Jakarta -
Rohana Kudus, wartawati perempuan pertama di Indonesia resmi akan ditetapkan menjadi pahlawan nasional tahun ini. Rohana Kudus yang merupakan perempuan asal Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, sebelumnya telah dua kali gagal saat diusulkan sebagai pahlawan nasional.
"Kami sudah dapatkan surat undangan untuk penganugerahan gelar di Istana Negara, Jumat (8/11). Suratnya sudah disampaikan ke gubernur dan ahli waris," kata Kepala Dinas Sosial Sumbar, Jumaidi di Padang, Kamis (7/11/2019) dikutip dari
Antara.
Rohana Kudus lahir pada 1884 dari orang tua bernama Mohamad Rasjad Maharadja Soetan dan Kiam, Rohana adalah kakak tiri dari Soetan Sjahrir, Perdana Menteri Indonesia pertama. Selain itu, Rohana juga merupakan bibi dari penyair terkenal Chairil Anwar
Sejak masih muda, Rohana sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Ia mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) di Koto Gadang pada tahun 1911. Di sekolah tersebut, perempuan diajarkan berbagai jenis keterampilan, seperti tulis-baca, budi pekerti, mengelola keuangan, Bahasa Belanda, hingga pendidikan agama.
Meski masih muda, Rohana sudah bisa menulis, membaca, dan bahkan berbahasa Belanda. Tak hanya itu, Rohana juga belajar abjad Arab, Latin, dan Arab-Melayu. Saat bertetangga dengan pejabat Belanda yang merupakan atasan sang ayah, Rohana berkesempatan belajar merajut, menjahit, dan menyulam. Di tempat ini, Rohana juga banyak membaca majalah terbitan Negeri Kincir Angin tersebut.
Terbiasa menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia, Rohana pun berkeinginan membagi cerita tentang perjuangan memajukan pendidikan kaum perempuan di daerahnya. Ia akhirnya mendirikan surat kabar Sunting Melayu pada 10 Juli 1912. Surat kabar ini mencatatkan sejarah sebagai salah satu surat kabar perempuan pertama di Indonesia. Menariknya Sunting Melayu juga surat kabar perempuan pertama di Indonesia yang pemimpin redaksi, redaktur, hingga penulis semuanya perempuan.
Aktif dalam pergerakanLewat tulisannya, Rohana turut membantu pergerakan politik. Selain itu Rohana juga mempelopori berdirinya dapur umum dan badan sosial. Tujuannya, untuk membantu para gerilyawan. Ide brilian untuk menyelundupkan senjata lewat sayuran dan buah-buahan dari Kotagadang ke Bukittinggi juga datang dari Rohana.
Selama sisa hidupnya, Rohana masih terus berjuang dan mengajar. Bahkan ia sempat menjadi pemimpin redaksi surat kabar Perempuan bergerak, redaktur surat kabar Radio. Pada 17 Agustus 1972, Rohana meninggal dunia di usia 88 tahun.
[Gambas:Video Haibunda]
(som/rdn)