MOM'S LIFE
Berapa Lama Obat Bereaksi dalam Tubuh Setelah Diminum? Ini Faktanya
Hasna Fadhilah | HaiBunda
Rabu, 21 Feb 2024 22:20 WIBPernahkah Bunda bertanya-tanya, "Berapa lama obat bereaksi dalam tubuh setelah diminum?", atau "Berapa lama efek obat akan hilang?”. Memahami waktu reaksi obat sangat penting untuk memastikan pengobatannya berjalan efektif.
Setiap obat memiliki waktu bereaksi yang berbeda-beda. Ada obat yang membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari, untuk bereaksi setelah dikonsumsi.
Di sisi lain, ada pula obat yang memiliki efek yang sangat cepat. Faktor-faktor yang mempengaruhinya pun beragam, mulai dari jenis obat, formulasi, hingga kondisi tubuh individu.
Berapa lama obat bereaksi?
Durasi waktu reaksi obat berbeda-beda tergantung pada jenisnya, seperti obat minum dan obat suntik. Contohnya, obat paracetamol yang diminum umumnya bereaksi dalam 30 menit hingga 1 jam, sedangkan obat suntik memiliki waktu reaksi yang lebih cepat.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui waktu reaksi obat menurut jenisnya. Berikut penjelasan mengenai jenis obat dan durasi reaksinya, melansir dari detik Health.
Obat hirup atau inhalasi (7-10 detik)
Obat hirup atau inhalasi memiliki efek bereaksi yang paling cepat ketimbang jenis obat yang lain. Obat hirup hanya membutuhkan waktu sekitar 7-10 detik untuk terhirup masuk ke paru-paru yang kemudian akan dibawa menuju otak oleh pembuluh darah.
Jenis obat ini biasanya diperuntukkan bagi pasien yang membutuhkan obat dengan efek cepat, misalnya penderita asma. Meski tergolong sangat cepat namun kecepatan obat ini juga dapat dipengaruhi oleh ukuran partikel dan kondisi tubuh pasien.
Obat suntik atau injeksi (15 detik-5 menit)
Obat suntik atau injeksi menjadi jenis obat berikutnya yang memiliki efek reaksi paling cepat sekitar 15 detik hingga 5 menit. Oleh karena itu, obat ini banyak digunakan terutama dalam kondisi gawat darurat. Ketimbang jenis obat yang ditelan, obat suntik memiliki efek yang lebih cepat untuk mencapai pembuluh darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh tubuh.
Selain itu, pemberian obat suntik juga hanya bisa dilakukan oleh tenaga medis terlatih, namun pengecualian untuk kasus pasien diabetes tipe-1 yang sewaktu-waktu harus menyuntikkan insulin ke tubuhnya sendiri. Sementara itu, untuk obat suntik seperti pereda nyeri, antibiotik, dan vitamin harus disuntikkan oleh tenaga medis.
Obat topikal (5 menit - 30 menit)
Obat topikal, seperti salep dan koyo, dioleskan pada permukaan tubuh untuk memberikan efek terapeutik lokal. Waktu reaksi obat topikal bervariasi, umumnya antara 5 menit hingga 30 menit. Waktu reaksi dari obat topikal ini menyesuaikan dari jenis obat yang digunakan, kondisi kulit serta lokasi penggunaannya. Misalnya untuk kulit yang kering dan terluka dapat lebih cepat menyerap obat topikal untuk penyembuhannya.
Obat oral (5 menit - 1 jam)
Obat oral atau obat yang diberikan lewat mulut seperti sirup, kapsul dan tablet memiliki efek reaksi yang lebih lama dibandingkan injeksi dan inhalasi. Meski lambat, namun obat oral jauh lebih aman karena jika terjadi kesalahan, maka penderita dapat memuntahkan obatnya kembali.
Kecepatan reaksi dari obat oral dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya bentuk obatnya. Obat oral berupa sirup paling cepat bereaksi karena tidak membutuhkan waktu yang lama, sedangkan tablet memiliki selaput (film coated) yang didesain supaya tidak pecah di lambung.
Penyebab obat tidak bereaksi
Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin merasa bahwa obat yang mereka konsumsi tidak memberikan reaksi yang diharapkan, Bunda. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan obat tidak mau bereaksi:
1. Obat kadaluarsa dan penyimpanan tidak benar
Obat yang kadaluarsa atau disimpan dengan tidak benar dapat kehilangan potensinya dan tidak bekerja sebagaimana mestinya. Maka dari itu, Bunda, pastikan untuk selalu memeriksa tanggal kadaluarsa obat dan menyimpannya di tempat yang sejuk, kering, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
2. Dosis obat tidak tepat
Dosis obat yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan obat tidak bekerja dengan baik. Dosis obat yang tepat pun tergantung pada berbagai faktor, seperti kondisi pasien, berat badan, dan usia. Dokter atau apoteker akan membantu dalam menentukan dosis yang tepat.
3. Toleransi atau resistensi obat
Jika seseorang menggunakan obat yang sama dalam jangka waktu lama, tubuhnya dapat mengembangkan toleransi atau resistensi terhadap obat tersebut. Hal ini bisa menyebabkan obat tidak bekerja dengan baik. Jika hal ini terjadi, biasanya dokter akan mengganti obat atau meningkatkan dosisnya.
Bagaimana cara obat diserap oleh tubuh?
Obat dapat diserap oleh tubuh melalui beberapa tahapan. Normalnya proses penyerapan obat membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga 6 jam untuk memberikan efek pada tubuh. Meski begitu, melansir dari studi Harvard Medical School, ada beberapa jenis obat yang akan bereaksi lama, contohnya obat antikolesterol yang mungkin baru akan menunjukkan efeknya setelah 2 minggu dari waktu konsumsi.
Obat yang dikonsumsi harus melalui beberapa tahap dalam tubuh sebelum dapat memberikan efek terapeutik. Berikut adalah empat tahap utama perjalanan obat dalam tubuh:
- Penyerapan: proses penyerapan obat dimulai ketika obat dimasukkan ke dalam tubuh baik melalui mulut, suntikan, atau inhalasi. Obat yang diserap akan masuk ke dalam usus. Ketika sampai di usus halus, senyawa kimia di dalam obat akan diserap lalu dialirkan ke seluruh pembuluh darah.
- Distribusi: obat akan didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah.
- Metabolisme: obat yang larut dalam lemak akan berubah menjadi larut air sehingga memudahkan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme.
- Ekskresi: sisa metabolisme obat akan dikeluarkan dari tubuh melalui feses dan urine.
Untuk mempercepat penyerapan obat, Bunda dapat mengikuti beberapa tips di bawah ini:
- Minum obat dengan air putih yang cukup
- Minum obat setelah makan makan
- Hindari makan makanan berlemak atau tinggi protein saat minum obat agar penyerapan lebih cepat
Hindari hal berikut agar obat cepat bereaksi
Saat mengonsumsi obat, ada beberapa hal yang harus dihindari agar obat dapat bekerja dengan optimal di dalam tubuh, di antaranya:
1. Minum air kelapa
Air kelapa mengandung elektrolit seperti kalium dan magnesium yang dapat mengganggu penyerapan beberapa jenis obat, seperti antibiotik dan obat antijamur. Oleh sebab itu Bunda, sebaiknya ketika anak hendak mengonsumsi obat, maka gunakan air putih saja.
2. Minum susu
Susu mengandung protein dan kalsium yang dapat mengikat beberapa jenis obat, seperti tetrasiklin dan bifosfonat. Hal ini dapat menghambat penyerapan obat dan membuatnya kurang efektif. Sebaiknya minum obat dengan air putih 1 jam sebelum atau 2 jam setelah minum susu.
3. Konsumsi alkohol
Alkohol dapat mengganggu metabolisme obat dan meningkatkan risiko efek samping. Sebaiknya hindari konsumsi alkohol saat minum obat.
Demikianlah, Bunda, dengan memahami berapa lama obat bereaksi, akan membantu dalam memberikan pengobatan yang tepat ketika Bunda atau anggota keluarga lain sedang sakit.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fia/fia)