Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Masih Dianggap Tabu, Ini Pentingnya Bicarakan Kesehatan Reproduksi pada Remaja

Annisa Afani   |   HaiBunda

Rabu, 14 Apr 2021 16:18 WIB

umy
Kegiatan pelatihan/ Foto: Biko Ambarketawang

Dewasa ini, kasus pencabulan yang melibatkan anak terus terjadi, Bunda. Hal ini bisa terjadi melalui media online (grooming online), pelecehan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) dan perkawinan anak kondisinya semakin memprihatinkan.

Menanggapi hal tersebut, tim dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mencoba melakukan serangkaian pelatihan. Dalam kegiatan pelatihan tersebut, bunda dan remaja diajak membicarakan soal pentingnya peran bunda sebagai agen dalam perubahan perilaku remaja tentang kesehatan reproduksi.

Lewat Program Kemitraan Masyarakat (PKM), kegiatan pelatihan mengusung tema Penguatan Kapasitas Komunikasi Interpersonal Ibu sebagai Sahabat Remaja untuk Literasi Kesehatan Reproduksi. Kegiatan pertemuan pertama PKM tersebut berlangsung pada 1 April 2021 lalu dengan mitra Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Gamping. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 30 orang, berasal dari 6 ranting dan perwakilan dari Nasyia'tul Aisyiyah Cabang Gamping.

Menggunakan tagline 'Ibu Sahabat Remaja', acara ini dihadiri Dede Dwi Kurniasih dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah yang ditunjuk sebagai pemantik diskusi. Diharapkan para bunda memiliki kompetensi komunikasi interpersonal untuk berbicara dengan putra-putrinya tentang kesehatan reproduksi.

Dalam kesempatan tersebut, Tim PKM juga mengajak para bunda sebagai lingkaran terdekat anak untuk melakukan literasi sebagai langkah awal pencegahan sekaligus dukungan (support system) untuk menguatkan remaja sebagai kelompok rentan dalam isu kesehatan reproduksi.

Ketua Tim PKM Tri Hastuti Nur Rochimah menyampaikan bahwa usia remaja dapat diibaratkan semacam investasi jangka panjang. Hal tersebut penting untuk kelanjutan keturunan dan kehidupan mereka yang sehat.

"Upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan dengan memberikan informasi, edukasi dan konseling (literasi) baik dilakukan secara langsung kepada remaja ataupun kepada orang tua. Penyampaian pesan sesuai dengan gaya komunikasi milenial, tidak bersifat menggurui tetapi lebih menekankan diskusi," ucapnya.

Simak informasi selengkapnya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, simak juga kisah April Jasmine yang hamil dengan masalah rahim dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]


OBROLAN SOAL KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SANGAT MINIM

umy

Kegiatan pelatihan/ Foto: Biko Ambarketawang

Sayangnya, membicarakan soal kesehatan reproduksi ini masih menjadi hal yang minim, Bunda. Terlebih lagi, hal ini semakin didukung dengan waktu yang terbatas karena kesibukan orang tua yang bekerja, menganggap hal tersebut sebagai hal yang tabu, keterbatasan pengetahuan, hingga kurangnya keterbukaan antara orang tua.

Enggak hanya itu, tidak sedikit pula dari orang tua yang memandang bahwa anaknya sudah dewasa dan paham dengan perkembangan kesehatan reproduksi yang dialami. Padahal, itu belum tentu benar, Bunda.

Sedangkan dari sisi remaja, salah satu peserta kegiatan ini menyampaikan bahwa remaja lebih nyaman untuk mencari informasi secara mandiri melalui internet. Alasannya, karena merasa malu untuk bertanya mengenai isu kesehatan reproduksi.

Lebih lanjut, remaja tersebut juga menyarankan penyelesaian masalah tersebut dengan pendekatan yang ramah. Salah satunya, yakni dengan mengedukasi isu-isu kesehatan reproduksi sejak kecil.

"Dari kecil dibiasakan untuk membahas hal-hal yang selama ini dianggap tabu sehingga nyaman untuk dibicarakan saat sudah memasuki masa pubertas," tuturnya.

Hal tersebut pun turut didukung oleh Wuri Rahmawati dari Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta. Menurutnya, literasi antara orang tua dan anak sebaiknya dimulai sedini mungkin agar anak lebih paham mengenai perbedaan antara laki-laki dan perempuan serta peran reproduksi yang menyertainya.

"Tingginya angka KTD serta rendahnya literasi kesehatan reproduksi menjadi salah satu isu yang mengemuka saat sesi presentasi antar kelompok dilakukan. Selain itu tantangan untuk melakukan literasi berupa kurangnya pengetahuan dari ibu mengenai reproduksi, serta jarak usia yang jauh membuat ibu dan remaja kurang bisa bertemu di titik tengah yang sama sehingga pembicaraan bisa nyambung dilakukan. Upaya untuk mengimbangi informasi reproduksi di dunia digital terus dilakukan di tengah gempuran arus teknologi digital sebagai bagian dari dakwah untuk mewujudkan keluarga sakinah sesuai cita-cita 'Aisyiyah," tuturnya.

Pada akhir sesi, Siti Setyaningsih selaku pengurus PCA Gamping menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini, diharapkan dapat memberikan ilmu yang sangat berharga mengenai pentingnya berkomunikasi dua arah antara anak dengan orangtua. Orang tua harus pintar dan berani mengajak anaknya berdiskusi mengenai kesehatan reproduksi, demikian sebaliknya.

"Mari kita semua menjadi Sahabat Literasi Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja, dengan melakukan literasi mulai lingkungan terdekat yaitu keluarga, kemudian tetangga dan warga Aisyiyah di wilayah PCA Gamping," ungkapnya.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda