Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Cerita WNI Asal Jember Sukses Bisnis Ayam Geprek di Singapura, Sudah Punya 4 Cabang

Annisa Afani   |   HaiBunda

Sabtu, 14 Oct 2023 21:25 WIB

nabila geprek papa ayam
Nabila Cholida, pemilik usaha ayam geprek di Singapura/ Foto: Dok. Pribadi

Ayam geprek, kuliner yang meraih kepopulerannya sejak sepuluh tahun terakhir di Indonesia ternyata kini juga diminati oleh warga Singapura. Adalah Nabila Cholida, perempuan asal Jember yang berhasil memperkenalkan ayam geprek ini di negara tetangga Indonesia tersebut lewat bisnis kulinernya bernama Papa Ayam.

Nabila lahir di Jember pada 1 September 1998. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan pendidikan S1 di James Cook University Singapore program Business dengan jurusan Marketing and Management.

Usaha ayam gepreknya ini bermula karena ia rindu makan makanan tersebut saat masih menjadi mahasiswi. Ia kemudian berinisiatif membuat sendiri ayam geprek dari dapur apartemen.

"Awalnya aku sudah mau masuk semester akhir di kampus. Waktu itu aku ingin banget makan ayam geprek, tapi enggak ada yang jual. Jadi aku bikin ayam geprek sendiri sama pacarku (sekarang suami) di dapur apartmen," katanya kepada HaiBunda, beberapa waktu yang lalu.

Nabila tak makan ayam geprek berdua dengan pasangannya. Justru, ia membuat dengan porsi lebih dan dibagikan ke teman-temannya yang tinggal di tempat sama.

"Kita juga bagi ke teman-teman seapartemen, dua orang dari Indonesia juga," katanya.

Siapa sangka, teman-teman mereka suka ayam geprek tersebut dan meminta untuk dibikinkan kembali. Melihat peluang tersebut, Nabila memutuskan untuk membuka usaha kecil-kecilan.

"Aku dan suami mikir, ini bisa dijual ke teman-teman sekampus. Akhirnya kita tawarin ke mereka dan banyak sekali yang mau order ayam geprek. Setiap pesan, mereka selalu post di Instagram Story, dari situ kita mulai dikenal sama student-student di kampus lain," kenangnya.

Selama menjalani bisnis ini, Nabila dan suaminya harus membagi tugas dan mengatur waktu. Selain pesanan yang terus meningkat, keduanya juga masih memiliki tanggung jawab sebagai mahasiswa dan harus menyelesaikan pendidikan.

"Karena kita masih kuliah semester akhir, kita buka sistem PO. Jadi, lebih mudah untuk mengatur waktu untuk belajar dan bikin order ayam geprek. Awalnya agak kewalahan karena two man show, dari mulai belanja bahan, prepare bahan, masak, ambil order, bahkan nganterin ke stasiun MRT yang terdekat," ujarnya.

"Dari situ lah awal mulanya. Dari nganterin ke kampus, ke kampus lain, ke perkantoran, hingga ke rumah-rumah."

Melihat potensi yang besar, perempuan yang hobi berolahraga ini memperluas jaringan bisnis ayam geprek yang kemudian diberi nama Papa Ayam. Sampai akhirnya, usaha yang berawal dari dapur apartemen tersebut berkembang menjadi outlet kecil sekitar Orchard Road.

"Atas dukungan dan doa orangt ua dan keluarga, kami buka outlet pertama di 313@Somerset sekitar Orchard Road. Outlet kecil dengan mimpi yang besar, yang saya enggak ngira empat tahun kemudian akan membawa kami ke outlet outlet lainnya yang lebih besar."

"Cabang kami ada di VivoCity, PLQ Mall, dan Northpoint City," ucap Nabila.

Saat ini Papa Ayam sudah punya empat outlet selama empat tahun berjalan. Target mereka yakni memiliki enam outlet di Singapura dalam waktu enam tahun.

"Jadi, sekarang kita on track," katanya.

Teruskan membaca di halaman berikut ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!


PERIZINAN BISNIS

nabila geprek papa ayam

Nabila Cholida, pemilik usaha ayam geprek di Singapura/ Foto: Dok. Pribadi

Soal perizinan, Nabila menyebut semuanya bisa diselesaikan dengan mudah. Bahkan, perizinan Papa Ayam bisa diselesaikan dalam waktu hanya satu hari.

"Untuk mendaftar company di Singapore sangat mudah, bahkan sehari urus sudah selesai," ujarnya.

Lebih lanjut, Nabila membeberkan bahwa bisnis makanan tak bisa asal buka. Mereka perlu mendapat izin dari Singapore Food Agency untuk memastikan makanan tersebut aman.

Banner Atasi Panas di Rumah Tanpa AC

"Untuk perizinan buka restoran atau outlet makanan, perlu izin dari Singapore Food Agency (SFA) dan aturannya sangat ketat. Tanpa izin itu kita enggak boleh mulai beroperasi."

Mengingat populasi muslim di Singapura cukup banyak, Nabila pun sejak awal berencana mengantongi sertifikasi halal untuk bisnis ayam gepreknya.

"Tapi prosesnya cukup panjang dan rumit, misal harus ada minimal dua staf muslim di setiap outlet, harus ikut halal training, dan banyak lagi persyaratannya. Alhamdulillah kita sudah dapat sertifikat halal sekarang," ujanya.

Ayam geprek Nabila juga memberikan pengalaman yang unik bagi konsumen. Mereka menunjukkan momen mengulek sambel langsung di depan pembeli, sehingga semua tahu bahan apa saja yang dipakai.

"Di Papa Ayam, sambal kami diulek fresh di depan customer. Setiap levelnya untuk dapetin level pedas dan rasa sambal yang Indonesia banget. Sampai sekarang masih belum ada yang bisa meniru ngulek sambal dengan level seperti ini di Singapura. Jadi menurut warga di sini hal ini unik dan rasanya homely."

Selama menjalani bisnis, ada banyak cerita yang mewarnai perjalanan Nabila dan suami. Katanya, semua terasa lebih menyenangkan karena makanannya cocok bagi warga sana.

"Ada kebahagiaan tersendiri kalau makanannya cocok dan bisa diterima warga lokal di sini. Senang bisa ngenalin makanan Indonesia yang lain, karena biasanya yang orang di Singapura tahu itu ayam penyet, rendang, gado-gado," ujarnya.

Ia juga bahagia bisa membuka lapangan pekerjaan di Singapura. "Senang bisa kasih lapangan pekerjaan buat staf kami, grow together as a team. Begitu pula dengan franchisee-franchisee kami. Rasanya punya keluarga baru di negara asing," tuturnya.


(AFN/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda