Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Denada Tak Ada Job Saat Pandemi, Frustrasi hingga Sering Nangis

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Selasa, 23 Feb 2021 19:15 WIB

Denada saat ditemui di studio Trans TV.
Denada/ Foto: Palevi S/detikFoto

Penyanyi Denada hingga kini masih berjuang menemani putrinya, Aisha Aurum, untuk pengobatan kanker darah atau leukemia di Singapura. Di situasi pandemi COVID-19 seperti ini, rupanya Denada turut mengalami keresahan yang dirasakan sebagian orang yakni tak ada pekerjaan.

Ketika berbincang dengan Sophie Navita, Denada terang-terangan bahwa meskipun terlihat kuat seperti yang dikatakan banyak orang, tapi sebenarnya ia kerap menangis, Bunda.

"Many times ya, makanya kalau gue kalau dibilang, apalagi kita sedang menjalani ini tuh, orang-orang suka DM gue. Komen gue, whatever. Hati gue berdenyut, karena gue bukan apa-apa," ujar Denada, dikutip dari YouTube Sophie Navita TV, Selasa (23/2/2021).

"Sejujur-jujurnya, gue sama kayak orang lain. Maksudnya, apa yang lo bayangkan, apa yang gue rasakan karena of course, kita seorang ibu. Enggak kelihatan aja, pas nangis-nangisnya enggak ada yang tahu."

Denada merasa, apa yang dialaminya saat ini seperti orang kebanyakan. Di tengah situasi pandemi, ia jadi jarang bertemu keluarga dan tidak mendapatkan pekerjaan.

"Dan gilanya lagi, gue enggak bisa kerja sama sekali kan. Buat gue kan, struggle (berjuang). Gue enggak bisa kerja sama sekali. Meaning (artinya), gue enggak berpenghasilan dari mulai Januari tahun lalu. Jadi untuk menghadapi itu semua, dah jangan tanya deh. Nangis, berapa kali seminggu. Udah jangan tanya," kata Denada.

Banner tanaman hias

Denada sempat merasa makin frustrasi karena melihat kondisi pandemi yang tidak pasti dan tidak tahu kapan selesai. "Gue menjalani itu, ditambah ketidakpastian, we don't know this whole thing gonna end. Kan semuanya kan balik lagi normal. Itu menambah kefrustrasian gue yang luar biasa. Jadi how many times, I don't know, a lot of times (menangis)" ujarnya.

Jadi single mother, Denada juga akui sulitnya mencari teman curhat. Alhasil, ia pun hanya mencurahkan isi hatinya pada Tuhan.

Dari situ, ia sadar bahwa ia tak sendirian, ada banyak orang mengalami perjuangan yang sama. Sampai akhirnya, dari keluhannya itu, Denada lebih banyak bersyukur.

"Lagi, gue juga enggak pada tempatnya ngeluh, karena semua orang juga mengalami perjuangan dan tantangan yang sedikit banyak mirip-mirip di zaman sekarang ini. Banyak juga orang yang sekarang ini go through almost similiar, dengan apa yang kita alami," ungkapnya.

"Jadi untuk gue, kita bisa jalani sekian lama ini, dengan segala naik turunnya, kita masih berjalan sampai sekarang ini itu satu hal yang enggak habis-habis syukuri kepada Tuhan."

Baca kelanjutan kisah Denada di halaman berikutnya ya, Bunda.

Simak juga bagaimana cara single mother Lenna Tan mendidik anak semata wayangnya, dalam video Intimate Interview di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]


DENADA HANYA BISA CURHAT PADA TUHAN

Denada

Denada/ Foto: Palevi/detikHOT

Apa yang telah dijalani selama ini, Denada hanya bisa keluhkan masalahnya pada Tuhan. Dahulu, ia sempat curhat ke mantan suaminya, Jerry Aurum, apabila berhubungan dengan putrinya. Namun, karena mantan suaminya tengah tersandung masalah hukum, Denada pun sementara berhenti menghubunginya.

"Tidak akan pernah terjadi kalau bukan karena Tuhan tolong kita. The only, tempat satu-satunya untuk berkeluh kesah, untuk curhat, ya itu cuma Tuhan," kata Denada.

"Karena pertama gue di sini sendiri, kedua gue enggak punya teman curhat. Karena memang orang-orang punya masalah masing-masing. Gue dulu suka berhubungan ayahnya Aisha, tapi you know lagi enggak berhubungan."

Meski sang ibunda masih ada, Denada ungkap tak ingin memberatkannya, membebani pikirannya. "Jadi selepas-lepasnya gue curhat, ya itu pada saat gue ngomong sama Tuhan. Biasanya gue tunggu itu waktu Aisha tidur, dia enggak lihat. Itu lah gue ngomong di situ," kata Denada.

"Gue enggak protes, enggak komplain, tapi berkeluh kesah, Tuhan ini aku takut lho, ada kekhawatiran luar biasa. Aku enggak kerja, aku enggak ada penghasilan, aku gimana, nanti ke depannya Aisha gimana."

Setelah mendapatkan ketenangan dari berdoa, Denada lagi-lagi sadar bahwa apa yang telah menimpanya selama ini merupakan jalan dari Tuhan.

"Gue selalu berpikir kalau kita diberikan (jalan) seperti ini, berarti kita dibekali oleh Tuhan, ditolong oleh Tuhan, dikasih senjatanya, dikasih cintanya, dikasih perhatiannya. Enggak mikir ditinggali gitu aja," ungkapnya.

Denada juga bercerita, reaksi pertama ketika anaknya didiagnosis kanker darah. Baca kelanjutan kisahnya di halaman berikutnya.

REAKSI DENADA SAAT TAHU AISHA LEUKEMIA

Denada menemani putrinya di rumah sakit

Denada/ Foto: Instagram @denadaindonesia

Denada juga cerita reaksi pertamanya ketika anaknya didiagnosis kanker darah. Ia masih ingat betul bahwa reaksi pertamanya adalah tak percaya dan malah bertanya kembali pada dokter.

"Dulu waktu pertama kali pindah ke Singapura, diagnosanya tegang, anak kamu leukemia. 99,9 persen ibu tanya, salah saya di mana, Dok?'" katanya.

"Saya sudah memberikan yang terbaik. Saya kasih dia semua makanan dia organik, semua yang dia makan saya yang pilih. Ini anak enggak pernah makan yang aneh-aneh."

Denada mengenang bahwa respons dokter atas pertanyaannya itu malah tak terduga. Dokternya malah sedikit tertawa dan mengatakan, sampai saat ini pun dari berbagai penelitian ilmiah dunia medis, tidak ada yang menyebutkan penyebab pasti leukemia pada anak.

"Terus dokter ketawa-ketawa, dia bilang enggak ada yang salah. Cuma memang belum ada satupun yang bisa membuktikan secara pasti, penelitian ilmiah apa penyebab pasti dari childhood cancer," ungkap Denada.

"Are you saying, that this can happen to anyone? Terus gue pulang mikir, kalau ini terjadi pada orang dengan random, berarti gue diizinkan untuk menjalani ini."

Selepas diagnosis dan bergabung dengan para ibu dari pasien anak yang juga menjalani pengobatan kanker, ia pun diberi semangat untuk menjalani pengobatan putrinya.

"Jangan kecil hati, jangan patah semangat, karena anak kita diizinkan menjalani ini. Bahwa kita enggak mungkin dibiarin sendirian," kenang Denada.

"Dua setengah tahun ini mengubah cara gue melihat banyak hal, mulai dari hal simpel, apa yang penting, enggak penting prioritas. Enggak merasa hubungan dengan Tuhan lebih baik, cuma merasa punya cara lain untuk merasakan kasihnya Tuhan, hadirnya Tuhan dalam hidup gua dan anak gua."


(aci/muf)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda