Perjuangan Pria Aceh Dapat Restu Mertua Turki, Luluh karena Nenek Suka Orang Indonesia saat Haji

Harris Junandar dan Rusen/Foto: Dok. Pribadi Harris Junandar

Menikah dengan seseorang yang berbeda negara tentu bukanlah hal yang mudah, Bunda. Ada banyak rintangan dan tantangan yang harus dihadapi untuk mendapatkan restu dari orang tua.

Kesulitan dalam meluluhkan hati sang mertua juga dirasakan oleh Harris Junandar, Bunda. Ia adalah seorang pria Aceh yang menikah dengan bule Turki.

Awalnya, Harris berkenalan dengan sang istri, Rusen, berkat sang adik yang berkuliah di Ankara, Turki. Ketika bermain Facebook, Rusen melihat komentar-komentar Harris di Facebook sang adik. Keduanya pun saling add dan berkenalan, Bunda.

"Kami berbicara banyak tentang tsunami Aceh. Saat itu pertama kali kenalan pada 2009. Istri saya sangat penasaran dengan Indonesia, terutama Aceh, karena dia suka dengan kultur dan budaya asing," imbuh Harris pada HaiBunda beberapa waktu lalu.

Saat berkenalan lewat Facebook, sempat terlintas dalam pikiran Harris bahwa hubungan yang ia bangun dengan Rusen tidak akan berlanjut ke jenjang pernikahan. Namun, Rusen berpikir sebaliknya.

"Istri saya sangat optimistis kalau hubungan kami ini bisa terwujud sampai ke jenjang pernikahan. Istri saya selalu memotivasi saya agar bisa mewujudkan pernikahan itu," paparnya.

Setelah memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius, tentunya ada banyak kendala yang harus dihadapi Harris, Bunda. Salah satunya adalah mendapatkan restu dari sang mertua.

"Hubungan kami tidak langsung mendapatkan restu dari Ayah istri saya karena alasan yang logis. Calon suami bukan orang Turki, dan Indonesia adalah negara yang letaknya sangat jauh dari Turki," jelasnya.

Meski begitu, ternyata nenek Rusen sangat menyukai orang Indonesia, Bunda. Ketika bertemu orang Indonesia saat menjalankan ibadah haji, nenek Rusen mengungkap kalau orang Indonesia memiliki akhlak yang baik.

"Almarhumah neneknya istri saya sangat suka dengan orang Indonesia karena dulu ketika beliau haji dan umrah, banyak bertemu orang Indonesia di sana. Beliau katakan orang Indonesia agama dan akhlaknya sangat baik," imbuh pria yang sempat bekerja sebagai penjual hijab ini.

Setelah diberikan nasihat oleh sang nenek, Ayah Rusen pun memberikan restu, Bunda. Namun, Harris harus pindah dan tinggal di Turki.

Harris menyetujui syarat itu, Bunda. Ia pun meninggalkan pekerjaannya dan menikahi Rusen di Turki.

Klik baca halaman berikutnya yuk, Bunda.

Bunda, simak juga video resep harmonis Ricky Soebagdja dan Cica Andjani berikut ini:

[Gambas:Video Haibunda]

PERNIKAHAN DUA BAHASA

Harris Junandar dan keluarga/Foto: Dok. Pribadi Harris Junandar

Setelah berkenalan pada 2009, Harris memutuskan untuk menikah dengan Rusen pada 2016, Bunda. Pernikahan pun berlangsung secara agama dan negara di dua kota yang berbeda.

Pernikahan yang pertama dilaksanakan adalah pernikahan secara agama. Pernikahan pun digelar di Kota Diyarbakir, yang merupakan tempat tinggal orang tua Rusen. Di tahun yang sama, pernikahan secara negara pun kembali di gelar di Kota Istanbul.

Uniknya, pernikahan Harris dan Rusen digelar dengan menggunakan dua bahasa. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris dan Turki.

"Pernikahan saya yang secara agama waktu itu menggunakan dua bahasa. Imam sebagai translator saya dengan menggunakan bahasa Inggris. Sementara beliau menerjemahkannya ke mertua saya dengan bahasa Turki," imbuhnya.

Hal ini tentunya bukan tanpa alasan, Bunda. Saat itu, Harris sama sekali tidak mengerti dan tidak bisa berbicara dengan bahasa Turki, sedangkan imam nikahnya adalah mantan prajurit NATO yang pernah bekerja di markas Amerika sehingga fasih berbahasa Inggris.

"Nikahan kami dilakukan di dalam kamar kerja imam dan dihadiri oleh sekitar 6 pria saja termasuk adik kandung saya," katanya.

Sayangnya, dua tahun tinggal di Turki tak menjamin kehidupan Harris, Bunda. Ia sulit beradaptasi dan tak bisa mendapatkan pekerjaan. Karena itu, Harris memutuskan untuk memboyong istrinya yang tengah hamil untuk kembali ke Indonesia.

Simak kisah selengkapnya di laman berikutnya yuk, Bunda.

KEMBALI KE INDONESIA DAN JUALAN HIJAB

Harris Junandar dan keluarga/Foto: Dok. Pribadi Harris Junandar

Harris akhirnya mengambil keputusan yang sulit untuk pulang ke Indonesia. Ia terpaksa memboyong sang istri yang kala itu sedang hamil besar.

"Selama hampir 2 tahun kami di Turki, saya kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja di sana. Selain terkendala bahasa, saya juga tidak menemukan kenyamanan ketika bekerja dan akhirnya saya dan istri yang pada saat itu tengah hamil besar memutuskan untuk kembali ke Indonesia," kata Harris.

Harris pergi ke Indonesia dengan harapan menjadi PNS. Ia hendak mengikuti ujian CPNS yang kala itu sedang berlangsung di Aceh. Namun apabila tidak lolos, ia berjanji akan kembali ke Turki.

Sebelum berangkat ke Indonesia, Harris dan Rusen tidak pergi dengan tangan kosong. Pasangan yang menikah pada 2016 ini telah memikirkan kemungkinan terburuk, yaitu tidak adanya pekerjaan selama menunggu hasil tes CPNS. Pada saat itu, Harris memutuskan untuk berjualan hijab.

"Jadi di Turki kami belanja hijab sekitar 2 koper untuk kami jual di Indonesia. Setiba di Indonesia, saya ikut tes PNS dan benar saja, pengumumannya memakan waktu lama. Kami mulai berjualan hijab di pinggir jalan," ia bercerita.

Menariknya, dagangan Harris laris manis karena istri yang ikut berjualan. Ia bercerita, banyak orang menghampiri lapak mereka dan meminta foto bersama Rusen.

"Alhamdulillah dagangan kami cukup laku karena pengaruh orang melihat istri saya yang orang Turki langsung menjual produknya. Tidak sedikit ibu-ibu datang ke lapak dagangan kami bukan untuk beli hijab, melainkan untuk minta foto selfie bareng istri saya," Harris bercerita.

Harris sengaja memilih berjualan hijab karena tak butuh modal besar. Apalagi, hijab sangat mudah dijual di Aceh yang sangat kental dengan kultur Islam.

Setiap akhir pekan, Harris dan Rusen menjual hijab yang dibanderol seharga Rp80.000 hingga Rp250.000 per lembar. Dalam sebulan, pasangan beda negara ini mengaku mendapatkan omzet Rp2 juta.