Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kebiasaan Baik di Indonesia yang Ternyata Bisa Mengancam Karier di Luar Negeri

Annisa Afani   |   HaiBunda

Rabu, 09 Mar 2022 21:35 WIB

Valencia, Spain; 6th May 2020: People walking and playing sports during the coronavirus pandemic in the time slot allocated by the Government. Walking and individual sport activities are allowed with some limitations and respecting social distancing measures
Ilustrasi ngobrol/Foto: Getty Images/ Edwin Tan

Sebagai warga negara Indonesia, kita tentu memiliki kebiasaan-kebiasaan yang dianggap baik. Kebiasaan ini pun diajarkan turun menurun oleh budaya, orang tua maupun lingkungan sekitar dengan tujuan tertentu.

Akan tetapi, perlu digarisbawahi bahwa kebiasaan-kebiasaan tersebut mungkin hanya berlaku baik di Tanah Air dan bisa jadi bumerang jika dibawa ke luar negeri.

Jika ke luar negeri dan bertemu orang asing dengan budaya berbeda, kebiasaan kita bisa menjadi cerminan yang kurang baik. Tak heran, hal ini pun bisa membuat kita dianggap remeh.

Hal ini diterangkan oleh salah satu diaspora yang menetap di Jerman melalui akun TikTok @irwanprasetiyo. HaiBunda sudah menghubungi dan mendapat izin dari Irwan untuk mengangkat pengalamannya tersebut.

Irwan mengatakan bahwa dirinya yang berasal dari Indonesia dan bersuku Jawa, sudah terbiasa dengan yang namanya sopan santun. Misalnya saja dengan berhati-hati saat akan berbicara dengan orang lain.

"Sebagai orang yang lahir di Jawa, tentu aku sudah terbiasa sama yang namanya sopan santun dan tata krama termasuk sikap segan dan takut jika perkataan kita bisa melukai orang lain," katanya, dikutip pada Selasa (8/3/2022).

"Jadi sudah biasa kalau kita selalu mengawali perkataan dengan 'Maaf kalau ada salah kata' atau 'Maaf bukan bermaksud menyinggung' sebelum kita masuk ke kalimat utama," sambungnya.

Katanya, kebiasaan ini dianggap amat aneh bagi warga Jerman, Bunda. Mereka akan menilai cara tersebut 'tidak jelas' dan bisa berdampak pada karier.

"Orang Jerman bingung kalau diginiin. Enggak ada apa-apa kok minta maaf enggak jelas. Bahkan kita bisa dianggap tidak percaya diri dan berdampak negatif karier kita," tuturnya.

Dan ternyata, hal tersebut bukan berlaku di Jerman saja. Irwan bahkan turut menyangkutkan pengalamannya tersebut dengan apa yang juga dialami oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.

Dalam konten miliknya, Irwan menampilkan potongan cerita gubernur yang akrab disapa Kang Emil tersebut. "Ini bukan aku saja yang mengalami, ya. Ternyata Kang Emil (Gubernur Jawa Barat) pernah mengalaminya," katanya.

Dalam penggalan kisahnya, Kang Emil ungkap bahwa ia pernah diwawancara oleh orang Amerika. Ia ditanya soal kemampuan mendesain di komputer.

Sebagai orang Sunda, suami Atalia Praratya itu menjawab dengan kalimat merendah. Ia bermaksud untuk tak terlihat sombong karena merasa memang ahli dan memiliki kemampuan tersebut.

Pertanyaan tersebut ia jawab dengan 'Just, a little (ya, sedikit)'. Namun jawaban tersebut nyatanya tak berakhir sesuai dengan maksud yang dituju. Orang yang mewawancarai justru menilai bahwa itu berarti bahwa Kang Emil tak bisa mahir mendesain memakai komputer.

"Tapi kalimat 'just a little' itu kalau di Amerika itu dianggap kamu memang enggak bisa," tuturnya.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, simak juga 5 kebiasaan aneh orang Indonesia di mata bule Belgia dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

KEBISAAN WARGA JERMAN YANG DIANGGAP MISKIN DI INDONESIA

Valencia, Spain; 6th May 2020: People walking and playing sports during the coronavirus pandemic in the time slot allocated by the Government. Walking and individual sport activities are allowed with some limitations and respecting social distancing measures

Ilustrasi bersepeda/Foto: iStock

Selain rendah hati, ada cerita lain yang dibawakan Irwan Prasetiyo, Bunda. Di video yang lain, Irwan bercerita bahwa ada kebiasaan masyarakat Eropa yang sudah menjadi gaya hidup mereka. Padahal di Indonesia, kebiasaan ini kerap dipandang sebelah mata.

"Dianggap miskin di Indonesia, jadi gaya hidup di Eropa," kata Irwan membuka videonya, dikutip dari akun TikTok @irwanprasetiyo.

Irwan kemudian menjelaskan, kebiasaan itu adalah bersepeda. Di Indonesia, sepeda merupakan kendaraan yang biasanya digunakan untuk menempuh jarak pendek. Sementara di Eropa termasuk Jerman, banyak masyarakat menggunakannya untuk berpergian ke mana saja, meski harus menempuh jarak yang panjang.

"Ada banyak banget teman kantor ku yang naik sepeda ke kantor meskipun jaraknya 10 kilometer lebih dan sebagian dari mereka sangat konsisten enggak peduli mau panas, mau hujan, ataupun salju," ujar Irwan.

Kebiasaan ini sangat berbeda dengan realita yang terjadi di Indonesia. Seperti Bunda ketahui, banyak orang lebih memilih menaiki sepeda motor untuk berpergian di Indonesia.

"Sementara banyak dari kita yang mau beli gorengan jarak 500 meter saja kebanyakan pasti naik motor. Sudah gorengannya enggak sehat meskipun enak banget, beli minumnya pakai es teh manis, enggak pernah olahraga pula," tuturnya.

Hampir enam tahun tinggal di Jerman, Irwan melihat masyarakat di sana sangat menggeluti sepeda sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Hal ini tentunya juga berbeda dari kebiasaan masyarakat Indonesia.

Sepeda lebih umum digunakan oleh anak-anak yang belum bisa menaiki sepeda motor. Beberapa orang yang kurang mampu untuk membeli sepeda motor juga banyak yang memakai sepeda konvensional. Meskipun belakangan ini kegiatan bersepeda mulai digeluti orang dewasa dan masyarakat kelas atas di Indonesia, beberapa dari mereka hanya melakukannya untuk mengikuti tren.

"Di Indonesia, kadang naik sepeda cuma dianggap untuk bocil (anak-anak), orang kurang mampu, atau kalau pas lagi ada tren saja. Sementara di Eropa, bersepeda itu sangat umum karena selain dianggap sehat, juga sangat ramah lingkungan," kata Irwan.


(AFN)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda