Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Tembus 800 Ribu Kasus, Ternyata Ini Penyebab TBC di Tanah Air

Mutiara Putri   |   HaiBunda

Selasa, 30 Jan 2024 19:03 WIB

Sick adult woman coughing covering mouth with tissue sitting on a couch at home
Ilustrasi Kasus TBC/Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media
Jakarta -

Tuberkulosis atau TBC merupakan salah satu penyakit yang banyak menyerang masyarakat Indonesia. Lantas, seperti apa kata Kementerian Kesehatan tentang jumlah kasus TBC di Tanah Air?

Melansir dari laman Mayo Clinic, TBC adalah penyakit serius yang menyerang paru-paru. Kuman yang menyebabkan tuberkolusis ini termasuk ke dalam jenis bakteri.

TBC dapat menyerang ketika pengidapnya batuk, bersin, atau bahkan bernyanyi, Bunda. Kegiatan ini akan menyebarkan tetesan kecil kuman ke udara yang kemudian dapat dihirup oleh orang lain dan masuk ke paru-paru.

Jumlah kasus TBC di Indonesia

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan bahwa kasus TBC di Indonesia sangat tinggi, Bunda. Angkanya bahkan mencapai lebih dari 800 ribu. Jumlah ini merupakan kasus TBC yang ditemukan pada tahun 2023.

Lebih dari 724.000 kasus TBC baru ditemukan pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 809.000 kasus pada 2023. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kasus sebelum pandemic yang rata-rata penemuannya di bawah 600.000 per tahun.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, mengatakan bahwa deteksi TBC ini mirip dengan deteksi COVID-19. Jika tidak dites, dideteksi, dan dilaporkan, maka angkanya terlihat rendah sehingga terjadi under reporting yang mengakibatkan pengidap TBC berkeliaran dan berpotensi menularkan karena tidak diobati.

"Sebelum pandemi, penemuan kasus TBC hanya mencapai 40-45 persen dari estimasi kasus TBC jadi masih banyak kasus yang belum ditemukan atau juga belum dilaporkan," kata Imran dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (29/1/2024).

Jika lebih banyak lagi yang terdeteksi, potensi pengidap dapat disembuhkan akan meningkat dan daya tular akan ditekan, Bunda.

Masih menurut Imran, sebagai upaya perbaikan, Kemenkes melakukan membenarkan sistem deteksi dan pelaporan agar data menjadi real time. Tak hanya itu, laboratorium atau fasilitas kesehatan dapat melaporkan langsung sehingga data dan penemuan kasus menjadi lebih baik.

"Hasilnya, dari 60 persen kasus yang tadinya tidak temukan, saat ini hanya 32% kasus yang belum ditemukan. Oleh karena itu, laporan atau notifikasi kasus juga menjadi lebih baik karena menemukan lebih banyak sesuai angka perkiraan yang diberikan WHO," paparnya.

Lantas, seperti apa perkiraan kasus TBC di Indonesia pada tahun 2024? TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(mua/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda