MOM'S LIFE
Perempuan Disebut Lebih Berisiko Meninggal karena Patah Hati? Ini Penyebabnya Bun
Mutiara Putri | HaiBunda
Rabu, 12 Jun 2024 14:30 WIBSetiap orang pasti pernah merasakan patah hati. Namun, tahukah Bunda kalau perempuan lebih berisiko meninggal karena hal tersebut?
Sebuah studi menemukan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami penyakit jantung, termasuk serangan jantung, akibat patah hati. Penyakit ini bahkan disebut sebagai 'sindrom patah hati'.
Melansir dari laman PsychCentral, sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan pada Oktober 2021 menemukan bahwa 88,3 persen dari 135.463 kasus 'sindrom patah hati', dialami oleh perempuan. Mereka memiliki usia paruh baya atau lebih tua.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan yang lebih tua berpotensi 10 kali lipat lebih besar untuk terdiagnosis 'sindrom patah hati' dibandingkan perempuan atau laki-laki yang lebuh muda pada usia berapapun.
Penyebab sindrom patah hati pada perempuan
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti alasan perempuan lebih berisiko terkena 'sindrom patah hati', Bunda. Meski begitu, ahli jantung di Orange Country California, Jennifer Wong, menyebut sindrom ini rentan muncul pada perempuan karena tekanan emosional. Terlebih, stres dapat memengaruhi perempuan lebih berbeda daripada laki-laki.
"Secara umum, penyakit kardiovaskular umumnya lebih banyak menjangkit laki-laki daripada perempuan. Namun, sudah ada teori yang menyatakan bahwa seringkali ada mekanisme lain yang lebih umum terjadi pada wanita, seperti kardiomiopati yang disebabkan oleh stres," kata Wong, dikutip Selasa (11/6/2024).
Tidak hanya itu, stres eksternal juga diduga sebagai penyebab meningkatnya risiko 'sindrom patah hati' bagi kalangan perempuan secara umum. Kombinasi beberapa faktor seperti jantung yang semakin melemah seiring bertambahnya usia serta lonjakan hormon stres juga bisa menjadi faktor pendukung.
"Besaran penyebab stres lingkungan kemungkinan besar berperan (dalam kasus "sindrom patah hati") mengingat laporan dari pusat-pusat lain yang menemukan peningkatan tingkat kasus selama pandemi," kata peneliti utama sekaligus direktur Institute for Research on Healthy Aging di Department of Cardiology Smidt Heart Institute at Cedars-Sinai, Susan Cheng.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan sindrom patah hati? TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(mua/rap)