Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Kisah Pilu Ratu Iran 'Putri Bermata Sedih', Terusir dari Istana karena Tak Kunjung Hamil

Annisa A   |   HaiBunda

Minggu, 25 Dec 2022 07:19 WIB

Ilustrasi mahkota ratu
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Artem Zakharov

Soraya Esfandiary Bakhtiari dikenal sebagai Ratu Iran pada 1951 silam. Kesempatan menjadi ratu datang secara tak diduga di kehidupan wanita asal Isfahan itu.

Sewaktu masih remaja, ia sangat bebas menjalani kehidupannya. Namun takdir membuatnya harus mencicipi peran sebagai ratu di negeri tersebut meski hanya tujuh tahun.

Melansir dari CNN, hal itu bermula ketika Mohammad Reza Pahlavi menjadi Shah atau Raja selama masa kerusuhan politik di awal Perang Dunia II. Kala itu, Shah Reza menikah dengan Putri Fawzia dari Mesir.

Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai seorang anak perempuan bernama Shahnaz dan anak laki-laki bernama Ali Reza. Namun rumah tangga mereka berakhir dengan perceraian. Ia pun harus menikah lagi untuk memastikan garis suksesi mahkota dan menjaga stabilitas negara.

Suatu ketika, sang kakak yaitu Putri Shams bertemu dengan Soraya Esfandiary Bakhtiari ketika mereka berada di London. Putri Shams yakin bahwa Soraya adalah istri yang dibutuhkan oleh sang kakak. Ia pun mengundangnya untuk pergi ke Teheran bertemu raja.

Dua hari setelah kedatangan Soraya di ibu kota Iran, Soraya diundang makan malam bersama ibu suri, Tadj ol-Molouk. Keesokan harinya, ayah Soraya mengatakan bahwa sang raja sangat menyukainya dan berniat untuk menikahinya.

Pertunangan Soraya dan Shah Reza terjadi dalam kurun waktu 24 jam berikutnya. Soraya yang masih berusia 18 tahun dipersunting raja dengan sebuah cincin berlian.

Pernikahan seharusnya berlangsung dengan cepat. Namun Soraya sempat terbaring di tempat tidur selama beberapa minggu setelah terjangkit tifus. Konon, Shah Reza membawakannya permata setiap hari dan meletakkannya di atas bantal sang putri hingga ia sembuh.

Selebrasi pernikahan Ratu Iran

Setelah itu, Soraya akhirnya menikah dengan Shah Reza pada 12 Februari 1951. Namun kondisi kesehatan Soraya masih belum pulih sepenuhnya pada saat itu. Menjelang pernikahan, ia hampir tak bisa berdiri. Terutama dengan salju yang mulai turun dan membuat cuaca semakin dingin.

Shah Reza memerintahkan pemasangan lusinan pembakar kayu di istana yang membeku untuk menghangatkan sang istri. Soraya juga mengenakan rompi wol di bawah gaunnya agar tetap hangat.

Soraya mengenakan gaun pengantin rancangan Christian Dior. Gaun itu terbuat dari bahan kain sutra putih yang dihiasi dengan sulaman emas, dengan berat total lebih dari 30 kilogram.

Beberapa menit sebelum upacara, Shah dan salah satu pelayannya menggunakan gunting untuk memotong delapan meter gaun untuk mengurangi beban Soraya. Pernikahan pun berjalan dengan lancar.

Meski begitu, pernikahan Soraya dan Raja Iran tak indah seperti yang diharapkan. Baca di halaman berikutnya.

Bunda, yuk download aplikasi digital Allo Bank di sini. Dapatkan diskon 10 persen dan cashback 5 persen.

Saksikan juga video tentang kisah mendiang Ratu Elizabeth II di sini:

[Gambas:Video Haibunda]



TRAGEDI USAI PERNIKAHAN

Ilustrasi mahkota ratu

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/studiocasper

Setelah menikah, Soraya dan Shah Reza tinggal di sebuah vila besar untuk menjalani kehidupan yang romantis. Keluarga kekaisaran hanya tinggal menantikan kelahiran seorang ahli waris. Namun, anak tersebut tak kunjung datang.

Sulit hamil membuat rumah tangga Soraya dan Shah Reza berantakan. Drama rumah tangga mereka mulai dipublikasikan pada Oktober 1954.

Tragedi setelah menikah dengan Raja Iran

Kala itu, Ibu Suri mengadakan makan malam di istana untuk merayakan ulang tahun Shah Reza. Beberapa hari sebelumnya, dokter mengatakan bahwa perlu waktu bertahun-tahun agar Soraya hamil dan melahirkan seorang ahli waris.

Shah Reza yang sudah murung menjadi semakin cemas karena sang adik, Pangeran Ali Reza yang merupakan penerus takhta tidak bisa hadir dalam jamuan makan malam. Keesokan harinya, mereka justru dihadapkan dengan kabar duka.

Pangeran Ali Reza meninggal dunia karena pesawat yang membawanya kembali ke Teheran terjatuh. Berita buruk itu membuat dinasti Pahlavi dan Iran jatuh ke dalam kekacauan.

Banner Hari Pertama Masuk Sekolah

Mendiang Ali Reza telah melahirkan seorang putra, Patrick, melalui hubungan dengan seorang wanita muda Prancis. Akan tetapi haknya atas suksesi kerajaan tidak jelas, Bunda.

Shah Reza menemukan dirinya dalam posisi yang amat sulit. Dia adalah satu-satunya penguasa di Iran tanpa seorang ahli waris pada saat itu.

Sejak saat itu, pernikahannya dengan Soraya kandas. Tekanan keluarga dan politik menghancurkan hubungan pasangan itu.

Sang raja dan istrinya memutuskan bahwa satu-satunya solusi untuk masalah ini adalah mereka harus bercerai. Pembubaran pernikahan mereka diumumkan pada 14 Maret 1958.

Awal baru yang glamor

Sejak bercerai, Soraya harus meninggalkan Iran dan pergi berlindung di Swis demi menghindar dari sorotan media. Mereka menjuluki Soraya dengan julukan 'Putri Bermata Sedih'. Namun kehidupan Soraya tak sepenuhnya dipenuhi kepahitan.

Meski bercerai, kemurahan hati mantan suaminya memungkinkan Soraya untuk hidup dalam pengasingan yang sangat nyaman. Ia sempat menetap di Roma, Munich, hingga akhirnya Paris.

Kehidupan Soraya juga berubah menjadi glamor sejak ia mulai kembali muncul ke hadapan publik. Ia diundang ke semua pesta dan menjadi ikon jet set. Soraya bahkan membuat film meski tak meraih kesuksesan besar.

Setiap kali muncul di depan publik, Soraya selalu tampil glamor dengan pakaian indah berhias batu berlian, rubi, safir, hingga zamrud yang ditandatangani oleh nama-nama desainer terkemuka seperti Cartier, Bulgari, Harry Winston, serta Van Cleef & Arpels.

Namun di awal 1980-an, Soraya memutuskan untuk menjual sejumlah permata miliknya karena Revolusi Islam di Iran yang membuat pendapatannya berkurang.

Salah satu koleksi perhiasan Soraya yang paling indah, yaitu kalung berlian bertanda tangan Harry Winston dilelang di Jenewa pada 17 November 1988.


(anm/anm)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda