Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa Ramadan 11 Maret 2024, Bagaimana dengan Pemerintah?

Annisa A   |   HaiBunda

Kamis, 18 Jan 2024 19:20 WIB

Ilustrasi malam lailatul qadar yang terletak pada akhir Ramadan.
Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa Ramadan 11 Maret 2024, Bagaimana dengan Pemerintah? / Foto: Getty Images/iStockphoto/pinnacleanimates

Ramadan selalu menjadi bulan yang paling dinantikan umat Islam. Bagaimana tidak, bulan ini dipenuhi dengan berkah dan kebaikan.

Menjelang Ramadan, biasanya umat Islam akan melakukan sejumlah persiapan mulai dari memperdalam ilmu agama hingga kebutuhan sehari-hari untuk sahur dan berbuka.

Lantas, kapan bulan Ramadan 2024 akan tiba?

Muhammadiyah Tetapkan Puasa Ramadan 11 Maret, Lebaran 10 April 2024

Di Indonesia, ketetapan tanggal awal Ramadan dan Hari Lebaran bisa memiliki perbedaan antara Muhammadiyah dengan pemerintah.

Untuk Bunda yang mengikuti Muhammadiyah, hari pertama puasa Ramadan atau 1 Ramadan 1445 H akan jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Sedangkan untuk Idul Fitri 2024 atau awal bulan Syawal jatuh pada Rabu, 10 April 2024.

Keputusan tersebut tertuang dalam surat penetapan Hasil Hisab Awal Ramadan, 1 Syawal, dan 10 Zulhijah 1445 H yang ditandatangani Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Hamim Ilyas dan Sekretaris Atang Solihin.

"Di wilayah Indonesia tanggal 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M," demikian keterangannya, dikutip detikHikmah dari laman PWMU, Kamis (18/1/2024).

Berdasarkan surat tertanggal 29 Desember 2023 itu, hasil keputusan awal puasa Ramadan dan Idul Fitri 2024 didasari oleh hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa tinggi bulan ketika matahari terbenam di Yogyakarta pada 10 Maret 2024 adalah (¢ = -07° 48′ LS dan l= 110° 21′ BT ) = +00° 56′ 28". Itu artinya, hilal sudah terlihat sehingga awal Ramadan sudah bisa dimulai sejak terbenamnya matahari pada 10 Maret 2024.

Saat matahari terbenam pada 10 Maret 2024, posisi bulan berada di atas ufuk dengan hilal sudah wujud, kecuali di sejumlah wilayah Indonesia bagian timur seperti Maluku Utara, Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

Kemudian untuk penetapan awal bulan Syawal atau Idul Fitri 2024, tinggi bulan saat matahari tenggelam pada 9 April 2024 di Yogyakarta adalah (¢=-07° 48′ LS dan l = 110° 21′ BT ) = +06° 08′ 28″. Ketika matahari terbenam, bulan berada di atas ufuk. Posisi tersebut menjadi rujukan Hari Lebaran yang jatuh pada 10 April 2024, Bunda.

Untuk Bunda ketahui, hisab hakiki adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya matahari dan bulan sebenarnya. Sementara itu, wujud hilal merupakan istilah untuk menggambarkan keadaan ketika matahari terbenam namun bulan belum terbenam.

Penetapan awal bulan Ramadan dan Syawal baru dapat dinyatakan sah apabila tiga kriteria sudah dipenuhi, yaitu sudah terjadi itjimak (konjungsi) antara bulan dan matahari, ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari, dan ketika matahari terbenam bulan belum terbenam atau bulan masih berada di atas ufuk.

Apabila ada salah satu dari tiga kriteria yang tidak terpenuhi, itu artinya belum masuk bulan baru kalender Hijriah, Bunda.

Selain Muhammadiyah, ada juga penetapan awal bulan Ramadan dan Syawal versi pemerintah. Baca di halaman berikutnya.

Saksikan juga video tentang tips mengatasi berat badan bumil turun ketika berpuasa:


TANGGAL PUASA RAMADAN & LEBARAN PEMERINTAH

female hand of prayer with wooden beads in sunlight, iftar concept, Ramadan month, Koran, plate of dried fruit, Cup of tea on wooden table

Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/RasselOK

Metode penentuan awal bulan Ramadan

Dilansir dari detikHikmah, menurut kalender Hijriah yang disusun berdasarkan sistem Ummul Qura yang digunakan Arab Saudi, awal puasa 2024 yaitu pada 11 Maret 2024 dan Idul Fitri jatuh pada 10 April 2024. Dengan metode ini maka puasa Ramadhan akan berlangsung selama 30 hari.

Sementara itu, pemerintah Indonesia akan menetapkan awal puasa 2024 dan Idul Fitri 2024 melalui sidang isbat pada akhir bulan Syaban.

Dengan begitu, Kementerian Agama (Kemenag) RI menggelar sidang isbat guna menyatukan berbagai perbedaan pendapat tersebut. Adapun perbedaan itu didasarkan oleh metode penetapan yang berbeda-beda pula, Bunda.

Banner Perawatan Setelah Melahirkan

Berikut ini dua metode dalam rangka penetapan awal Ramadhan yang paling banyak digunakan:

1. Metode rukyat

Metode rukyat kerap disebut juga dengan metode observasi atau mengamati hilal atau istikmal. Mayoritas ulama dengan mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali menyatakan bahwa penetapan awal bulan Ramadhan hanya dapat dilakukan dengan metode rukyat ini, Bunda. Adapun metode ini menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari dan berpegang pada firman Allah SWT. dalam surah Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ

Artinya: "Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) Nya,"

Tak hanya itu, para ulama turut berpedoman pada hadits yang Rasulullah SAW. yang berbunyi:

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ


Artinya: "Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya'ban menjadi tiga puluh hari," (HR. Bukhari, hadits no. 1776)

2. Metode hisab

Berbeda dengan metode rukyat, metode hisab dipercayai oleh beberapa ulama seperti, Ibnu Suraij, Taqiyuddin al-Subki, Mutharrif bin Abdullah, dan Muhamad bin Mutaqil.

Mereka menyatakan bahwa penetapan awal bulan Ramadhan dapat ditetapkan dengan metode ini, di mana metode hisab menggunakan perhitungan untuk menentukan posisi hilal. Pernyataan para ulama tersebut juga didasarkan pada firman Allah SWT dalam surah Yunus ayat 5 yang berbunyi:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ

Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu),"

Selain itu, para ulama juga berpedoman pada sabda Rasulullah SAW. yang berbunyi:

إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ

Artinya: "Jika kalian melihat hilal (hilal Ramadhan) maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya (hilal Syawal) maka berbukalah. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka perkirakanlah ia."


(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda