
parenting
Mengenal Tren MPASI Jepang, Apakah Cocok untuk Anak Indonesia?
HaiBunda
Selasa, 22 Jul 2025 22:30 WIB

Daftar Isi
Saat ini di media sosial banyak dibicarakan tentang MPASI Jepang. Namun, sebenarnya apakah metode ini cocok untuk diterapkan di Indonesia?
Tampilan pembuatan hingga penyajian MPASI Jepang biasanya sangat estetik, sehingga menarik banyak perhatian para Bunda.Â
Selain itu, bahan-bahan yang digunakan juga berkualitas dan mengutamakan penyajian praktis. Oleh sebab itu, tak heran jika kini penerapan MPASI Jepang semakin populer.
Apa itu MPASI Jepang?
Pada dasarnya, MPASI Jepang adalah metode pemberian MPASI dengan pendekatan bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan bayi. Setiap fase akan memperhatikan tekstur, porsi, dan jenis makanan bayi.
Dikutip dari Supporting Guide for Breastfeeding and Weaning, Shinjuku City Health Department, waktu terbaik untuk mulai memberikan makanan padat kepada bayi adalah sekitar usia 5 hingga 6 bulan.
Pada usia ini, bayi seharusnya sudah bisa mengangkat kepala, berguling di tempat tidur, dan duduk selama 5 detik atau lebih. Mereka juga sepatutnya sudah mulai menunjukkan minat pada makanan. Jangan dipaksakan, tetap bersabar dan lanjutkan sesuai perkembangan masing-masing bayi.
Ada beberapa fase penting dalam penerapan MPASI Jepang:
Tahap awal (5–6 bulan)
- Mulailah dengan satu sendok sekali sehari, sesuai dengan kondisi dan mood bayi.
- Tetap berikan bayi ASI atau susu formula sebanyak yang diinginkan.
- Awali dengan bubur yang dihaluskan (dalam bahasa Jepang disebut 'okayu'). Setelah itu coba berikan sayuran yang dihaluskan, tahu yang dihaluskan, ikan dan kuning telur.
Tahap menengah (7–8 bulan)
- Biasakan bayi dengan ritme makan, dengan menyiapkan dua kali makan sehari.
- Tingkatkan variasi makanan yang diberikan agar bayi dapat menikmati berbagai rasa dan tekstur.
- Coba ubah tekstur ke bubur yang lebih kental, tambahkan potongan kecil sayur dan protein seperti ikan tanpa duri, atau kuning telur.
Tahap lanjutan (9–11 bulan)
- Teksturnya mulai meningkat ke bubur kental atau nasi lembek, dengan tambahan potongan makanan yang dapat dikunyah menggunakan gusi.
- Frekuensi makan menjadi tiga kali sehari, disertai pengenalan tekstur makanan yang lebih beragam.
- Jaga agar makan tetap menyenangkan melalui rutinitas makan bersama keluarga.
Tahap akhir (12–18 bulan)
- Pertahankan ritme makan dengan menyajikan tiga kali makan sehari.
- Tingkatkan kemandiriannya dengan menyajikan makanan yang bisa ia makan sendiri.Â
- Bayi sudah mulai mengonsumsi nasi lembek hingga nasi biasa, dengan sayuran dan protein dalam potongan kecil yang dapat dikunyah dengan gigi.
Setiap tahapan menyesuaikan dengan perkembangan bayi, seperti kemampuan menggenggam, pertumbuhan gigi, dan minat terhadap makanan.
Perbedaan MPASI Jepang dan Indonesia
Sebenarnya penerapan MPASI Jepang dan Indonesia tidak jauh berbeda ya, Bunda. Pemberian makanan padat sama-sama menyesuaikan dengan perkembangan bayi, termasuk juga dengan usia dan kemampuan mengunyah.
Namun, ada beberapa perbedaan mencolok yang mungkin perlu diketahui:
1. Usia mulai MPASI
Dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian MPASI umumnya dimulai dari usia 6 bulan. Di bawah usia tersebut, MPASI hanya bisa diberikan sesuai anjuran dari dokter saja.
2. Jenis makanan di tahap awal
Pada MPASI Jepang, pengenalan makanan padat dimulai dengan bubur beras encer (okayu). Rasa yang diperkenalkan pun bertahap, mulai dari rasa hambar, sayur, protein, hingga buah.
Sementara di Indonesia, makanan padat pertama bisa beragam. Ada yang memberikan bubur nasi, sereal instan, atau bahkan puree buah dan sayuran.
3. Tekstur makanan
Secara bertahap, MPASI Jepang memperkenalkan tekstur makanan padat dengan berurutan dan sistematis. Dimulai dari cair, lembek, lembut, hingga potongan-potongan kecil. Di Indonesia sebenarnya juga demikian, tapi juga lebih adaptif dengan kemampuan mengunyah bayi.
Apa saja kelebihan MPASI Jepang?
![]() |
Berikut beberapa kelebihan MPASI Jepang seperti dikutip dari berbagai sumber:
1. Tahapan yang lebih terstruktur
MPASI Jepang dirancang dengan tahapan yang sesuai dengan perkembangan bayi. Secara detail, panduan untuk teksturnya dimulai dari sangat halus, sampai bayi dapat mengunyah sendiri.Â
Struktur yang demikian dapat membantu bayi mengenali rasa dan tekstur makanan secara perlahan.
2. Nasi sebagai makanan pertama
Jika diperhatikan, di tahap awal MPASI Jepang disebut tentang penggunaan bubur beras sebagai pilihan utama. Alasannya, bubur beras kaya energi sebagai makanan pokok, rasanya manis alami dan mudah ditelan oleh bayi. Selain itu, proses pembuatan bubur nasi juga praktis.
3. Memperhatikan rasa makanan
Dikutip dari panduan Dietitian Health, Support Section Edogawa Ward Office, rasa menjadi satu hal penting bagi persiapan MPASI bayi.
Tidak perlu menggunakan bumbu apa pun untuk permulaan. Jika Bunda menggunakan bumbu setelah bayi terbiasa dengan rasanya, sebaiknya sedikit saja. Tetap utamakan untuk memasak makanan bayi dengan rasa yang hambar di tahap awal.
4. Kaya nutrisi
MPASI Jepang juga mengutamakan bahan-bahan alami berkualitas tinggi. Semua bahan makanan juga diberikan secara bertahap, Bunda.
Sebagai contoh, setelah terbiasa dengan bubur nasi, bayi mulai dapat diperkenalkan dengan makanan lain seperti sayuran, protein nabati (tahu), dan protein hewani (ikan dan daging tanpa lemak).
5. Menciptakan keteraturan makan sejak dini
Dalam MPASI Jepang, orang tua juga dianjurkan untuk menerapkan kemandirian (termasuk saat makan) sejak dini. Misalnya dengan mengajarkan bayi makan sendiri dan melibatkan bayi dalam suasana makan bersama.Â
Kekurangan MPASI Jepang
Meski memiliki banyak kelebihan, ada juga beberapa kekurangan MPASI Jepang yang mungkin dirasakan. Berikut beberapa contohnya:
1. Terlalu hambar bagi sebagian bayi
Seperti disebutkan sebelumnya, MPASI Jepang sangat menekankan rasa alami tanpa bumbu. Meski sebenarnya memiliki tujuan yang baik, tapi bagi sebagian bayi ini mungkin dapat menurunkan nafsu makan.Â
Sebab makanan akan jadi terasa terlalu hambar bagi bayi, terutama pada mereka yang terbiasa dengan rasa 'kuat' dari ASI.Â
2. Perlu waktu dan tenaga ekstra
Tidak dalam satu wadah makan, MPASI Jepang biasanya disiapkan terpisah-pisah. Misalnya, ada mangkuk masing-masing untuk bubur nasi, sayur, dan lauk.
Teksturnya pun harus sangat spesifik sesuai tahapan usia. Bagi Bunda yang bekerja, hal ini mungkin akan terasa sedikit memakan waktu.Â
3. Kenaikan tekstur bisa terlalu lamaÂ
Kenaikan tekstur MPASI di Jepang mungkin akan terasa lebih lambat, dari yang dianjurkan oleh WHO atau IDAI. Di Indonesia, naik tekstur bisa dilakukan secara fleksibel sesuai kemampuan bayi.
Tujuannya supaya bayi lebih cepat belajar mengunyah. Selain itu, terlambatnya pengenalan tekstur kasar juga diyakini dapat meningkatkan risiko picky eater.
Apakah MPASI Jepang cocok untuk anak Indonesia?
Sebenarnya MPASI Jepang bisa saja diterapkan untuk anak Indonesia. Namun tetap perlu penyesuaian lagi dengan kebutuhan, kemampuan anak, faktor kebiasaan, budaya, dan sumber daya keluarga.
Termasuk juga dengan menyesuaikan bahan makanan yang ada. Seperti diketahui, MPASI Jepang lebih mengutamakan bahan lokal seperti kombu, dashi, atau ikan putih kukus.
Di Indonesia, bahan-bahan ini mungkin perlu diganti dengan bahan lain seperti tempe, tahu, hati ayam, atau ikan lele.
Anjuran untuk tidak menggunakan bahan perasa sama sekali juga dapat membuat makanan jadi hambar, sehingga bisa disesuaikan dengan menggunakan kaldu ayam rumahan atau santan.
Kesimpulannya, MPASI Jepang cocok diterapkan jika Bunda ingin Si Kecil belajar makan dengan sistematis, tanpa tambahan perasa, dan mengenal tekstur secara bertahap.
5 Resep MPASI Jepang
Berikut beberapa contoh resep MPASI Jepang yang dapat Bunda coba olah kembali di rumah:
1. Bubur Okayu
(Resep untuk bubur beras perbandingan 7:1)
Bahan:
- 1/2 cangkir berasÂ
- 5 cangkir air matang
Cara membuat:
- Takar beras sesuai kebutuhan, lalu cuci dan tiriskan.
- Masukkan beras ke dalam panci dan tambahkan air sesuai takaran.
- Diamkan beras selama 20 hingga 30 menit.
- Masak dengan api besar hingga mendidih, kecilkan api, geser tutup panci sedikit agar nasi tidak meluap, lalu masak selama 50 menit.
- Matikan api, tutup panci, dan diamkan selama 10 menit.
2. Tahu KukusÂ
Bahan:
- 1 potong kecil tahu putih
- 1 sdm air kaldu (opsional)
Cara membuat:
- Kukus tahu selama 5–7 menit.
- Hancurkan dengan sendok hingga lembut, bisa tambahkan sedikit kaldu untuk rasa alami.
- Sajikan sebagai sumber protein.
3. Bubur Kentang Brokoli
Bahan:
- 2 potong kecil kentang
- 2 kuntum brokoli
Cara membuat:
- Kukus kentang dan brokoli sampai lunak.
- Haluskan masing-masing secara terpisah.
- Bisa dicampur atau disajikan terpisah, sesuai kemampuan mengunyah bayi.
4. Ikan Dori Kukus
Bahan:
- 1 potong kecil (sekitar 20 gram) ikan dori fillet tanpa duriÂ
Cara membuat:
- Kukus ikan selama 10 menit atau hingga matang.
- Hancurkan hingga lembut, buang semua tulang.
- Sajikan bersama bubur atau sayur halus.
5. Wortel Kukus
Bahan:
- 1 potong kecil wortel
Cara membuat:
- Kukus sayuran sampai sangat lunak.
- Haluskan dengan saringan atau blender dengan sedikit air matang.
- Sajikan sendiri dalam mangkuk kecil atau dicampur dengan bubur nasi.Â
Demikian ulasan tentang serba-serbi MPASI Jepang, termasuk berbagai penyesuaiannya dengan panduan IDAI untuk MPASI di Indonesia. Jika Bunda ragu terkait penerapan MPASI ini, lakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fir/fir)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Parenting
7 Menu Makanan Usia 6-12 Bulan dari Buku Resep MPASI Kemenkes, Ada Takaran Kalorinya

Parenting
Resep Gadon Sapi untuk MPASI Anak Usia 1 Tahun, dan Menu Tinggi Kalori Lainnya

Parenting
10 Menu Finger Food MPASI, Bantu Optimalkan Perkembangan Motorik Si Kecil

Parenting
7 Kondisi Ini Tunjukkan Bayi belum Siap Melahap Makanan Padat

Parenting
5 Kriteria Makanan untuk Perkembangan Bayi 6-12 Bulan


7 Foto
Parenting
Potret 7 Anak Artis saat Menikmati MPASI, Ekpresinya Cute dan Gemas
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda