Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Tuyul Tak Mencuri Uang di Bank, Apa Alasannya?

Fitri Andiani   |   HaiBunda

Sabtu, 04 May 2024 12:35 WIB

ilustrasi harta dan uang
Ilustrasi brankas di bank tak dicuri tuyul/Foto: Getty Images/iStockphoto/Moussa81
Jakarta -

Tuyul adalah salah satu legenda mistis di Indonesia. Berbeda dengan makhluk tak kasat mata lainnya, Tuyul dikenal sebagai 'alat' untuk mencuri uang.

Melansir CNBC, Budayawan Suwardi Endraswara dalam Dunia Hantu Orang Jawa (2004) menuliskan kegiatan tuyul dilakukan dari rumah ke rumah dan pekerjaannya tak hanya sebatas mencuri uang, tetapi juga barang dan surat-surat berharga.

Biasanya, ini dilakukan oleh seseorang yang tergila-gila akan kekayaan. Namun, tidak semua uang bisa dicuri oleh tuyul. Salah satunya adalah uang yang disimpan di bank dan ATM. Kenapa tuyul tidak mencuri uang di bank?

Sampai saat ini, sepertinya memang belum pernah terdengar ada kasus pencurian uang di bank yang dilakukan oleh tuyul ya, Bunda. Berbagai alasan pun mencuat, tapi belum ada yang tahu pasti mengenai kebenarannya.

Beberapa menyebutkan tuyul tak mencuri uang di bank karena takut terhadap logam karena uang di bank tersimpan di brankas. Selain itu, ada juga yang menyebut di bank juga ada "penjaga" berupa makhluk halus lain yang ditakuti oleh tuyul.

Kendati demikian, jawaban-jawaban tersebut hanya sebatas dugaan dari suatu hal yang memang tak logis. Terlepas dari apa jawaban dari pertanyaan tersebut, ada sejarah yang tercatat mengenai asal muasal cerita mistis tuyul sebagai alat pencuri uang.

Asal cerita tuyul mencuri uang

Menilik mundur ke tahun 1870, kala itu Belanda meresmikan kebijakan pintu terbuka atau liberalisasi ekonomi menggantikan sistem tanam paksa. Sekilas perubahan ini membawa angin segar karena dinilai mampu menyejahterakan masyarakat. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Mengutip CNBC, Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012) menyebutkan, liberalisasi ekonomi justru melahirkan rezim kolonial baru yang di dalamnya terjadi pengambilalihan perkebunan rakyat untuk diubah menjadi perkebunan besar dan pabrik gula.

Alih-alih menyejahterakan, situasi ini kemudian membuat kehidupan masyarakat terpuruk, khususnya para petani kecil di Jawa yang semakin terperosok ke dalam jurang kemiskinan. Sebab, mereka tak lagi memiliki kuasa atas lahan perkebunan.

Berbanding terbalik dengan para petani, para pedagang justru diuntungkan dari sistem ini. Kalangan pedagang pun dalam sekejap menjadi orang kaya.

Kenaikan ekonomi yang pesat di kalangan para pedagang membuat para petani yang kian melarat itu heran, dari mana asal-usul kekayaannya? Sebab, para petani tak melihat adanya proses dan usaha yang jelas untuk mencapai kekayaan tersebut. Alhasil timbul rasa iri dan kecemburuan oleh petani ke pedagang karena bisa mendapat harta sebanyak itu.

TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fia/fia)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda