Jakarta -
Presiden ke-3 RI
BJ Habibie dikabarkan meninggal dunia, Rabu (11/9/2019), setelah mengalami gagal jantung. Berita ini disampaikan Thareq Kemal Habibie, putra kedua pemilik nama lengkap Bacharuddin Jusuf Habibie ini.
"Telah meninggal pukul 18.03 (WIB). Meninggal karena sudah menua, kemarin kan saya katakan gagal jantung karena penuaan," ungkap Thareq, di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, seperti dilansir
detikcom.
Thareq memastikan, dia ada di sisi sang ayah, yang mengembuskan napas terakhir di usia 83. "Organ-organ melemah menjadi tidak kuat lagi. Pukul 18.05 (WIB) jantungnya dengan sendiri menyerah sampai titik akhir. Saya ada di situ," tuturnya.
Hidup dan mati seseorang memang menjadi rahasia Tuhan ya, Bun. Selain faktor usia,
Habibie memang memiliki riwayat penyakit jantung dan mengalami gagal jantung sebelum meninggal dunia.
Mengutip
Mayo Clinic, gagal jantung atau dikenal sebagai gagal jantung kongestif, terjadi ketika otot jantung tak memompa darah sebagaimana mestinya. Kondisi tertentu, seperti arteri menyempit di jantung (penyakit arteri koroner) atau tekanan darah tinggi, secara bertahap membuat jantung terlalu lemah, atau kaku untuk diisi dan dipompa secara efisien.
Demikian juga disampaikan Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Intervensi Dr. dr. Antonia Anna Lukito, Sp.JP(K)., melansir dari
detikcom, "Gagal jantung merupakan kondisi kelemahan otot-otot jantung secara perlahan sehingga jantung tidak mampu memompa darah dan oksigen dalam jumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akibatnya, seseorang akan merasa lemah, kurang bertenaga, mengalami sesak napas, serta terdapat penumpukan cairan dalam tubuh."
Semasa hidup, BJ Habibie dan istri, Hasri Ainun/ Foto: Dok. Instagram/@b.jhabibie |
Antonia menambahkan, tak jauh berbeda dengan penyakit kanker, gagal jantung juga memiliki tingkatan stadium 1, 2, 3, dan 4. Sayangnya, banyak pasien yang terlambat memeriksakan diri.
"Ketika seseorang merasakan keluhan, barulah berkonsultasi kepada dokter. Umumnya, itu dilakukan saat stadium 3 dan 4. Karena gejala tidak terlalu tampak ketika pasien masih dalam kondisi stadium 1 dan 2," terangnya.
Sama halnya dengan penyakit lainnya, gagal jantung juga memiliki gejala umum yang bisa menjadi 'alarm' tubuh. Misalnya, napas yang pendek (sesak) dan rasa lemas berlebihan atau mudah lelah. Sedangkan gejala spesifik, jantung berdebar cepat, terjadi edema (bengkak) pada tungkai bawah, kaki, perut, dan leher, serta peningkatan berat badan dengan cepat.
Dijelaskan juga dalam ulasan
Heart Failure di
Mayo Clinic, tidak semua kondisi yang menyebabkan gagal jantung dapat terjadi sebaliknya, tapi perawatan dapat meningkatkan tanda dan
gejala gagal jantung, dan menambah peluang hidup lebih lama.
Perubahan gaya hidup seperti berolahraga, mengurangi natrium dalam pola makan, mengelola stres, dan mengurangi berat badan, dapat meningkatkan kualitas hidup kita. Salah satu cara untuk mencegah gagal jantung adalah dengan mencegah dan mengontrol kondisi yang menyebabkan gagal jantung, seperti penyakit arteri koroner, tekanan darah tinggi, diabetes atau obesitas.
[Gambas:Video 20detik]
(muf/som)