
moms-life
Tren Micro Retirement Kalangan Gen Z, 'Pensiun' Sementara karena Burnout
HaiBunda
Senin, 30 Jun 2025 14:30 WIB

Daftar Isi
Tahukah Bunda kalau kini di kalangan gen Z sedang tren micro-retirement atau 'pensiun' sementara karena burnout? Kok bisa? Bahas di sini yuk, Bunda.
Istilah micro-retirement atau pensiun mikro mulai ramai digunakan untuk menggambarkan tren rehat sementara dari pekerjaan sebagai respon terhadap tekanan kerja berlebih atau burnout. Bagi gen Z, yang dikenal lebih menekankan keseimbangan hidup dibandingkan generasi sebelumnya, micro-retirement menjadi jalan untuk memulihkan diri sekaligus mengejar aspirasi pribadi tanpa harus menunggu usia pensiun.
Micro-retirement bukanlah bentuk mundur permanen dari dunia kerja, melainkan jeda yang disengaja untuk memberi ruang bagi kesehatan mental dan emosional. Gen Z memilih untuk mengambil waktu istirahat di antara pergantian pekerjaan atau setelah periode kerja yang intens.
"Pensiun mikro adalah tren karier baru yang melibatkan pekerja muda dengan mengambil jeda singkat di antara pekerjaan untuk fokus pada hobi, kesejahteraan, dan aspirasi pribadi mereka. Tren ini memungkinkan mereka untuk fokus pada pemenuhan tujuan dan ambisi pribadi sekarang daripada harus menunggu hingga usia pensiun," ujar Peter Duris, CEO dan salah satu pendiri aplikasi karier AI Kickresume, mengutip Hindustan Times.
Selama waktu tersebut, banyak gen Z mengejar hal-hal yang selama ini tertunda, seperti traveling, mengembangkan hobi, atau menjalankan proyek pribadi. Berbeda dengan budaya kerja lama yang menuntut loyalitas dan kerja terus-menerus.
Generasi sekarang menunjukkan bahwa rehat sejenak bukanlah kelemahan, melainkan bentuk kesadaran diri.
Psikolog Deepti Chandy menyebut bahwa dalam budaya yang selalu aktif, jeda bukan kemewahan, melainkan keharusan. Ketika Bunda terus-menerus bekerja tanpa berhenti, kemampuan kognitif dan emosional akan menurun, pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan kepuasan hidup.
"Ini sangat penting bagi kaum muda yang menjalani karier dengan tekanan tinggi dan konektivitas digital konstan. Mengambil waktu istirahat, baik untuk bepergian atau mengejar minat, akan membantu Anda untuk berkembang dalam jangka panjang. Bahkan terapis sengaja mengambil waktu istirahat karena pekerjaan kita membutuhkan banyak emosi. Setiap kali saya menjauh, saya akan kembali dengan lebih bersemangat," ujar Chandy.
Itulah alasan utama mengapa gen Z menjadikan micro-retirement sebagai bagian dari strategi karier mereka. Dengan begitu, mereka dapat kembali ke dunia kerja dengan semangat dan perspektif yang lebih segar.
Mari bahas lebih dalam mengenai micro-retirement.
Apa itu micro-retirement?
Micro-retirement adalah 'pensiun' karier jangka pendek yang diambil secara sengaja oleh pekerja muda untuk memprioritaskan kesehatan mental, kehidupan pribadi, dan pengembangan diri. Tentu berbeda dengan pensiun di usia tua yang memang harus berhenti bekerja karena faktor umur.
Perbedaan paling mencolok dari pensiun tradisional adalah micro-retirement bersifat sementara. Pekerja umumnya akan kembali ke dunia kerja setelah beberapa bulan hingga satu tahun dalam kondisi yang jauh lebih siap dan sehat secara mental.
Di tengah meningkatnya tekanan kerja dan konektivitas digital tanpa henti, konsep ini menjadi bentuk perlawanan terhadap budaya kerja yang sering kali mengabaikan kebutuhan individu.
Mengapa gen Z memilih micro-retirement?
Gen Z telah menunjukkan bahwa mereka tidak tertarik untuk menghabiskan puluhan tahun bekerja tanpa henti hanya demi mencapai puncak karier. Bagi gen Z, pencapaian hidup tak selalu harus dikaitkan dengan jabatan atau gaji tinggi.
Banyak anak muda lebih menghargai makna hidup, pengalaman, dan kesehatan mental. Menurut Guy Thornton dari Practice Aptitude Tests, media sosial juga menjadi pendorong utama tren ini karena banyak anak muda terinspirasi dari pengalaman sesama yang melakukan micro-retirement.
“Hal ini telah memperkuat keinginan untuk meraih kesempatan mendapatkan pengalaman yang berkesan dan menjelajahi dunia, menekuni hobi, atau terlibat dalam proyek yang disukai saat masih muda dan mampu secara fisik,“ kata Thornton, dilansir dari Forbes.
Bagi gen Z, micro-retirement merupakan cara cerdas untuk menjaga keseimbangan hidup tanpa mengorbankan masa depan. Sebuah survei bahkan menunjukkan bahwa banyak orang saat ini tidak lagi melihat usia 60-an sebagai waktu pensiun mutlak dan sebagian besar justru berencana untuk terus bekerja hingga usia 70-an.
Tak heran jika banyak gen Z mengambil jeda karier di usia muda karena menguntungkan secara psikologis.
Kontras dengan tren baby boomers
Di sisi lain, generasi baby boomers justru mengalami fenomena kebalikan. Dikenal dengan sebutan 'The Great Retiree Return', banyak dari mereka kembali bekerja karena tekanan ekonomi atau rasa ingin tetap aktif secara sosial.
Baby boomers membawa pengalaman panjang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan untuk melatih generasi muda dan menjembatani kesenjangan keterampilan di tempat kerja. Generasi ini juga menjadi aset penting karena kebutuhan akan tenaga ahli meningkat, terutama di industri yang kekurangan tenaga kerja senior.
Dengan menggabungkan energi gen Z dan pengalaman baby boomers, perusahaan bisa menciptakan tempat kerja yang lebih seimbang dan inovatif.
Peran perusahaan dalam mendukung micro-retirement
Menurut Shanna Milford, pimpinan SDM AS di IRIS Software Group, perusahaan juga perlu mengambil bagian dalam mengakomodasi tren ini. Mereka dapat menyiapkan transisi yang baik saat karyawan memutuskan berhenti sementara dan menjaga komunikasi dengan yang mungkin ingin kembali di masa depan.
Sikap terbuka terhadap karyawan yang mengambil jeda kerja akan menciptakan loyalitas dan produktivitas lebih tinggi ketika mereka kembali. Perusahaan juga bisa mempertimbangkan penyesuaian benefit, seperti program cuti jangka panjang atau opsi kerja paruh waktu.
"Untuk mengakomodasi kebutuhan unik para pensiunan, para pemberi kerja harus mempertimbangkan untuk menawarkan peran yang fleksibel, seperti posisi paruh waktu atau berbasis proyek,” ujar Milford.
Bagi sektor industri yang menghadapi kekurangan tenaga kerja, seperti akuntansi atau teknologi, karyawan yang kembali dari micro-retirement bisa menjadi solusi jangka pendek dan panjang. Mereka datang dengan energi baru dan motivasi yang lebih tinggi.
Strategi melakukan micro-retirement dengan bijak
Berikut strategi melakukan micro-retirement dengan bijak.
1. Pilih waktu yang tepat
Sebelum memutuskan untuk mengambil micro-retirement, pastikan bahwa masa kerja Bunda sudah berada di titik aman untuk berhenti sejenak. Perhatikan waktu pemberitahuan resign dan pastikan semua tanggung jawab terselesaikan dengan baik.
2. Persiapkan finansial
Pastikan Bunda memiliki dana cadangan yang cukup untuk menutupi semua kebutuhan selama masa jeda. Jika ingin bepergian atau mengikuti kursus, kalkulasikan pengeluaran dengan teliti. Tak kalah penting, persiapkan dana untuk periode pencarian kerja setelah micro-retirement berakhir.
3. Buat rencana yang jelas
Tentukan apa yang ingin Bunda capai selama masa jeda. Apakah ingin menulis buku, belajar bahasa asing, atau fokus pada kesehatan mental? Rencana yang baik akan membuat micro-retirement terasa bermakna dan tidak sekadar kabur dari pekerjaan.
4. Perbarui resume
Ketika siap kembali bekerja, tunjukkan micro-retirement Bunda sebagai ‘career break’ atau ‘sabbatical’ di CV. Kalau Bunda mengembangkan keterampilan baru atau melakukan aktivitas bermakna, pastikan ini terlihat dalam lamaran kerja.
Tren micro-retirement menandakan pergeseran besar dalam cara kita memandang karier. Tidak lagi linier, tapi dinamis, fleksibel, dan lebih berpusat pada kesejahteraan pribadi.
Di tengah tuntutan hidup modern, mengambil jeda karier bukan lagi dianggap sebagai kemunduran, melainkan investasi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Yang paling penting, budaya kerja harus berkembang menjadi ruang yang memberikan rasa aman, menghargai perbedaan generasi dan memprioritaskan manusia di atas target semata.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Arti Istilah Viral Jam Koma, Kondisi yang Dialami Pekerja Muda Gen Z

Mom's Life
5 Tips Agar Tak Didiskriminasi saat Jadi Perempuan Satu-satunya di Tempat Kerja

Mom's Life
Cara Mengatasi Burnout Akibat Pekerjaan Ketika Resign Bukan Pilihan

Mom's Life
3 Ciri Bunda Alami Burnout dalam Pekerjaan dan Solusinya Selain Resign

Mom's Life
Prediksi Zodiak Hari Ini, Wah Ada Tawaran Proyek Menarik Nih Buat Aries

Mom's Life
Catat Bun, Ini 5 Pertanyaan yang Bisa Diajukan ke HRD saat Wawancara Kerja
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda