
moms-life
Wanita Banyuwangi Digaji Rp20-50 Juta Per Bulan di Australia, Kerja Apa?
HaiBunda
Jumat, 01 Oct 2021 14:40 WIB

Gaji para pekerja TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di luar negeri memang kerap menarik minat ya, Bunda. Bagaimana tidak, di sana para pekerja bisa mendapat penghasilan yang terhitung tinggi dibandingkan di Indonesia.
Seperti halnya yang dialami oleh seorang wanita asal Banyuwangi bernama Titing Reza Fahrisa. Selama tinggal di Australia, Titing ungkap bahwa negara tersebut memiliki sistem pekerjaan dan penggajian yang baik.
Katanya, sistem gaji di Australia itu setiap dua minggu sekali, Bunda. Berbeda seperti di Indonesia, yang baru dapat menikmati hasil kerja keras usai 1 bulan bekerja.
"Sistem gaji di Australia itu, kita dibayar per week (minggu). Jadi kalau di Indonesia, kalian mendapatkan gaji itu perbulan atau harus menunggu 1 bulan untuk mendapatkan satu kali gaji, kalau di Australia kalian bisa mendapatkan gaji misalnya dua minggu (kerja) kalian tuh sudah digaji, gitu," ungkapnya, dikutip dari channel YouTube Titing Reza Fahrisa pada Kamis (30/9/2021).
Lebih lanjut, Titing juga paparkan bahwa di sana ada tiga tipe pekerjaan dengan pembayaran yang berbeda. Pertama, sistem casual yang bisa dilakukan dengan visa student, visa working, maupun holiday visa. Pekerjaan tipe ini biasanya dengan orang banyak.
Yang kedua yakni tipe part-time, lalu yang terakhir yaitu sistem full time. Tipe ketiga ini dikerjakan oleh orang-orang profesional, misalnya dokter atau pengacara dan gajinya pasti berbeda.
Titing ungkap bahwa para pekerja di Australia merasa nyaman dan aman, Bunda. Ini karena mereka dipastikan bekerja di bawah kontrak dan dilindungi oleh pemerintah setempat.
"Sistem penggajian di Australia itu sebenarnya cukup mudah, karena kita itu kerja under contract gitu. Jadi hal yang ilegal juga sangat jarang ditemukan di Australia."
"Soalnya semua itu kayak sudah di bawah kontrolnya government (pemerintah). Dan company (perusahaan) sama government itu bekerjasama, kemudian kita itu selalu terlindungi gitu sama kontrak-kontrak itu. Jadi kita mendapatkan benefit, kita mendapatkan asuransi meskipun kita itu bukan warga negara Australia," tuturnya.
Kemudian, Titing juga menjelaskan bahwa pada dasarnya, penentuan rate gaji di Australia itu tak beda jauh dengan sistem gaji UMR di Indonesia. Semua bisa berdasarkan kota hingga jumlah penduduk di satu wilayah.
Titing ungkap bahwa gajinya di ibu kota Australia, yakni Canberra, tak bisa disamakan dengan kota lainnya seperti Melbourne . "Aku tinggalnya di Canberra, which is itu kayak Jakartanya Indonesia gitu."
"Kalau dibanding, Melbourne orangnya (penduduknya) banyak, kalau di Canberra orangnya dikit banget gitu, jadi pekerjaan itu diimbangi dengan populasi. Jadi semua orang tuh kerja gitu dan enggak ada serobot-serobotan, karena kerjaan memang banyak banget," sambungnya.
Simak kelanjutanya di halaman berikut ya, Bunda.
Bunda, simak juga kisah perempuan WNI supir bus di AS dalam video berikut:
GAJI TITING TIAP BULAN
Foto: Instagram @titingrezaf
Meski gaji di tiap kota berbeda, Titing ungkap bahwa perbedaan tersebut tak signifikan jika dibandingkan dengan Jakarta-Banyuwangi. Perbedaan gaji di Canberra dan Melbourne tak jauh, sehingga masih tetap dapat bertahan hidup.
"Setiap state (kota) rate-nya beda-beda. Tapi perbedaan itu tidak signifikan gitu dan bisa tetap survive setiap dua minggu karena bayaran, terus bayaran, terus bayaran gitu. No worries mengenai biaya hidup karena kita itu menggunakan standar pemerintah jadi enggak ada ceritanya dibayar di bawah UMR," katanya.
Kemudian, sistem gaji di Australia juga dihitung per jam ya, Bunda. Setiap penggajian, uang yang diterima para pekerja ini termasuk untuk membayar pajak, yang secara otomatis dibayarkan oleh perusahaan pada pemerintah.
"Jadi di Canberra itu satu jamnya itu bisa $26, sudah termasuk pajak dan orang yang orang kerja di Australia itu harus bayar pajak, itu otomatis enggak bisa dihindari.
Untuk gaji Titing sendiri, ia uang bahwa dirinya bisa mematok harga AUD$25 per jam. Kemudian, dalam sehari ini hanya bekerja selama 4 jam dan 5 hari dalam seminggu.
"Misalnya kurs Indonesia adalah Rp10 ribu, aku patok lah $25 per jam, dapat (Rp250 ribu). Terus aku cuma ngambil sehari itu empat jam, terus dikali berapa hari dalam seminggu, misalnya aku 5 hari," tuturnya.
Berikut hitungan pendapatan Titing Bunda:
Dari AUD$ 25 x 4 jam x 5 hari x 2 minggu. Maka income per dua minggunya yakni AUD$1000 (Rp10,2 juta). Kemudian income tersebut ia terima dua kali dalam sebulan, maka ia bisa peroleh kurang lebih Rp20 juta.
Rp20 juta ini hanya dilakukan Titing dengan bekerja selama 5 jam dalam sehari ya, Bunda. Tentunya ini bisa mencapai Rp50 juta jika ia bekerja selama 8 jam per hari, ya.
Tak hanya kerja di hari biasa, di Australia juga ada sistem shift. Tentu saja, bayaran per jamnya pun berbeda dan lebih tinggi.
"Australia juga ada sistemnya shift. Kalau kalian misalnya shift malam itu harganya per jamnya lebih tinggi bisa jadi dua kali lipat dari shift pagi."
"Terus di sini juga ada kerja Sabtu-Minggu gitu. Sabtu-Minggu itu gajinya lebih tinggi juga, lalu kalau kita shift malam di hari libur, hari nasional, ini lebih gede lagi karena kita bekerja di hari libur kayak gitu," sambungnya.
Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.
ATURAN VISA DAN PEKERJAAN DI AUTRALIA
Foto: Instagram @titingrezaf
Seperti yang sebelumnya dijelaskan oleh Titing, visa yang berlaku di Australia ini beragam dengan fungsi berbeda. Sebut saja salah satunya visa student atau siswa.
Titing ungkap bahwa orang yang datang ke Australia untuk sekolah akan mendapat visa jenis ini. Meski begitu, pemerintah di sana memberikan keringanan bagi siswa jika memang ingin bekerja dan menggunakan visa tersebut.
Akan tetapi, pemilik visa ini tak boleh kerja lebih dari 20 jam dalam seminggu, Bunda. Ini karena pemerintah ingin menjaga agar fokus siswa ke studi tetap terjaga.
"Government memberi kalian kelonggaran untuk bisa bekerja di Australia tapi waktunya tuh cuman 20 jam per minggu, karena itu sudah peraturan dan kalian akan terganggu juga studinya kalau terus-terusan kerja," bebernya.
Pemerintah di sana juga tegas terkait visa pelajar ini, Bunda. Karena jika dilanggar dan siswa benar-benar fokus pada pekerjaan, maka akan dideportasi, lho.
"Terus kalau kalian misalnya kerja sampai lupa sama studinya, kalian bisa dideportasi. Jadi semua peraturan yang ada di sini itu mengandung sebab dan akibat. Konsekuensinya itu gede banget. Jadi karena peraturan yang jelas itu makanya kita itu serba hati-hati dalam melakukan pekerjaan kayak gitu," ujarnya.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Haru! Cerita Perempuan Malaysia Bersama ART Indonesia yang Sudah 22 Th Bekerja hingga Lansia

Mom's Life
Kisah Siti Eks TKW Taiwan yang Asuh Anak Majikan, Bantah Dibantu Jerry Yan

Mom's Life
TKI Jadi Kuli di Korea Selatan, Ungkap Gaji Menggiurkan Sehari Dibayar Jutaan

Mom's Life
Dipercaya Majikan, TKI Asal Cianjur Diberi Rumah 3 Lantai dan Mobil Mewah

Mom's Life
Kisah TKI Diberi Rumah 3 Lantai & Mobil oleh Majikan, Kok Bisa?


9 Foto
Mom's Life
9 Potret Rumah Mewah Bocah Madura yang Jadi Miliarder di Arab
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda