
moms-life
Kisah Sally Giovanny, Sempat Jual Kain Kafan Sebelum Jadi Pengusaha Batik Sukses
HaiBunda
Senin, 04 Oct 2021 15:46 WIB

Menikah di usia 17 tahun barangkali merupakan keputusan dengan risiko terbesar yang diambil oleh Sally Giovanny. Baru lulus sekolah dan masih jauh dari kata mapan, ia beserta suami berjuang merintis usaha dari nol, Bunda. Tapi tentu, bukan bisnis Batik Trusmi yang sudah terdengar gaungnya hingga Mancanegara ini.
Wanita kelahiran 25 September 1988 ini memulai usahanya saat usia 17 tahun, bermodal keyakinan dan amplop pernikahan, Sally memberanikan diri untuk memulai usaha untuk menjual kain kafan. Menurutnya, menjual kain kafan adalah yang paling mudah dan sederhana, serta tidak membutuhkan modal yang besar.
Seiring berjalannya waktu, Sally menyadari bahwa penjualan kain kafan tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Berbagai cara dilakukan, tetapi tidak ada yang membeli kain kafan kecuali sangat dibutuhkan.
Niatnya mengubah usaha dari menjual kain kafan menjadi batik dimulai saat Sally memutuskan untuk tinggal bersama mertuanya, dan ia melihat banyak pengrajin batik di sekitarnya. Ia pun tergerak untuk bertanya dan mempelajari proses pembuatan batik.
"Kebetulan setelah nikah aku numpang di rumah mertua, dan tetangga-tetangga tuh pengrajin batik gitu kan, jadi aku kepikiran nanya-nanya dan kepo, bahan batik tuh apa aja sih, prosesnya gimana sih," kata Sally saat dihubungi tim HaiBunda.
Tak disangka, ternyata salah satu bahan dasar pembuatan batik adalah kain kafan, Bunda. Sejak saat itu, sisa kain kafan yang belum laku terjual ia berikan kepada pengrajin batik untuk dimodifikasi menjadi kain batik.
Dalam mengembangkan Batik Trusmi, banyak tantangan yang dihadapi oleh Sally. Di antaranya; seperti penjualan batik yang tidak laku, ditolak pasar, bahkan pernah ditipu. Namun, sejak awal Sally dan suami sepakat untuk menanggapi apa pun yang terjadi dengan sikap positif.
“Dalam bisnis yang dijalani, pasti ada ujiannya dan risikonya. Tapi lebih ke cara menanggapinya sih, kalau kita menanggapi dengan positif, maka hasilnya juga akan positif. Kalau menanggapinya negatif ya hasilnya akan negatif juga," tutur Sally.
Kendati demikian, bukan berarti Sally tak pernah mengalami titik terendah, Bunda. Sebagai manusia, menurutnya wajar ada masa-masa di mana ingin menyerah, tetapi kekompakan bersama suami untuk saling mengingatkan menjadi landasan kuat baginya untuk tidak berhenti berjuang.
Selama kurang lebih tiga tahun, Sally, suami, beserta anaknya pernah mengalami kondisi yang memprihatinkan.
"Kami sudah kayak mutusin gengsi, sampai tidur tuh numpang di musholla pinggiran jalan, terus mandi juga numpang di pom bensin, makan di pinggiran jalan seadanya, bener-bener yang me-manage keuangan tuh jangan sampai besar pasak daripada tiang," kisah Sally menceritakan masa-masa awal merintis bisnisnya.
Perjuangan dan kerja keras Sally selama 15 tahun bersama suami membuahkan hasil. Batik Trusmi kini telah memiliki 10 cabang yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia, dengan total karyawan lebih dari 1000 orang. Batik Trusmi juga pernah memiliki jumlah pengunjung hingga mencapai 5000 orang, Bunda.
Bahkan, Batik Trusmi meraih rekor MURI di tahun 2013 sebagai toko batik terluas, yakni seluas dua hektar dan pemilik toko batik termuda di usia 22 tahun. Batik Trusmi sendiri sebagian besar menjual motif batik asal Cirebon, dan ada juga batik dari daerah lainnya.
Sebagai industri fesyen yang harus selalu mengikuti perkembangan zaman, Batik Trusmi selalu mengeluarkan motif baru per 3 bulan. Motif yang dibuat pun mengangkat konsep kontemporer dengan memadukan unsur tradisional dan modern.
Tidak hanya berupa kain, Batik Trusmi juga menjual batik ready to wear, mulai dari baju sehari-hari, baju resmi, hingga untuk fashion show, tentunya dengan harga yang murah meriah, mulai dari 25 ribuan hingga puluhan juta rupiah.
Selain itu, Batik Trusmi juga menyediakan workshop untuk Bunda yang ingin belajar membatik. Wah, menarik ya?
Lanjut baca halaman berikutnya yuk, Bunda.
PANDEMI COVID-19 MEMBUAT BATIK TRUSMI TERUS MELAKUKAN BERBAGAI INOVASI.
Kisah sukses Sally, pemilik batik trusmi. Foto: dok. pribadi Sally.
Kemajuan industri batik terbukti dari eksistensi kain dan pakaian batik yang masih ada hingga saat ini dengan berbagai inovasi. Berbagai kalangan, termasuk anak muda mulai menggemari kearifan lokal Indonesia yang satu ini.
Untuk menyesuaikan dengan tren anak muda, Batik Trusmi juga mengeluarkan model-model batik yang lebih modern, mulai dari pemilihan warna pastel dan potongan dari batik yang tidak hanya bisa digunakan untuk acara resmi, tetapi bisa juga digunakan saat santai dan hang out bersama orang tersayang, lho.
Dari berbagai jenis batik yang dijual, kain batik dan baju tipe formal menjadi salah satu yang memberikan kontribusi penjualan tertinggi hingga saat ini. Apalagi, di Hari Batik Nasional ini, Sally mengatakan bahwa tingkat penjualan batik pun kian melonjak.
Meskipun demikian, Sally mengakui pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang menurun secara signifikan terhadap penjualan batik. Bahkan, dirinya harus menutup sementara beberapa cabang yang ada, akibat berbagai pembatasan yang diberlakukan. Namun, Batik Trusmi terus melakukan berbagai cara untuk bertahan.
“Kita terus berinovasi, dulu kita gapernah berpikir menjual masker sekarang kita menjual masker kain batik dan jaket pelindung batik. Kita juga beradaptasi dengan berjualan online dan menerapkan protokol kesehatan di Batik Trusmi," kisah Sally.
Di Hari Batik Nasional, Batik Trusmi juga melakukan kolaborasi dari artis, publik figur, selebgram, bahkan sempat ikut fashion show di New York lho, Bunda.
Menjiwai panggilannya sebagai anak bangsa, Sally tentu merasa bangga melihat batik saat ini sudah mencapai pasar dunia. Bahkan, Batik Trusmi pernah menerima pesanan dari orang Jepang, dengan harga 35 juta rupiah per lembar, Bunda.
Batik yang dijual merupakan jenis batik tulis halus bolak-balik, yang melalui dua kali proses membatik.
Kesuksesannya hingga saat ini tidak terlepas dari dukungan orang tua. Pesan orang tua untuk selalu mengutamakan kepuasan konsumen, kejujuran, dan tidak serakan mengambil untuk dari produk yang dijual, selalu dipegang oleh Sally.
Tidak ingin sukses sendirian, Sally juga membagikan tipsnya untuk generasi milenial yang baru mau memulai usaha. Ia mengatakan, ketika ingin membangun usaha mulailah dengan niat yang baik, lakukan dari hal mudah, dan jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan untuk menunda dan tidak melakukan apa pun.
Sally mengingatkan bahwa hasil tidak akan mengkhianati prosesnya dan jangan menyerah hanya karena pernah gagal. Di balik kesuksesannya, Sally dan suami telah mengalami berbagai proses yang bisa dibilang menyakitkan, tetapi justru membuat dirinya dan suami semakin kuat.
“Ada rasa sakit yang tidak membuat kita mati, tapi justru rasa sakit ini membuat kita semakin kuat, jadilah kuat agar bisa menguatkan orang lain. Jadilah besar agar bisa membesarkan orang lain” kata Sally.
Melalui usahanya, Sally berharap bisa menjadikan Batik Trusmi sebagai perusahaan top dunia yang mengangkat kearifan lokal Indonesia. Ia juga memiliki impian untuk mendirikan Batik University dan mengajak generasi muda untuk mempelajari batik. Sangat menginspirasi ya, Bunda?
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
100 Kata-kata Ucapan Selamat Hari Batik Nasional 2024, Cocok untuk Caption Medsos

Mom's Life
Serupa Tapi Tak Sama, Ini Bedanya Batik Indonesia dan Malaysia

Mom's Life
Kisah Pengusaha Amanda Hartanto Kena Tipu Sahabat Rp100 Juta, Bangkit dari Nol

Mom's Life
Kisah Pipiet Tekuni Bisnis Batik hingga Brand-nya Tampil di Time Square New York

Mom's Life
Batik, Pilihan Instrumen Investasi Baru untuk Bunda


7 Foto
Mom's Life
7 Potret Ova Emilia, Wanita yang Resmi Jadi Rektor UGM Periode 2022-2027
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda