Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

8 Tanda Bunda Alami Burnout, Saatnya Gali Akar Masalah untuk Cari Solusinya

Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog   |   HaiBunda

Selasa, 14 Dec 2021 21:05 WIB

Dokter Sisipan
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog
Danang Baskoro, M.Psi., Psikolog (@danangpsikolog) adalah psikolog klinis di RSJ Menur Surabaya. Menulis lebih 10 buku psikologi populer, aktif memberi seminar, training parenting, self healing, dan kesehatan. Danang adalah founder Brilian Psikologi.
Shot of stressed business woman working from home on laptop looking worried, tired and overwhelmed.
Ilustrasi burnout/ Foto: Getty Images/iStockphoto/nensuria

Bunda, sering mendengar istilah burnout? Istilah populer ini seringkali digunakan banyak orang untuk menggambarkan kondisi stres berat.

Burnout adalah kondisi kelelahan mental atau stres akut. Seseorang yang mengalami burnout dapat ditandai dengan munculnya gejala-gejala emosional dan kognitif.

Gejala yang timbul bisa berbeda setiap orang, tergantung pada coping stres dan kerentanan kepribadiannya. Orang yang cenderung pendiam atau introvert, biasanya akan menarik diri dari lingkungan hingga mudah terbawa perasaan alias baper.

Sedangkan pada orang yang ekstrovert akan mudah marah dan suka bicara menyinggung orang lain. Salah satu persamaan gejala pada orang burnout adalah kelelahan yang menyebabkan tidak produktif dalam bekerja.

Gejala burnout

Setiap orang memiliki gejala burnout yang berbeda. Namun, umumnya orang yang burnout memiliki gejala berikut:

  1. Hilang semangat kerja
  2. Benci atau tidak mau memikirkan pekerjaan, sehingga tidak produktif
  3. Performa dan minat kerja menurun
  4. Mudah marah
  5. Cenderung menarik diri dari lingkungan sosial
  6. Mudah sakit atau cepat lelah
  7. Psikosomatik
  8. Sulit tidur atau insomnia
Ciri-ciri parental burnout dan cara mengatasinyaCiri-ciri parental burnout dan cara mengatasinya/ Foto: HaiBunda/Mia Kurnia Sari

Beda burnout dengan depresi

Perlu Bunda ketahui, orang yang mengalami burnout belum tentu depresi. Burnout dan depresi merupakan dua kondisi yang berbeda.

Burnout adalah stres atau tekanan yang belum menjadi sebuah gangguan. Burnout dapat terjadi pada orang yang terus bekerja tanpa mengambil jeda atau istirahat secara fisik dan mental.

Seseorang yang tak bisa mengatur psikis dan fisiknya akan mengalami kelelahan. Ketika sudah melewati batas, dia akan mengalami burnout. Kondisi burnout yang tidak dapat diatasi inilah yang kemudian akan menimbulkan gejala lain.

Penyebab burnout

Burnout terjadi ketika stres kerja tidak bisa diatasi. Namun, tak semua orang mengalami burnout karena pekerjaannya ya.

Ada juga orang yang memiliki beban kerja berat, tapi dia bisa meregulasi diri, termasuk emosi dan fisiologinya. Meregulasi diri ini termasuk ketika dia bisa membagi waktu untuk istirahat, makan, atau rileks.

Untuk mengetahui penyebab burnout, Bunda perlu mencari dulu akar permasalahannya. Akar masalah dan gejala adalah dua hal yang berbeda.

Akar masalah setiap orang dapat berbeda untuk akhirnya berubah menjadi burnout. Sementara untuk mengenali gejalanya, Bunda sebenarnya dapat melihat kondisi emosional, misalnya mudah marah.

Bunda juga dapat mengibaratkan kondisi ini seperti mengangkat beban berat. Kalau sedang terjadi burnout, kita umumnya tidak bisa lagi mengangkat beban ini karena sudah tidak kuat dengan tekanan yang menumpuk dalam diri.

Ketika burnout sudah terjadi, gangguan-gangguan lain bisa muncul, seperti gangguan tidur, makan banyak atau kurang, hingga tidak bisa berpikir apa pun untuk bekerja. Contoh burnout yang paling nyata adalah pada ibu rumah tangga yang sudah tidak mau lagi mengasuh anak atau memikirkan urusan keluarga.

Pentingnya mengenali gejala burnout

Kebanyakan orang sering tidak sadar dengan gejala burnout yang dialaminya. Orang sekitar lah yang lebih dulu sadar dengan perubahan dalam diri kita, Bunda.

Padahal, mengenali gejala burnout itu penting lho. Kalau kita enggak sadar, justru akan memicu dampak negatif terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitar. Efek negatif bisa berubah hubungan dengan teman atau atasan yang rusak.

Nah, setelah mengetahui penyebab dan gejalanya, Bunda bisa mencari tahu cara menangani burnout di halaman selanjutnya!

Bunda, bisa menyimak cara mengatasi stres dalam video di bawah ini:

[Gambas:Video Haibunda]




CARA MENANGANI BURNOUT

Ilustrasi wanita stres atau gigit kuku

Ilustrasi burnout/ Foto: Getty Images/iStockphoto/AaronAmat

Apakah pandemi semakin memicu burnout?

Pandemi tak begitu saja menjadi penyebab munculnya burnout karena pekerjaan. Pola kerja yang berubah dapat dimaknai positif atau negatif bagi beberapa orang.

Data dari sebuah sumber menyebutkan, ada orang-orang yang menyukai bekerja di rumah. Akan tetapi, mereka tetap bisa mengalami kelelahan karena pekerjaan kantor tidak bisa dibedakan dengan pekerjaan rumah.

Selain itu, jam kerja ketika di rumah bisa jadi tidak teratur. Kelelahan dapat muncul karena kita mencampur jam kerja dengan jam keluarga.

Kondisi tersebut bisa menimbulkan kelelahan yang berujung dengan burnout. Namun, pada akhirnya semua ini tergantung dari masing-masing orang dalam menyikapinya.

Cara menangani burnout

Burnout yang tidak segera diatasi dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental. Simak beberapa cara untuk mengatasinya:

1. Cek gejala yang paling parah

Cara menangani burnout yakni dengan mengecek yang gejala yang paling parah, misalnya emosi dan minat. Kalau sudah ditemukan tingkat keparahannya dan ternyata tidak mengganggu aktivitas, Bunda cukup melakukan self healing dengan relaksasi.

2. Lakukan self healing

Bila penyebab burnout karena masalah pekerjaan, Bunda bisa mengambil cuti kerja untuk melakukan self healing. Namun, kalau burnout disebabkan suatu hal dan bukan hanya urusan kerja, maka penyebab itu mesti diselesaikan.

Cuti kerja bisa diisi dengan melakukan hobi guna memutus pola burnout. Namun, tidak disarankan melakukan aktivitas melelahkan sampai menguras energi secara fisik dan mental ketika cuti kerja, seperti naik gunung atau rekreasi jalan.

Sebenarnya, fisik dan psikis itu adalah kesatuan sistem nih, Bunda. Kalau psikis sudah lelah tentunya akan berpengaruh ke fisik, dan begitupun sebaliknya.

3. Self healing

Cuti kerja bisa menjadi bagian dari self healing. Namun, selain cuti, Bunda dapat melakukan kegiatan bermanfaat lainnya, seperti berkebun atau bercocok tanam.

Saat melakukan aktivitas ini akan muncul mindfulness, yakni cara kita untuk merasakan sensasi-sensasi dalam diri dan pengalaman indra yang terintegrasi ketika kita fokus pada hobi.

Selain itu, tubuh juga bisa rileks karena hormon-hormon stres akan dilepaskan. Aktivitas lainnya adalah dengan menonton film di bioskop.

Hindari menonton film atau drama secara maraton atau terus-menerus, karena bisa merusak fokus dan bikin lelah. Jika sudah sulit fokus, nantinya ketika diberikan tugas justru tidak bisa menyelesaikannya dengan baik.

4. Datang ke psikolog

Bunda bisa datang ke psikolog untuk mencari solusi burnout. Psikolog nantinya akan mengurai penyebab stres, sehingga bisa dicari solusinya. Misalnya, ada tekanan yang dipendam saat bekerja hingga akhirnya menumpuk atau manajemen stres buruk karena terobsesi dengan kerja hingga akhirnya kelelahan.

Perlu diketahui, burnout itu enggak selalu menyebabkan orang malas bekerja. Bisa saja burnout terjadi karena seseorang terlalu memaksakan diri untuk bekerja, sehingga dia tidak sadar sudah lelah.

Setelah mencari penyebab, psikolog lalu mendiagnosis apa yang ditemukan dari wawancara dan observasi. Mereka akan mendengarkan keluhan, lalu mengamati ciri-ciri fisik burnout.

Pertemuan untuk konseling ke psikolog umumnya dilakukan satu kali pertemuan. Namun, bila ada terapi pendek bisa dilakukan 3-4 kali, atau 7 kali untuk terapi panjang. Setidaknya jarak setiap pertemuan atau sesi adalah satu minggu.

Kalau ada masalah lain yang menyertai burnout, psikolog akan bekerja sama dengan psikiater untuk meresepkan obat.

PENYEBAB PARENTAL BURNOUT DAN CARA MENGOMUNIKASIKAN PADA SUAMI

Anxiety disorder menopause woman, stressful depressed, panic attack person with mental health illness, headache and migraine sitting with back against wall on the floor in domestic home

Ilustrasi parental burnout/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Chinnapong

Dampak burnout yang tak diatasi

Burnout dapat berlanjut kalau seseorang memiliki permasalahan-permasalahan lain yang berhubungan dengan stres dan tidak bisa dikelola.

Seseorang dengan burnout yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan manifestasi atau gangguan parah, misalnya gangguan mood seperti depresi, bipolar, atau skizofrenia. Semua manifestasi yang muncul ini tergantung dari kerentanan psikologis seseorang.

Parental burnout

Parental burnout yang dialami para Bunda biasanya terjadi karena akumulasi emosi yang tidak terputus. Para Bunda terlalu fokus terhadap permasalahan yang dihadapi, seperti mengurus anak dan suami.

Bunda yang mengalami parental burnout umumnya tak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Padahal, Bunda cukup menyisihkan satu jam saja untuk mengurus diri atau self healing.

Cara mengatasi parental burnout

Salah satu cara mengatasi parental burnout adalah meminta bantuan suami. Bunda perlu menjaga hubungan baik dengan suami untuk bisa saling memahami.

Kata 'lelah' bisa saja sulit dipahami suami karena latar belakang keluarga yang berbeda. Umumnya, suami yang peka, berasal dari keluarga yang hangat. Mereka pun mudah memahami kata 'lelah' yang disampaikan istrinya. Namun, tak sedikit yang sulit memahami keluh kesah istri yang mengalami burnout.

Lalu bagaimana cara untuk saling memahami?

Perempuan harus belajar psikologi laki-laki, begitupun sebaliknya. Bagaimana caranya? Dengan meluangkan waktu bersama. Kita tidak akan mungkin memahami seseorang kalau tidak menjadi sahabatnya.

Menghabiskan waktu bersama juga bisa menyatukan sesuatu yang tidak cocok antara Ayah dan Bunda, misalnya dari segi pengasuhan. Dengan meluangkan waktu bersama, Ayah juga akan mengenali masalah yang dihadapi Bunda, termasuk tingkah laku anak selama di rumah.


(rap/rap)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda