Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Cuci Darah, Ini yang Perlu Diketahui dari Biaya, Tanda Penyakit hingga Cara Kerja

ANNISA ZAHRA AULIANY   |   HaiBunda

Jumat, 09 Aug 2024 12:40 WIB

Dialysis machine is working. Acting as a substitute for the kidneys to drive waste from the body.
Ilustrasi Cuci Darah, Ini yang Perlu Diketahui dari Biaya, Tanda Penyakit hingga Cara Kerja/ Foto: Getty Images/saengsuriya13
Daftar Isi

Cuci darah merupakan prosedur medis yang berkaitan erat dengan penyakit ginjal. Saat seseorang mengalami kerusakan ginjal, racun akan menumpuk di dalam tubuh sehingga menimbulkan risiko berbagai macam penyakit berbahaya.

Malfungsi ginjal tersebutlah yang mengharuskan seorang pasien untuk menjalani cuci darah, Bunda. Lalu, apakah yang menandakan seseorang harus melakukan cuci darah dan kondisi kesehatan seperti apa yang membutuhkan cuci darah? Simak informasi selengkapnya berikut ini.

Apa itu cuci darah?

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, cuci darah atau juga sering disebut hemodialisis merupakan proses pembersihan darah dari sampah sisa metabolisme dan cairan berlebih oleh bantuan mesin. Cuci darah dilakukan apabila ginjal gagal menyaring dan membersihkan darah yang mengakibatkan bertumpuknya racun dalam tubuh.

Salah satu fungsi utama ginjal adalah menyaring darah dengan membuang limbah dan cairan berlebih dari tubuh. Limbah yang sudah disaring tersebut nantinya akan dikirim ke kandung kemih dan keluar saat buang air kecil.

Cuci darah bermanfaat untuk membersihkan darah sehingga organ tubuh dapat terus berfungsi. Oleh karena itu, pasien gagal ginjal kronis umumnya akan dijadwalkan untuk menjalani cuci darah pada waktu yang ditentukan oleh pihak rumah sakit.

Jenis-jenis cuci darah

Merangkum dari laman Healthline, terdapat tiga jenis cuci darah dalam dunia medis, yakni Hemodialisis, CAPD, dan CRRT:

1. Hemodialisis

Hemodialisis merupakan terapi yang paling umum dilakukan oleh pasien cuci darah. Hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah keluar tubuh untuk dibersihkan menggunakan mesin cuci darah, kemudian darah dikembalikan ke dalam tubuh.

Prosedur cuci darah ini dilakukan menggunakan filter yang disebut hemodialyzer yang berfungsi untuk menghilangkan limbah dan cairan berlebih dalam darah. Hemodialisis umumnya dilakukan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang menyediakan terapi cuci darah.

2. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)

Berbeda dari hemodialisis, terapi CAPD dilakukan langsung melalui perut pasien cuci darah. Kateter akan dimasukkan ke dalam perut dan mengalirkan cairan dialisat. Cairan tersebut akan menyerap limbah dalam darah dengan melewati pembuluh darah kecil di rongga perut yang kemudian akan dikeluarkan kembali dari tubuh.

3. Continuous Renal Replacement Therapy (CRRT)

CRRT merupakan mesin khusus untuk menggantikan fungsi ginjal seseorang. Mesin ini umumnya dipakai oleh pasien unit perawatan intensif atau ICU yang mengalami gagal ginjal akut. Perawatan ini dilakukan 24 jam sehari untuk memfilter darah pasien secara perlahan dan terus menerus.

Tanda seseorang harus cuci darah

Cuci darah menjadi salah satu solusi terbaik bagi pasien gagal ginjal kronis. Ketika seseorang mengalami kerusakan ginjal yang parah dan merusak organ tubuh lainnya, prosedur cuci darah atau transplantasi ginjal harus dilakukan.

Cuci darah akan disarankan setelah hasil tes laboratorium pasien menunjukkan penumpukan limbah beracun dalam tubuh. Pasien juga perlu melakukan cuci darah apabila mengalami gejala gagal ginjal seperti mual-mual, muntah, kelelahan, dan pembengkakan tubuh.

Cuci darah merupakan terapi atau perawatan yang harus dijalani dengan rutin. Cuci darah biasanya dijadwalkan dua sampai tiga kali dalam seminggu dan menghabiskan waktu berjam-jam lamanya. Oleh karena itu, dibutuhkan semangat dan kekonsistenan pasien untuk memenuhi jadwal cuci darah yang menyita banyak waktu.

Masalah kesehatan atau penyakit yang jadi alasan pasien harus cuci darah

Bunda pasti bertanya-tanya, cuci darah dibutuhkan untuk penyakit apa saja? Merangkum dari laman Cleveland Clinic, cuci darah harus dilakukan bagi pasien penyakit ginjal kronis dan gagal ginjal stadium 5 atau ESRD. Penyakit lain seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan lupus menimbulkan risiko gagal ginjal yang memerlukan perawatan cuci darah.

Urgensi menjalani terapi cuci darah terjadi ketika pasien gagal ginjal berada pada stadium akhir atau tahap lima. Pada level tersebut, ginjal hanya berfungsi sekitar 10 persen hingga 15 persen dari batas normalnya. Cuci darah atau transplantasi ginjal harus dilakukan agar pasien dapat bertahan hidup.

Cara kerja cuci darah

Cuci darah adalah perawatan yang dilakukan dengan menggunakan mesin dan alat khusus medis. Seperti yang telah Bubun bahas sebelumnya, cuci darah terbagi menjadi tiga jenis yang mana masing-masing memiliki prosedurnya tersendiri.

Untuk terapi hemodialisis, dokter akan melakukan tindakan kecil untuk membuat titik masuk kateter pada tubuh. Cuci darah ini dilakukan setidaknya selama 4 jam dan 3 kali dalam seminggu. Untuk pasien cuci darah jangka panjang, perawatan ini nantinya dapat dilakukan sendiri di rumah.

Selanjutnya, CAPD dilakukan dengan menanamkan kateter dalam tubuh pasien cuci darah 3 minggu sebelumnya. Selama cuci darah berlangsung, cairan dialisat yang telah membersihkan darah akan dikeringkan dari perut pasien. Proses ini memakan waktu beberapa jam dan perlu dilakukan berulang 3-5 kali dalam sehari.

Sementara itu, CRRT dilakukan dengan mesin yang mengalirkan darah melalui tabung. Darah tersebut akan difilter dan dikembalikan ke dalam tubuh pasien cuci darah bersamaan dengan cairan pengganti.

Manfaat cuci darah

Dilansir oleh detikcom, berikut beberapa manfaat yang diperoleh pasien yang menjalani perawatan cuci darah:

  1. Membantu mengurangi gejala kerusakan ginjal seperti pembengkakan, mual-mual, muntah, dan kesulitan bernapas.
  2. Mengatur tekanan darah agar tetap normal.
  3. Membuang cairan berlebih dan elektrolit dari dalam tubuh.
  4. Menjaga keseimbangan asam dan basa dalam tubuh.
  5. Mempertahankan kadar zat kimia di dalam tubuh.

Efek samping cuci darah

Walaupun cuci darah dilakukan untuk mempertahankan hidup pasien, terdapat efek samping yang ditemukan setelah menjalani perawatan ini. Melansir dari Mayo Clinic, berikut ini beberapa efek samping atau risiko dari cuci darah:

  • Tekanan darah rendah atau hipotensi. Penurunan tekanan darah adalah hal yang umum dialami oleh pasien cuci darah. Tekanan darah rendah dapat disertai dengan sesak napas, kram perut, kram otot, mual, dan muntah.
  • Gatal-gatal. Terdapat banyak pasien yang menjalani cuci darah mengalami gatal-gatal pada kulit dan dapat bertambah parah seiring berjalannya perawatan.
  • Kesulitan tidur. Pasien yang menjalani cuci darah dapat mengalami masalah tidur yang terjadi akibat gangguan pernapasan atau karena kaki yang terasa nyeri dan risih.
  • Anemia. Kekurangan sel darah merah dalam darah merupakan salah satu komplikasi umum yang terjadi akibat kurangnya produksi hormon eritropoietin yang seharusnya merangsang pembentukan sel darah merah.
  • Penyakit tulang. Gagal ginjal dapat mengakibatkan penyakit tulang karena gagal memproses vitamin D untuk penyerapan kalsium. Cuci darah dapat memperburuk kondisi ini dengan membuang terlalu banyak atau terlalu sedikit kalsium.

FAQ seputar cuci darah

Bagi Bunda yang masih penasaran mengenai fakta seputar cuci darah, berikut sudah Bubun rangkum sejumlah info pentingnya.

Siapa yang perlu melakukan cuci darah?

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, cuci darah umumnya dilakukan bagi pasien yang mengalami kerusakan ginjal. Cuci darah bertujuan untuk membersihkan darah dalam tubuh dengan menggunakan mesin dan alat medis khusus.

Biasanya, pasien gagal ginjal akan mendapatkan jadwal cuci darah apabila hasil tes laboratorium menunjukkan kondisi yang membutuhkan perawatan tersebut. Cuci darah merupakan salah satu jalan pengobatan bagi penderita gagal ginjal agar organ tubuh tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

Apakah seseorang yang melakukan cuci darah bisa sembuh?

Melansir laman URMC Rochester, cuci darah merupakan pengobatan jangka panjang yang dilakukan penderita gagal ginjal untuk membersihkan darah dalam tubuh. Cuci darah dijalani sebagai solusi sementara hingga transplantasi ginjal dilakukan. Oleh karena itu, cuci darah tidak menyembuhkan gagal ginjal, tetapi menggantikan fungsi ginjal sementara.

Apa yang dirasakan tubuh setelah cuci darah?

Cuci darah dapat menghasilkan efek samping yang dirasakan tubuh pasiennya. Di antaranya adalah kram otot, kelelahan, hingga tekanan darah rendah.

Berapa biaya untuk sekali cuci darah?

Melansir laman detikFinance, berikut kisaran biaya cuci darah tergantung lokasi dan jenis fasilitasnya:

  • Rumah sakit swasta: Rp800.000 – Rp 1.500.000
  • Klinik HD tipe D: Rp 730.000
  • Rumah sakit tipe C: Rp820.000
  • Rumah sakit tipe A & B: Rp930.000 – Rp1.000.000

Berapa lama proses cuci darah?

Cuci darah umumnya dilakukan 2-3 kali dalam seminggu. Setiap proses perawatan cuci darah akan menghabiskan waktu 3-4 jam. Untuk perawatan CAPD atau dialisis peritoneal biasanya dilakukan beberapa kali dalam sehari yang dapat dilakukan ketika tidur.

Seperti apa rasanya cuci darah?

Efek terapi cuci darah bisa berbeda-beda tiap pasien, Bunda. 

Demikian informasi seputar perawatan cuci darah yang telah Bubun rangkum. Pastikan untuk segera mengunjungi dokter apabila mengalami tanda-tanda yang disebutkan di atas. Semoga sehat selalu, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda