family menunjukkan di luar masa remaja kualitas waktu bersama ibu itu paling penting bagi anak.

Sementara itu, penelitian menunjukkan waktu yang berkualitas antara orang tua dan anak-anak, seperti bermain bersama, membaca buku cerita, atau makan bersama baik untuk ikatan orang tua dan anak-anak.

Mungkin kita nggak punya sangat banyak waktu buat anak-anak, Bun. Tapi yang paling penting kita sudah berusaha meluangkan waktu dan menyajikan waktu yang berkualitas untuk anak.

5. Kita Sudah Menunjukkan Cinta

Foto: Thinkstock

Mungkin anak kita nggak kita hujani dengan mainan atau barang-barang yang dia inginkan. Tapi kita lebih memilih memenuhi kebutuhan anak. Nah, hal itu sebenarnya upaya kita menunjukka cinta pada anak, Bun.

Nggak perlu terbebani saat kita nggak membanjiri anak dengan mainan seperti dilakukan ibu-ibu lainnya. Karena setiap orang punya cara berbeda dalam menunjukkan cinta.

Dengan mencintainya, kita sudah membantu membangun otak bayi. Studi anak-anak Rumania yang tumbuh di panti asuhan pada 1990-an telah menunjukkan kepada kita pentingnya pengasuhan untuk perkembangan otak bayi.

Cinta dan kasih sayang yang kita tunjukkan kepada bayi dalam berbagai cara membantu mereka menumbuhkan koneksi saraf yang tepat untuk perkembangan emosi dan kognitif.


(Nurvita Indarini)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda