HaiBunda

MOM'S LIFE

Tanpa Disadari Bunda Mungkin Stres, Ketahui Gejala hingga Efeknya

Jujuk Ernawati   |   HaiBunda

Selasa, 07 Apr 2020 05:40 WIB
Ilustrasi stres/Foto: thinkstock
Jakarta - Stres merupakan perasaan alami karena ketidakmampuan mengatasi tuntutan atau peristiwa tertentu. Namun stres bisa menjadi kondisi kronis jika Bunda tak segera mencari solusi untuk mengatasinya.

Bun, tuntutan kadang bisa datang dari pekerjaan, hubungan dengan pasangan, masalah keuangan atau situasi lain. Tapi segala sesuatu yang menimbulkan tantangan atau yang dirasakan hingga menimbulkan ancaman pada kesejahteraan seseorang bisa menimbulkan stres.


Stres bisa menjadi motivator, bahkan penting untuk kelangsungan hidup yang memberi tahu seseorang kapan atau bagaimana merespons bahaya. Namun, saat terlalu banyak stres dalam satu waktu, justru bisa merusak kesehatan mental dan fisik seseorang.


Bunda, ketika seseorang menghadapi tantangan atau ancaman, mereka memiliki respons fisik. Tubuh mengaktifkan kemampuan yang membantunya bertahan dan menghadapi tantangan secepat mungkin. Tubuh memproduksi sejumlah besar zat kimia seperti kortisol, epinefrin dan norepinefrin.

Dikutip dari Medical News Today, zat kimia itu memicu reaksi fisik, seperti meningkatkan tekanan darah, kesiapsiagaan otot, berkeringat, kewaspadaan, hingga detak jantung menjadi lebih cepat.

Sementara faktor lingkungan yang memicu reaksi ini disebut stresor. Misalnya, suara bising, perilaku agresif. Perasaan stres cenderung meningkat seiring jumlah stresor.

Efek fisik

Selama reaksi stres akan terjadi perubahan dalam tubuh, seperti tekanan darah meningkat serta denyut nadi dan pernapasan menjadi lebih cepat. Sementara sistem pencernaan sebaliknya, menjadi melambat dan aktivitas kekebalan tubuh menurun. Sedangkan otot menjadi lebih tegang dan berkurangnya rasa kantuk karena meningkatnya kewaspadaan.

Cara seseorang bereaksi terhadap situasi sulit akan menentukan efek stres pada kesehatan secara keseluruhan. Beberapa orang bisa mengalami stres berturut-turut atau sekaligus tanpa menimbulkan reaksi stres yang parah. Namun reaksinya bisa berbeda dengan orang lain.

Seseorang yang merasa tidak punya kemampuan cukup untuk mengatasi stres, mungkin akan memicu masalah kesehatan karena stres bisa memengaruhi individu dengan berbagai cara. Beberapa hal yang dianggap positif bisa menyebabkan stres, di antaranya memiliki bayi hingga promosi jabatan.

Kendati demikian, tanggung jawab tambahan itu bisa memberi respons negatif yang bisa memberi dampak buruk pada kesehatan dan kebahagiaan seseorang. Namun menjadi lebih waspada terhadap efek stres bisa membantu seseorang mengelolanya dengan lebih efektif dan mengatasinya dengan lebih baik.

Jenis stres

Institut Kesehatan Mental Nasional (NIMH) menyatakan ada dua jenis stres, yakni stres akut dan kronis.

Stres akut

Stres akut adalah jenis stres yang bersifat jangka pendek dan bisanya merupakan bentuk stres yang lebih umum.

Stres akut sering berkembang ketika orang mempertimbangkan tekanan dari peristiwa yang baru saja dialami atau menghadapi tantangan yang datang dalam waktu dekat. Misalnya, stres karena pertengkaran baru-baru ini atau karena deadline pekerjaan. Namun stres akan mereda atau hilang ketika mereka mengakhiri pertengkaran dan berhasil menyelesaikan pekerjaan sesuai deadline.

Stres akut tidak menyebabkan jumlah kerusakan yang sama dengan stres kronis jangka panjang. Efek jangka pendek, seperti sakit kepala dan sakit perut. Namun stres akut dalam waktu lama bisa menjadi kronis dan berbahaya.

Stres kronis

Jenis stres ini berkembang dalam waktu lama dan lebih berbahaya dibanding stres akut. Masalah kemiskinan, keluarga berantakan atau pernikahan yang tak bahagia adalah contoh situasi yang bisa menyebabkan stres kronis.

Stres ini terjadi ketika seseorang tak bisa menghindarinya dan berhenti mencari solusi. Pengalaman traumatis di awal kehidupan juga bisa menyebabkan stres kronis terjadi.

Stres kronis membuat tubuh sulit kembali ke aktivitas hormon stres yang normal, sehingga bisa menyebabkan masalah kardiovaskuler, pernapasan, tidur, imunitas atau kekebalan tubuh hingga reproduksi. Bahkan stres kronis yang konstan bisa meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung.

Depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lainnya bisa berkembang saat stres menjadi kronis. Stres ini bisa berlanjut tanpa disadari karena orang menjadi terbiasa dengan perasaan gelisah dan putus asa. Hingga akhirnya, orang dengan stres kronis berisiko mengalami kerusakan parah yang dapat menyebabkannya melakukan bunuh diri, tindakan kekerasan, serangan jantung atau stroke.

Foto: ilustrasi/thinkstock

Penyebab stres

Bun seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa orang bereaksi berbeda terhadap situasi yang membuat mereka stres. Apa yang membuat orang stres mungkin tidak membuat orang lain stres. Bagi sebagian orang, hanya memikirkan satu atau beberapa pemicu bisa menyebabkan stres.

Kondisi kesehatan mental seperti depresi atau rasa frustrasi yang meningkat, ketidakadilan dan kecemasan bisa membuat beberapa orang merasa lebih mudah stres dibanding yang lain. Adapun beberapa peristiwa yang bisa memicu perasaan stres, yakni masalah pekerjaan atau pensiun, kurangnya uang atau waktu yang dimiliki, kehilangan, masalah keluarga, penyakit, pindah rumah, asmara, perkawinan atau perceraian.

Penyebab stres lainnya, seperti keguguran atau aborsi, mengemudi di lalu lintas padat atau takut mengalami kecelakaan, kehamilan dan menjadi orang tua, takut terhadap tindakan kejahatan, kebisingan berlebihan dan polusi, ketidakpastian menunggu hasil penting, kecelakaan atau pelecehan hingga mereka yang bekerja dengan penuh tekanan.

Gejala dan komplikasi

Gejala fisik dari stres bisa bermacam-macam, meliputi berkeringat, sakit di punggung atau dada, kram atau kejang otot, pingsan, sakit kepala, kedutan, kesemutan. Sebuah studi yang dilakukan pada tahun 2012 menemukan bahwa stres yang dialami orang tua bisa menyebabkan obesitas pada anak mereka.

Sementara itu reaksi emosional akibat stres, meliputi marah, burnout (lelah emosi, mental dan fisik), mengganggu konsentrasi, perasaan tidak aman, pelupa, mudah marah, menggigit kuku, resah, dan sedih. Sementara perilaku yang berhubungan dengan stres, meliputi mengidamkan makanan atau makan terlalu banyak atau justru sedikit, marah hebat yang terjadi secara tiba-tiba, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, merokok menjadi lebih sering, menarik diri dari lingkungan sosial, sering menangis, hubungan menjadi bermasalah.

Jika stres menjadi kronis, bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti kegelisahan, depresi, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, menurunkan kekebalan tubuh, sakit otot, insomnia, sakit perut, PTSD atau gangguan stres pascatrauma, impotensi dan hilangnya libido atau gairah seksual.

Cara mengatasinya

Orang yang sudah mengalami stres luar biasa harus mencari bantuan medis. Dokter akan mendiagnosis stres dan pengaruhnya lewat wawancara tatap muka yang komprehensif dan berorientasi pada stres.

Perawatan yang bisa membantu meringankan stres adalah obat-obatan tertentu, seperti antidepresan. Namun obat ini juga punya efek samping yang bisa memperburuk komplikasi stres, seperti menurunkan tingkat libido Anda. Cara lain yang bisa dilakukan untuk menenangkan diri dari stres adalah dengan aromaterapi dan refleksiologi.

Namun sebaiknya sebelum menjadi parah, seseorang harus memiliki cara untuk mengelola stresnya. Misalnya, melakukan olah raga secara teratur; mengurangi asupan alkohol, obat-obatan dan kafein, dan mengonsumsi nutrisi yang cukup. Selain itu, melakukan manajemen prioritas, seperti mengatur daftar tugas harian dan fokus pada tugas yang mendesak untuk diselesaikan.


Di samping itu, bagi waktu untuk mengatur jadwal, seperti pekerjaan, bersantai hingga hobi Anda, Bun. Hal lain yang bisa dilakukan, yakni relaksasi seperti yoga atau meditasi. Meluangkan waktu untuk berbicara mengenai masalah yang dihadapi kepada orang lain juga bisa membantu mengatasi stres.

Hal lainnya adalah dengan memperhatikan tanda-tanda atau gejala stres pada tubuh. Ini dilakukan demi mencegah stres lebih lanjut dengan segera mencari solusi untuk mengatasinya. Nah, melakukan hal-hal yang membuat rileks, seperti membaca buku, mendengarkan musik, menghabiskan waktu dengan orang tercinta atau bermain bersama hewan peliharaan dan melakukan hobi juga bisa meredakan stres juga, lho Bun.

Bunda bisa simak cerita Mona Ratuliu sempat stres punya anak di video ini:



(jue/jue)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Mengenal Roche Peserta Coc Season 2 yang Kepintarannya Curi Perhatian, Ini 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Ketahui Estimasi Total Biaya Operasi Caesar BPJS dan Tanpa BPJS

Kehamilan Dwi Indah Nurcahyani

5 Resep Kue Singkong Kukus Sederhana yang Enak, Ekonomis, dan Anti Gagal

Mom's Life Amira Salsabila

Wizzy Dapat Kejutan Manis Hamil Anak Kedua di Momen Ulang Tahunnya yang Ke-31

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

6 Tips Menabung ala Jepang agar Uang Cepat Terkumpul

Mom's Life Annisa Karnesyia

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Piyu Padi dan Mantan Istri Kompak Hadiri Kelulusan SMA Sang Putri di Inggris, Ini Potretnya

Squid Game Season 3 Sudah Tayang! Intip Fakta Menarik dan Reaksi Para Pemain

5 Resep Kue Singkong Kukus Sederhana yang Enak, Ekonomis, dan Anti Gagal

Ketahui Estimasi Total Biaya Operasi Caesar BPJS dan Tanpa BPJS

SAKA Market Vol. 2: Green Trails Festival Sukses Digelar 2 Hari, Catat 6.500 Pengunjung

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK