Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Terlalu Mencintai Pekerjaan Bikin Jadi Lebih Cepat Burnout? Ini Kata Pakar

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 07 Nov 2022 12:15 WIB

Burnout
Burnout Teryata Rentan Dialami Orang yang Mencintai Pekerjaan, Ini Kata Pakar/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pongtep Chithan
Jakarta -

Bunda pasti sudah tak asing dengan istilah burnout. Kondisi burnout kerap dikaitkan dengan beban pekerjaan yang terlalu berlebihan.

Namun, belum lama ini penelitian justru mengungkapkan fakta baru yang mengejutkan tentang burnout. Kabarnya, orang yang mencintai pekerjaannya justru lebih rentan merasa burnout. Kenapa ya, Bunda?

Penyebab burnout

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), burnout adalah 'fenomena pekerjaan' yang muncul akibat stres kronis di tempat kerja dan belum bisa dikelola dengan baik. Burnout secara khusus memang mengacu pada konteks pekerjaan.

"Burnout secara khusus mengacu pada fenomena dalam konteks pekerjaan dan tidak boleh diterapkan untuk menggambarkan pengalaman di bidang kehidupan lainnya," demikian kata WHO, di laman resminya.

Sementara itu dikutip dari Web MD, burnout bisa terjadi karena beberapa hal, seperti:

  • Beban kerja yang tidak dapat dikelola
  • Perlakuan tidak adil di tempat kerja
  • Tanggung jawab pekerjaan yang membingungkan
  • Kurangnya komunikasi atau dukungan dari atasan
  • Tekanan deadline yang luar biasa

Tanda seorang merasa burnout

Dilansir Allure, Dr. Leiter dalam penelitiannya menjelaskan, burnout dapat membuat orang rentan terhadap penyakit. Salah satunya adalah depresi, Bunda.

Burnout dapat dikenali dengan tanda dan gejala, sebagai berikut:

  • Kelelahan
  • Sinisme
  • Produktivitas menurun dalam pekerjaan

Bunda yang mengalami burnout cenderung memiliki kombinasi dari ketiga tanda tersebut nih. Bahkan, seorang yang mungkin sangat mencintai pekerjaannya bisa menjadi 'korban kelelahan'.

Seorang dekan senior fakultas dan kepala petugas kesejahteraan di University of Colorado School of Medicine, Lotte Dyrbye, MD, menggambarkan burnout bukan lagi sebagai kelelahan. Ini menjadi kondisi di mana Bunda sudah 'tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan' dan secara emosional merasakan kekosongan.

Penelitian menunjukkan, saat Bunda terlalu bersemangat tentang pekerjaan yang dilakukan, di situ sebenarnya Bunda lebih rentan terhadap kelelahan dibandingkan rekan kerja yang tidak terlalu antusias dalam pekerjaannya.

Lalu bagaimana cara menangani burnout ya?

TERUSKAN MEMBACA DI SINI.

Simak juga cara mengatasi parental burnout menurut psikolog, di video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda