Jakarta -
Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid sudah 41 tahun membina rumah tangga bersama Sinta Nuriyah. Hingga pada 2009, Gus Dur wafat. Lantas, gimana kisah cinta keduanya?
Saat itu Gus Dur masih remaja dan belum pernah punya kisah cinta. Meski suka nonton film atau sepakbola, Gus Dur adalah remaja kutu buku. Apalagi, nilai keagamaan dalam keluarga dan lingkungannya tak menyetujui remaja pacaran. Makanya, sampai usia 20-an, Gus Dur belum pernah berkencan, Bun.
Nah, saat mengajar di madrasah di Tambakberas pada awal 1960-an, Gus Dur mulai tertarik pada siswi bernama Nuriyah. Dia adalah salah satu gadis yang menarik di kelas. Nuriyah sosok gadis yang cerdas, berpikir luas, dan mampu membuat banyak pemuda tertarik padanya.
Maka dari itu, cukup mengherankan kalau Nuriyah tertarik pada sang guru yang agak canggung, seorang kutu buku, agak gemuk, plus memakai kacamata tebal dan besar.
Namun demikian, Nuriyah adalah 'produk' pesantren dan gadis kelahiran Jombang. Karena itu, tak mudah baginya menolak putra Kiai Wahid Hasyim dan cuci Kiai Bisri Syansuri juga Kiai Hasyim Asy'ari.
Di mata Sinta Nuriyah, Gus Dur adalah sosok intelek dan punya tujuan hidup kuat. Itulah daya tarik Gus Dur di mata Nuriyah. Meski begitu, perjalanan Gus Dur mendapatkan cinta Nuriyah juga berliku. Pada November 1963 Gus Dur ke Kairo, Mesir karena mendapat beasiswa dari Departemen Agama untuk belajar di Universitas Al Azhar.
"Selama beberapa tahun di Kairo, saya dan Nuriyah tetap berkomunikasi. Surat darinya datang teratur. Saya pun menafsirkan ini tanda saya tak sepenuhnya ditolak," kata Gus Dur dalam buku Biografi Gus Dur yang ditulis Greg Benson.
Beberapa tahun setelahnya, komunikasi lewat surat yang dilakukan keduanya makin intens. Mereka merasa hubungannya lebih jauh ketimbang persahabatan saat Gus Dur masih di Jombang. Hingga pada 1966 keduanya yakin mereka pasangan serasi.
 Sinta Nuriyah, Istri Gus Dur/ Foto: Hasan Alhabshy |
Bahkan, kala itu Nuriyah sempat ke tukang ramal, Bun, bertanya perihal jodoh. Apakah Gus Dur pria yang tepat buatnya. Si tukang ramal pun bilang,
"Jangan mencari-cari lagi. Yang sekarang ini akan jadi teman hidup Anda."
Jawaban si tukang ramal sempat bikin Nuriyah ragu. Belum lagi tekanan bahwa Gus Dur bisa jadi suami yang baik. Tapi, komunikasi yang selalu dilakukan Gus Dur ditambah kepribadian menarik juga pikirannya yang tajam, membuat Nuriyah yakin akan perasaannya pada Gus Dur.
Pada pertengahan 1966, Gus Dur menulis sirat untuk Nuriyah. Gus Dur bertanya siapkah Nuriyah jadi istrinya. Awalnya, jawaban Nuriyah masih mengambang, Bun.
"Mendapatkan teman hidup bagaikan hidup dan mati. Hanya Tuhan yang tahu," begitu jawab Nuriyah.
Gus Dur tak patah arang. Dia terus menulis surat pada Nuriyah sembari menceritakan keputusasaan yang dia alami selama di Kairo. Setelah menerima hasil ujian akhir, Gus Dur menulis surat lagi untuk Nuriyah. Gus Dur mencurahkan rasa sedih karena dia gagal.
 Gus Dur, suami Sinta Nuriyah/ Foto: getty images |
Tak disangka, Nuriyah cepat membalas surat Gus Dur dan memberi jawaban menggembirakan.
"Mengapa orang harus gagal dalam segala hal? Anda boleh gagal dalam studi, tapi paling tidak Anda berhasil dalam kisah cinta," kata Nuriyah.
Sesaat setelah membaca surat Nuriyah, Gus Dur langsung menulis surat pada ibunya, Solichah, untuk meminang Nuriyah.
Simak keseruan Rifat Sungkar bantu istri, Sissy Prescillia, bikin ketupat di video ini.
[Gambas:Video Haibunda]
(rdn/rdn)