Jakarta -
Indonesia adalah negara yang kaya akan
budaya. Mulai dari bahasa, pakaian adat, alat musik, lagu, bahkan makanan khasnya. Namun sangat disayangkan, budaya kita perlahan mulai terkikis zaman.
Ditemui usai acara Diskusi dan Peluncuran Buku "
Kreasi Busana Daerah Indonesia Warisan Nusantara" di Balai Pertemuan Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (30/11/2019), psikolog A. Ratih Andjayani Ibrahim mengatakan, garis besar yang menyebabkan nilai budaya terkikis adalah karena orang tua tidak mengenalkan budaya itu pada anak sejak dini. Ia pun kemudian memaparkan empat faktor penyebabnya, yakni:
1. Orang tua tidak kenal budaya sendiriKetika galau dengan identitas dirinya, orang tua akan sulit memperkenalkan asal budayanya pada anak. Misal, Bunda lahir di Jakarta, tapi memiliki akar
budaya Jawa. Saat ditanya asal usul, Bunda menjawab berasal dari Jakarta tapi suku Jawa. Ini artinya ada kebingungan di sana.
"Pada saat kita tidak kenal jati diri kita, sulit untuk kita mentransfer budaya itu ke anak," jelas Ratih.
2. Cenderung tertarik budaya luarKita cenderung lebih tertarik dengan budaya global, entah itu
budaya Barat, budaya Timur Tengah, China, atau Arab. Ketika semua budaya ini masuk, bercampur, dan kita lebih tertarik dibanding dengan budaya sendiri, maka anak pun akan mengikuti.
 Ilustrasi ajari anak budaya/ Foto: Kemendikbud |
3. Terpapar mediaApa yang kita tonton, makan, baca, maupun perilaku yang ada di sekitar, bisa memengaruhi diri kita. "Misal kita suka film India, atau Barat, nontonnya itu aja, jadi kita nggak kenal sama budaya kita sendiri nantinya," kata Ratih.
4. Lebih suka lagu asingAnak-anak hilang kebiasaan menyanyikan lagu kebangsaan, lagu rakyat, karena kalah dengan lagu luar, yang mungkin dianggap lebih menarik.
Oleh sebab itu, Ratih menyarankan, kalau mau kembali ke budaya kita, bukan artinya kita menolak budaya luar karena kita masih masyarakat global. Tetapi, buatlah yang lokal itu tetap ada di keseharian. Misal, ketika kita menggunakan baju jeans coba kawinkan dengan ornamen
batik. Sesekali putar pula lagu-lagu daerah, jangan hanya lagu Barat saja yang didengar anak.
"Jadi dengan anak-anak terbiasa melihat orang tuanya seperti itu, dengan sendirinya dia juga akan menyukai budaya itu," tutup Ratih.
(yun)