Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Bunda Kreatif, Kumpulkan Sampah Plastik Berbuah Rupiah

Muhayati Faridatun   |   HaiBunda

Selasa, 12 Mar 2019 09:57 WIB

Sampah plastik kini tak lagi meresahkan bagi para bunda di Desa Sendangsari. Mereka olah dan berbuah rupiah.
Kegiatan Bank Sampah Dhuawar Sejahtera Desa Sendangsari, Kulon Progo/ Foto: Dok. Dhuawar Sejahtera
Ayo Bunda, berapa jumlah plastik yang digunakan setiap hari di rumah dan berujung menumpuk di tempat sampah? Kebanyakan Bunda pasti enggak pernah menghitungnya ya.

Melansir CNN Indonesia, Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sebanyak 64 juta ton sampah plastik dibuang setiap tahunnya. Wow!

Jumlah yang fantastis ya, Bun. Apalagi, 24 persen dari sampah plastik tersebut enggak dikelola dengan benar. Jadilah sampah plastik itu menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), atau bahkan mencemari lautan.


Nah, berangkat dari kepedulian akan kebersihan lingkungan, para bunda di Desa Sendangsari, Kulon Progo, Yogyakarta, menjalankan program bank sampah yang diberi nama Dhuawar Sejahtera, sejak Agustus 2016.

"Ide awalnya merupakan inisiatif Bapak Sugiyanto, selaku seksi Pemberdayaan Keluarga di kepengurusan RT 21, untuk memberdayakan ibu-ibu warga setempat," ujar Febriyanti, Direktur Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, saat berbincang dengan HaiBunda, baru-baru ini.

Bunda yang akrab disapa Yanti ini lalu memaparkan, program tersebut dinamai Pengelolaan Sampah Secara Mandiri melalui Bank Sampah Dhuawar Sejahtera. Disebut mandiri, menurutnya, karena pencetus dan pengelolaannya murni inisiatif warga setempat.


Kata Yanti, awalnya enggak mudah, Bun, mengubah tradisi masyarakat yang terbiasa membuang sampah di pekarangan rumah, kebun, pinggir sungai, atau bahkan dibakar sehingga asapnya mencemarkan udara.

Tapi akhirnya, berkat kegigihan pengurus mensosialisasikan kegiatan tersebut dalam pertemuan warga, perlahan mereka mulai tertarik berpartisipasi menabung sampah di bank sampah.

"Walaupun baru mencapai kisaran 60 persen dari total jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada," ungkap Yanti.

Perempuan 36 tahun ini kemudian menjelaskan proses pengelolaan sampah di Bank Sampah Dhuawar Sejahtera. Simak prosesnya di halaman berikut ya, Bunda.

[Gambas:Video 20detik]

Kerajinan tangan hingga campuran aspal

Warga menyetorkan sampah ke Bank Sampah Dhuawar Sejahtera/ Foto: Dok. Dhuawar Sejahtera

Proses pengelolaan sampah di Bank Sampah Dhuawar Sejahtera:

1. Penyetoran

Selaku nasabah, warga menyetorkan sampah anorganik seperti kantong plastik, botol plastik, dan kaleng, yang sudah dipilah di rumah masing-masing.

2. Pemilahan

Setelah terkumpul di bank sampah, proses selanjutnya adalah pemilahan karena sebagian warga menyetor sampah yang masih tercampur antara organik dan anorganik.

Penimbangan sampah/ Penimbangan sampah/ Foto: Dok. Dhuawar Sejahtera

3. Penimbangan

Pada tahap ini, seksi penimbangan bekerja sama dengan seksi pencatatan. Setelah ditimbang, hasilnya akan dicatat di buku penjualan. Sesuai kesepakatan, pembagian hasil penjualan adalah 10 persen untuk pengurus dan 90 persen merupakan hak nasabah.

"Misalnya jumlah penjualan nasabah Rp 10.000, maka Rp 1.000 masuk ke pengurus untuk biaya operasional, dan Rp 9.000 akan dicatat ke buku tabungan nasabah," terang Yanti.

Hasil dari tabungan nasabah, lanjut Yanti, akan disetorkan ke BMT Arafah Kulon Progo atas nama masing-masing nasabah. "Bagi hasil dari BMT Arafah akan masuk ke rekening nasabah dan dibagikan setiap Ramadhan tiba," imbuhnya.

4. Penjualan

Setelah sampah terkumpul, Bank Sampah Dhuawar Sejahtera akan menjualnya kepada mitra pengepul Margosorok di Segoroyoso, Bantul. "Nanti akan disetor ke pabrik untuk didaur ulang," jelas Yanti.

Lantas bagaimana dengan sampah yang tidak laku dijual? "Sampah plastik akan dibuat beragam kerajinan tangan seperti tas dan bros, setelah itu dijual," terangnya.

Ada juga lho Bun, yang dibuat ecobrick sebagai pengganti kayu atau batu bata untuk membuat kursi dan meja. Caranya, botol-botol bekas air mineral ukuran 600 ml masing-masing diisi sampah plastik seberat 250 gr, lalu disusun untuk membuat kursi dengan berbagai bentuk.

Ecobrick dari sampah plastik/ Ecobrick dari sampah plastik/ Foto: Dok. Dhuawar Sejahtera

Sedangkan pada Desember 2018, Bank Sampah Dhuawar Sejahtera mendapat amanah dari Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengelola sampah plastik kresek sebagai campuran aspal. Program pengumpulan plastik kresek bekas ini melibatkan seluruh warga Kabupaten Kulon Progo.

"Plastik kresek bekas yang disetor ke Bank Sampah Dhuawar Sejahtera dihargai Rp 1.000 per kilogram. Sedangkan upah tenaga pemilah Rp 1.000 per kilogram dan tenaga pencacah mendapat upah Rp 2.000 per kilogram," papar Yanti.

Wah, kreatif banget ya, Bun. Warga setempat benar-benar merasakan manfaatnya. Kata salah satu warga, Kemirah, lingkungan setempat sekarang menjadi lebih bersih dan para bunda juga merasakan manfaat dari segi keuangan.

"Adanya program tabungan Ramadhan lewat bank sampah, jadi daya tarik tersendiri bagi saya dan masyarakat lingkungan sekitar," tuturnya.

Perempuan 59 tahun ini lalu berharap, Bank Sampah Duawar Sejahtera bisa menjadi ikon Kampung Wisata Edukasi. Ia juga mengingatkan agar kinerja pengurus dipertahankan, serta program jemput bola untuk pengambilan sampah dilakukan lebih intensif.

Ya, kegiatan ini rupanya mendapat perhatian dari Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo. Bantuan pun digelontorkan berupa gedung, alat pengepres, alat pencacah, timbangan digital, dan kendaraan roda tiga untuk mengambil sampah sesuai lokasi pengumpulan setiap dasawisma (kelompok ibu dari 10 KK).

Luar biasa ya, Bunda, pemberdayaan perempuan khususnya para ibu di desa tersebut untuk mengelola sampah plastik. Semoga menginspirasi...


(muf/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda