MOM'S LIFE
Mengenal Ulkus Dekubitus, Kondisi yang Rentan Dialami 33% Lansia di Indonesia
Arina Yulistara | HaiBunda
Senin, 17 Jun 2024 21:50 WIBTahukah Bunda kalau ternyata banyak lansia di Indonesia yang mengalami ulkus dekubitus? Yuk mengenal apa itu ulkus dekubitus, gejala, penyebab, dan cara mencegahnya.
Menurut Direktur Kesehatan Usia Produktif dan Lanjut Usia Kementerian Kesehatan (Kemenkes), drg. Nida Rohmawati, satu dari tiga lansia di Indonesia berisiko terkena luka dekubitus, yaitu luka borok yang muncul akibat tekanan berkepanjangan pada kulit.
"Rasio kejadian luka dekubitus di Indonesia cukup tinggi, mencapai 33% dari keseluruhan lansia yang ada saat ini," kata Nida, dilansir dari CNN Indonesia.
Luka dekubitus umumnya muncul di area tubuh yang menopang berat badan saat berbaring dalam waktu lama, seperti tumit, siku, pinggul, dan punggung bagian bawah. Tingginya angka kejadian luka dekubitus di Indonesia sejalan dengan peningkatan jumlah lansia.
Pada 2023, Kemenkes mencatat terdapat 28,9 juta lansia di Indonesia. Terdapat 8 provinsi dengan jumlah lansia terbanyak di Indonesia, termasuk DI Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, dan Lampung.
Di antara provinsi-provinsi tersebut, DI Yogyakarta memiliki jumlah lansia terbanyak, yaitu 16% dari total lansia di Indonesia. Kini banyak lansia yang mengalami ulkus dekubitus.
Apa itu Dekubitus?
Ulkus dekubitus adalah luka terbuka pada kulit yang disebabkan oleh tekanan konstan dalam jangka waktu lama pada area tubuh tertentu. Penurunan aliran darah ke area ini menyebabkan kerusakan jaringan dan kematian.
Ulkus dekubitus sering terjadi pada kulit yang menutupi area tulang. Tempat paling umum untuk terjadinya ulkus dekubitus, termasuk panggul, punggung, pergelangan kaki, dan bokong.
Kondisi ini umum terjadi pada orang lanjut dan orang yang mengalami penurunan mobilitas. Jika tidak diobati, infeksi dapat menyebar ke darah, jantung, dan tulang hingga bisa mengancam nyawa.
Mengutip dari Cleveland Clinics, para ahli memperkirakan bahwa 2,5 juta orang Amerika menderita ulkus dekubitus setiap tahunnya. Siapa pun bisa terkena luka ini.
Penyebab Ulkus Dekubitus
Ulkus dekubitus terjadi ketika tekanan mengurangi atau memutus aliran darah ke kulit Bunda. Kurangnya aliran darah ini dapat menyebabkan luka tekan berkembang hanya dalam waktu dua jam.
Sel-sel kulit di epidermis Bunda (lapisan terluar kulit) mulai mati. Saat sel-sel mati terurai, luka akibat tekanan terbentuk. Luka lebih mungkin terjadi ketika ada tekanan yang disertai dengan kelembaban dari keringat, urin, atau tinja.
Tekanan yang berkepanjangan pada dasarnya merupakan penyebab utama terjadinya ulkus dekubitus. Berbaring di bagian tubuh tertentu dalam waktu lama menyebabkan kulit Bunda rusak.
Area di sekitar pinggul, tumit, dan tulang ekor sangat rentan terhadap luka jenis ini.
Faktor lain yang meningkatkan kemungkinan mengalami luka ulkus dekubitus karena sirkulasi yang buruk, kelembaban berlebihan, iritasi kulit akibat urin dan feses, gesekan, seperti ketika seseorang yang terbaring di tempat tidur terseret seprai dari bawahnya.
Gejala Ulkus Dekubitus
Mengutip dari Healthline, ulkus dekubitus memiliki gejala yang berbeda-beda tergantung pada stadiumnya. Berikut tahapan gejala ulkus dekubitus.
Gejala tahap 1
Kulitnya tidak rusak, tapi berubah warna. Area tersebut mungkin tampak merah jika Bunda memiliki kulit cerah.
Perubahan warna mungkin bervariasi dari biru ke ungu jika memiliki kulit yang lebih gelap. Misalnya saja, jika Bunda memiliki kulit yang lebih terang, lukanya akan berubah menjadi merah dan bukannya semakin terang saat menekannya. Lukanya akan tetap merah setidaknya selama 30 menit.
Mungkin juga terasa hangat saat disentuh, terlihat bengkak, nyeri, gatal, ada sensasi terbakar.
Gejala tahap 2
Robekan pada kulit menunjukkan adanya luka dangkal yang dapat mengeluarkan nanah. Lukanya mungkin juga terlihat seperti lepuh berisi cairan.
Penyakit ini mempengaruhi lapisan kulit pertama (epidermis) dan bisa saja lapisan kedua (dermis). Terdapat bisul yang terasa sakit dan kulit di sekitarnya mungkin berubah warna.
Gejala tahap 3
Bisul berada jauh lebih dalam di dalam kulit, mempengaruhi lapisan lemak Bunda. Bunda seharusnya tidak dapat melihat tulang atau tendon. Lukanya tampak seperti kawah dan mungkin berbau busuk.
Gejala tahap 4
Ulkus ini sangat dalam dan mempengaruhi banyak lapisan jaringan, mungkin termasuk tulang. Ada banyak jaringan mati dan nanah. Infeksi mungkin terjadi pada tahap ini.
Terkadang, kedalaman luka atau jumlah kerusakan jaringan yang terjadi tidak dapat diukur. Hal ini membuat sulit untuk mengevaluasi sepenuhnya dan menentukan stadiumnya.
Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya plak keras yang disebut eschar di dalam luka. Bisul juga bisa mengandung kotoran yang berubah warna yang dikenal sebagai slough yang mungkin muncul.
Dokter Bunda mungkin perlu menghilangkan eschar atau serpihan untuk menentukan luasnya luka sepenuhnya. CT scan lebih lanjut atau evaluasi bedah pada area tersebut bisa saja diperlukan.
Faktor Risiko Luka Dekubitus pada Lansia
1. Kurangnya perawatan
Kulit lansia lebih tipis, kering, dan rapuh dibandingkan orang dewasa. Hal ini membuat mereka lebih mudah terluka, terutama saat tertekan dalam waktu lama. Perawatan kulit yang tidak tepat, seperti jarang diganti popok atau tidak menggunakan pelembap, dapat memperburuk kondisi.
Lansia dengan mobilitas rendah, seperti terkena stroke dan harus terbaring di kasur, berisiko tinggi terkena ulkus dekubitus. Kurangnya pergantian posisi dan perawatan kulit yang optimal dapat memperparah risiko ini.
2. Tidak memakai kasur khusus
Kasur ulkus dekubitus dirancang khusus untuk mendistribusikan tekanan secara merata dan mencegah luka tekan. Namun di Indonesia, kasur ini masih jarang digunakan, terutama karena harganya yang mahal.
3. Kurangnya edukasi
Banyak pengasuh atau keluarga belum memahami pentingnya mengganti posisi lansia secara berkala. Kurangnya edukasi tentang pencegahan ulkus dekubitus dapat menyebabkan kelalaian dalam perawatan.
4. Dibiarkan selalu berbaring
Lansia yang berbaring atau duduk statis dalam waktu lama (lebih dari 30 menit) berisiko terkena ulkus dekubitus. Tubuh mereka perlu digerakkan secara berkala untuk melancarkan aliran darah dan mencegah luka tekan.
"Mereka merasa kasihan jika orang tua harus sering digeser dari tempat tidur, berganti posisi. Makanya malah dibiarkan. Padahal, justru ini yang berbahaya," jelas Rinadewi Atriningrum, seorang dokter spesialis kulit.
Pencegahan Luka Dekubitus pada Lansia
Luka dekubitus dapat dicegah dengan beberapa langkah, seperti:
- Bantu lansia untuk duduk, berdiri, atau berjalan kaki sesering mungkin.
- Periksa kulit lansia setiap hari untuk mencari tanda-tanda luka dekubitus, seperti kemerahan, bengkak, atau luka.
- Jaga agar kulit lansia tetap bersih dan kering. Gunakan pelembab secara teratur untuk menjaga kelembapan kulit.
- Mengubah posisi tidur lansia secara berkala. Bantu lansia untuk mengubah posisi tidurnya setiap 2 sampai 3 jam.
- Pastikan lansia mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang untuk menjaga kesehatan kulit.
- Gunakan alas tidur yang empuk dan nyaman untuk lansia.
- Konsultasikan dengan dokter jika lansia menunjukkan tanda-tanda luka dekubitus.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, risiko lansia terkena luka dekubitus dapat diminimalisir.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fia/fia)