Jakarta -
Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan
Zulfikar Naghi jadi salah satu moderator debat keempat
Pilpres 2019. Di balik sosok yang selalu tampil prima di layar kaca, pria yang akrab disapa Zul ini ternyata menyimpan kesedihan di hatinya.
Zul mengaku tidak pernah menyangka bisa terpilih menjadi moderator debat Pilpres, yang digelar Sabtu (30/3/2019) malam di Jakarta. Sayangnya, Bun, kebahagiaan justru membuat dia mengingat sosok kedua orang tuanya yang telah lama tiada.
"Jujur, orang tua aku semua sudah meninggal," ungkap Zul saat
ngobrol bersama
HaiBunda, belum lama ini.
"Aku sempat meneteskan air mata, ingat mama, ingat abah, aku berharap coba mereka masih ada,
they are very proud. Aku yakin, mereka di atas sana juga melihat perjalananku sampai ke titik ini," sambungnya.
Bagi bungsu dari tiga bersaudara ini, almarhumah ibunya adalah sosok yang sangat berarti. Sang ibu mengajarkannya mandiri, bersikap tegas, dan tidak mengandalkan orang lain.
Ibunda Zul juga menanamkan prinsip bahwa hidup di dunia ini berpijak di kaki sendiri. Pesan-pesan tersebutlah yang selalu dia pegang selama perjalanan kariernya, hingga saat ini berprofesi sebagai
news anchor di stasiun televisi Indosiar.
"Mama bilang, 'Kamu kalau kerja yang ikhlas, jangan lupa salat, jangan lupa doa. Jadi kamu kerja dengan hati, hasilnya akan terlihat nanti'," tuturnya.
Diakui pria 37 tahun ini, mulanya tidak terpikir untuk jadi jurnalis karena memang bukan cita-citanya. Hanya saja, dia melihat jurnalis adalah profesi yang keren dan dia sering mengatakan hal itu pada sang ibu.
"Dahulu waktu kecil, aku sering banget nonton berita, aku bilang ke mama, 'Ma, kayaknya jadi pembawa berita nih keren ya, orangnya pintar-pintar'," kenang Zul.
 Moderator debat keempat Zulfikar Naghi dan Retno Pinasti/ Foto: Grandyos Zafna |
Siapa sangka, dari ujarannya tersebut, dia berhasil meniti karier sampai ke puncaknya saat ini. Menjadi jurnalis juga telah mengubah Zul, yang dulunya
introvert dan cenderung pemalu ketika bertemu orang, jadi berani tampil di muka umum.
Ya, pria kelahiran Surabaya ini memulai karier pada Januari 2008 sebagai reporter di Trans TV. Lalu, empat tahun kemudian, dia memutuskan pindah ke Hong Kong dan bekerja sebagai
flight attendant di Cathay Pasific.
Beberapa tahun di sana, ternyata membuatnya rindu dunia jurnalistik. Pada akhir 2012, Zul mendapat tawaran bergabung dengan Indosiar. Akhirnya, April 2013, dia memantapkan hati untuk kembali sebagai jurnalis, sampai saat ini.
Ditinggal sang ayah pada 2004, kemudian menyusul sang ibu pada 2009, sempat membuat Zul terpukul. Namun, dia tak larut dalam kesedihan dan sangat yakin kalau kedua orang tuanya pasti bangga melihat kesuksesannya.
"Jadi, 2009 sampai sekarang itu perjalanan karier sampai ke titik ini, aku rasa mereka juga cukup bangga," terang Zul.
Kehilangan orang tua pastinya salah satu hal yang paling menghancurkan bagi seorang anak, hingga dunia terasa kacau balau. Tapi, menurut seorang penulis asal Kanada, Malcolm Gladwell, kematian ibu atau ayah dapat membuat seorang anak tumbuh menjadi lebih kuat.
"Karena mereka sendirian, mereka dipaksa untuk bertahan, untuk menciptakan, untuk menentukan jalan mereka sendiri," kata Gladwell, seperti dilansir
National Public Radio.Gladwell memang tidak mengatakan bahwa kehilangan orang tua lebih awal akan meningkatkan peluang keberhasilan seseorang di masa depan. Tetapi, penelitian menunjukkan, di antara mereka yang kariernya sukses, ternyata sudah ditinggal orang tua.
Sebenarnya, kata Gladwell, ini adalah hal yang sensitif. Tidak ada yang mau mengatakan bahwa bencana adalah pendorong karier. Ya, akal sehat pasti mengatakan sebaliknya.
Bunda juga tentunya sepakat dengan anggapan bahwa anak-anak dengan keluarga yang utuh mendapat lebih banyak cinta, perlindungan, dan dukungan yang sangat berarti untuk masa depannya. Tetapi, hal yang dapat dibenarkan, anak-anak yang kehilangan orang tua lebih membutuhkan ketabahan dan kemandirian, ini lah yang membuatnya berpeluang juga untuk sukses.
[Gambas:Video 20detik]
(yun)