Jakarta -
Perjuangan dan ketabahan pelawak
Dede Sunandar untuk pengobatan anaknya benar-benar menggetarkan hati. Diakui Dede, ia rela melakukan apa pun untuk kesembuhan anak keduanya, Ladzan Syafiq Sunandar yang mengidap Sindrom Williams.
Mengutip dari
WebMD, Sindrom Williams adalah kelainan genetik langka yang menyebabkan berbagai gejala dan masalah belajar. Anak-anak dengan penyakit ini bisa saja mengalami masalah jantung, pembuluh darah, ginjal, dan organ lainnya. Meskipun kelainan Ladzan cukup berat, Dede menolak bantuan ke Amerika Serikat.
"Iya jadi kan Dede memang enggak mau nemerima bantuan yang ke Amerika Serikat itu ya, soalnya kalau ke sana juga nanti tinggal di mana dan juga segala macamnya gimana," kata Dede dalam acara Okay Bos.
Dede bilang akan melakukan apapun semampunya demi pengobatan sang anak. Kata Dede, bila Tuhan memberi ujian kepadanya, ia akan mampu dan ikhlas menjalaninya. Dede sempat mengatakan rela menjual organ tubuhnya demi kesembuhan Ladzan, hiks!
"Kalau memang Dede harus jual organ tubuh demi kesembuhan Ladzan enggak masalah," kata Dede Sunandar.
Diceritakan Dede, jika tak ada halangan di bulan Agustus ini Ladzan akan melakukan operasi. Dede pun mengaku kalau ia harus bersabar. Hal ini karena Ladzan berada di urutan 100 lebih untuk bisa dioperasi.
 Dede Sunandar dan keluarga/ / Foto: Instagram @dede_sunandar |
"Iya mau operasi bulan ini, soalnya kan Dede pakai BPJS tuh yang 70 persen pemerintah 30 persen kita yang bayar. Nah itu juga antrenya lama tuh, Ladzan pasien ke 100 berapa gitu," ujarnya.
Kita doakan semoga selalu ada jalan yang terbaik untuk
Dede Sunandar dan keluarga ya, Bun. Terlebih untuk kesehatan si kecil, Ladzan. Dalam kondisi menghadapi si kecil yang sedang sakit cukup berat, ada yang namanya secondary trauma stress. Apa itu?
"Secondary trauma stress adalah kondisi yang dialami oleh seseorang yang sedang mendampingi orang lain yang sedang mengalami stres, misal karena sakit kronis. Dan pada akhirnya kita ikut kena stres juga," kata Retno Dewanti Purba, psikolog edukasi mental.
Menurut psikolog yang akrab disapa Neno ini, kita sangat mungkin lho mengalami kondisi ini ketika dihadapkan dalam keadaan mengurus orang yang dicintai sakit, apalagi jika sakitnya yang langka atau kronis dan membutuhkan dana banyak.
Ciri secondary trauma stress antara lain merasa gamang, mudah nangis, dikuasai oleh perasaan negatif, merasa lelah mental, lesu, lelah fisik dan merasa gagal. Produktivitas juga menurun dan merasa tidak punya harapan.
"Secondary trauma ini sebenarnya normal tapi ada beberapa orang yang justru menekan stres ini, 'Saya kuat' tapi dalam hati berantakan. Niatnya sih ingin kuat di depan orang yang dicintai. Boleh begini? Boleh, asal ada batasnya," kata Neno.
Karena itu,Â
orang tua juga harus memiliki kepekaan terhadap kondisinya sendiri. Mengenali kapan kita mulai stres dan harus minta bantuan, serta membuka diri terhadap pihak lain.
"Coba mapping terhadap orang-orang dalam lingkungan terdekat. Bentuk
safety net yang siap mengulurkan tangan di saat kita perlukan. Baik itu dukungan mental atau psikologis, maupun finansial," tutur Neno.
Simak juga penyebab ALS melalui video berikut.
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/rdn)