Mengenal Perbedaan Batuk Biasa & Penyakit TBC, Ini Kata Dokter

Kasus penyakit tuberkulosis (TBC) di Indonesia masih meningkat setiap tahunnya. Bukan tanpa alasan, hal ini terjadi juga karena kurangnya kepedulian para pasien untuk melakukan pemeriksaan dini.

Dalam webinar Media Briefing Kampanye TB Warriors 2.0, Ketua Yayasan STPI, dr. Nurul Luntungan, MPH, mengatakan orang yang tertular TBC lebih banyak ditemukan pada usia 45-54 tahun.

“Mungkin saat mereka mengalami gejala, gejalanya masih ringan atau tidak terlalu mengganggu, sehingga mereka tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Nurul kepada HaiBunda.com, Senin (4/12/2023).

Untuk itu, dibutuhkan kesadaran masyarakat terkait bahayanya penyakit ini agar mereka lebih waspada dan melakukan pemeriksaan lebih lanjut ketika mengalami beberapa gejala yang mengacu pada TBC.

Sementara itu, salah satu gejala paling umum dari penyakit TBC adalah batuk. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dengan gejala tersebut tidak ingin ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan. Alih-alih ke dokter, mereka menganggap gejala itu hanya batuk biasa.

Lantas, bagaimana kita bisa membedakan antara batuk biasa dengan penyakit TBC? Simak selengkapnya berikut ini.

Perbedaan Batuk Biasa & Penyakit TBC

TBC adalah penyakit menular yang dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru atau jaringan lain. Biasanya penyakit ini menyerang paru-paru, namun juga dapat menyerang organ lain seperti tulang belakang, otak, atau ginjal.

Tidak semua orang bisa tertular infeksi yang satu ini, namun, ketika jatuh sakit, Bunda perlu segera mendapat pengobatan yang tepat untuk menghindari penularan tersebut.

Sebagai informasi, TBC dapat menular ketika seseorang yang aktif dengan penyakit tersebut melepaskan kuman ke udara melalui batuk, bersih, berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa. Hanya orang dengan infeksi paru aktif yang dapat menularkan penyakit ini.

Batuk biasa dan penyakit TBC memiliki perbedaan yang dapat dilihat dari durasi berlangsungnya gejala hingga lewat pemeriksaan dahak.

“Saat batuk bertahan lebih dari dua minggu, perlu segera periksa untuk TBC. Untuk membedakannya, perlu pemeriksaan dahak atau rontgen. Sementara pada anak, perlu dilakukan uji tuberkulin atau tes mantoux,” jelas Nurul.

Lebih lanjut, Nurul mengatakan untuk melakukan pemeriksaan pada anak mungkin akan lebih sulit dibandingkan orang dewasa.

“Hal ini karena anak-anak cenderung sulit mengeluarkan dahak, namun pemeriksaan ini perlu dilakukan ketika mereka sudah menunjukkan keluhan lain seperti penurunan berat badan, nafsu makan yang terganggu. Disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter,” saran Nurul.

Pencegahan Penularan TBC

Selain bisa diatasi dengan pengobatan, penularan penyakit TBC juga bisa dicegah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.

“Mencegahnya secara umum adalah dengan menjaga daya tahan tubuh dan pola hidup sehat. Gaya hidup sehat ini mencakup menjaga asupan gizi seimbang, tidak merokok, olahraga secara teratur, menjaga kebersihan diri, dan mengelola stres dengan lebih baik,” tutur Nurul.

Sementara itu, Nurul juga mengatakan untuk hati-hati terhadap orang-orang di sekitar kita, tak terkecuali keluarga.

“Bagi yang serumah atau kontak erat dengan pasien TBC, perlu mengonsumsi obat pencegahan penyakit tersebut agar tidak terserang penyakit TBC,” ujar Nurul.

“Sementara itu, bagi yang memiliki gejala, penting sekali untuk segera memeriksakan diri, dan apabila hasilnya positif, segera berobat sampai selesai agar bisa memutus rantai penularannya,” sambungnya.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu Bunda ketahui terkait perbedaan batuk biasa dengan penyakit TBC hingga cara mencegah penularannya. Semoga bermanfaat, ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!