HaiBunda

MOM'S LIFE

Benarkah Bunda Bisa Kena Badai Sitokin Usai Sembuh Lama dari COVID-19? Ini Kata Dokter

Annisa Afani   |   HaiBunda

Selasa, 31 Aug 2021 16:37 WIB
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/ArtistGNDphotography
Jakarta -

Dalam beberapa waktu terakhir, badai sitokin ramai diperbincangkan, Bunda. Hal ini karena badai sitokin bisa dialami oleh pasien COVID-19.

Badai sitokin juga disebut-sebut bisa terjadi dalam waktu lama. Bahkan masih bisa terjadi saat pasien telah dinyatakan sembuh dari COVID-19.

Benarkah hal tersebut?


"Badai sitokin itu tidak akan terjadi jika dia sudah sembuh cukup lama, sudah satu bulan misalkan dia sembuh. Ini pernah ada juga yang kemudian menanyakan ini saya ada keluhan begin kira-kira badai sitokin enggak? Padahal dia kenanya sudah mulai satu bulan yang lalu. Itu kan terlalu jauh sebenarnya," ujar Ceva Wicaksono Pitoyo, SpPD-KP, dokter spesialis penyakit dalam, dikutip dari YouTube PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (30/8/2021).

Menurutnya, risiko badai sitokin bergantung pada respons imun atau sifat reaktif kekebalan masing-masing tubuh, Bunda. Namun pada umumnya, badai sitokin tidak terjadi di awal-awal seseorang terinfeksi virus COVID-19, melainkan pada kasus gejala berkepanjangan. Dengan begitu, respons kekebalan tubuh bisa ikut terangsang secara berkepanjangan sehingga badai sitokin terjadi lebih dari 10 hari.

"Secara umum biasanya di hari pertama itu tidak terjadi, minggu pertama tidak terjadi. Walaupun saya akui ada pasien yang kemudian baru sakit empat hari sudah terjadi gejala yang menunjukkan adanya badai sitokin. Tapi sebagian besar terjadi setelah di atas 10 hari, terutama masuk di atas dua minggu," kata dr Ceva.

"Berapa lama? Itu bisa panjang bisa sampai 40 hari bahkan itu bisa terjadi pada yang kemudian responnya berkepanjangan. Atau juga virusnya lambat untuk hilang, itu juga bisa merangsang terus terjadi," sambungnya.

Selain itu, Ceva juga menambahkan bahwa hampir seluruh pasien COVID-19 dengan kondisi kritis mengalami badai sitokin. Namun memang, tingkatnya berbeda-beda. Ada yang tergolong ringan ibarat riak gelombang, ada yang berat ibarat badai.

"Badai sitokin pasti terasa. Kalau peningkatan sitokin masih ringan belum sampai badai, kalau saya istilahkan tadi badai gelombang saja ibarat laut, gelombang saja belum sampai badai itu masih tidak terasa," paparnya.

"Kalau tinggi (badai sitokin) pasti terasa ada demamnya, sesak napas, kemudian dia kalau pakai monitor pakai pulse oximeter saturasi sekarang di rumah banyak yang punya itu kelihatan makin turun," lanjutnya.

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI. 

 

Bunda, simak juga 5 fakta dokter Gunawan penyelamat Deddy Corbuzier dalam video berikut:



(AFN/som)

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Happy Berdua, Intip Potret Kebersamaan Raisa dan Zalina Liburan ke Korea

Parenting Annisa Karnesyia

Istilah Dunia Kerja ala Gen Z dan Milenial: Career Minimalism hingga Polyworking

Mom's Life Arina Yulistara

9 Kebiasaan Makan Penyebab Kerusakan Ginjal

Mom's Life Amira Salsabila

4 Shio Kurang Beruntung di Tahun Kuda 2026, Beserta Solusi Mengatasinya

Mom's Life Amira Salsabila

Momen Hagia Anak Jessica Iskandar Pertama Kali Main Salju, Bikin Gemas!

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

3 Pesohor Indonesia Sukses Turun Berat Badan di 2025, dari Size XL ke XS

100 Pria Tertampan di Dunia 2025, V BTS Peringkat 7

Terpopuler: Potret Ariyo Wahab bersama Istri dan 3 Anak Perempuan

Happy Berdua, Intip Potret Kebersamaan Raisa dan Zalina Liburan ke Korea

Istilah Dunia Kerja ala Gen Z dan Milenial: Career Minimalism hingga Polyworking

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK