MOM'S LIFE
10 Tanda Lingkungan Kerja Toksik, Resign atau Bertahan?
Arina Yulistara | HaiBunda
Senin, 07 Jul 2025 15:20 WIBBunda merasa lingkungan kerja mulai toksik? Pilih resign atau bertahan ya? Pahami dahulu tanda-tanda lingkungan kerja yang tidak sehat.
Lingkungan kerja yang tidak sehat bukan hanya membuat karyawan kehilangan semangat, melainkan dapat mengancam kesehatan mental dan fisik dalam jangka panjang. Berdasarkan laporan McKinsey Health Institute, satu dari empat pekerja di seluruh dunia mengalami perilaku toksik di tempat kerja, seperti diskriminasi, ketidakpercayaan, hingga atmosfer yang penuh ketegangan.
Lingkungan kerja toksik tidak hanya membuat produktivitas menurun, tapi juga berpotensi membuat Bunda merasa terisolasi dan enggan berbicara karena takut akan konsekuensi. Pascapandemi, banyak karyawan yang semakin menyadari pentingnya kesehatan mental dan keseimbangan hidup, membuat mereka tidak lagi mau bertahan pada lingkungan kerja yang merugikan kesehatan mereka.
Mengutip Forbes, studi dari MIT Sloan menunjukkan bahwa lingkungan kerja toksik menjadi alasan utama banyak orang memutuskan untuk resign, bukan semata-mata karena gaji atau fleksibilitas waktu kerja. Pekerja kini menginginkan rasa aman secara psikologis dalam bekerja, tidak hanya keuntungan materi.
Kemudian muncul pertanyaan besar, apakah jika lingkungan kerja sudah terasa toksik, sebaiknya langsung resign atau masih bisa bertahan dengan strategi tertentu? Mengenali tanda-tanda lingkungan kerja toksik menjadi langkah penting sebelum mengambil keputusan besar
Tanda lingkungan kerja toksik
Berikut ragam tanda lingkungan kerja toksik yang perlu Bunda perhatikan sebelum memutuskan untuk resign atau bertahan.
1. Pekerjaan menguras energi Bunda setiap hari
Lingkungan kerja seharusnya memberi energi positif, bukan justru menguras tenaga dan membuat Bunda merasa kelelahan setiap pulang kerja. Jika merasa kelelahan secara fisik dan mental setiap hari, ini bisa menjadi tanda bahwa Bunda berada dalam lingkungan kerja yang toksik.
Jika dibiarkan, kondisi ini akan memicu kelelahan kronis (burnout) yang bisa berkembang menjadi masalah kesehatan serius, termasuk risiko serangan jantung atau stroke. Kalau merasa tidak lagi memiliki energi bahkan untuk menjalani aktivitas di luar pekerjaan, mungkin menjadi sinyal untuk mempertimbangkan langkah resign.
2. Lingkungan kerja membuat Bunda merasa tak termotivasi
Apakah selalu merasa tidak bersemangat meskipun pekerjaan sebelumnya adalah hal yang Bunda sukai? Lingkungan kerja yang toksik akan membuat Bunda kehilangan motivasi dari hari ke hari.
Lebih buruk lagi, rasa tidak termotivasi ini akan menggerus rasa percaya diri sendiri. Jika mulai mempertanyakan kemampuan diri sendiri akibat tekanan lingkungan kerja yang negatif, mungkin sudah saatnya mencari tempat kerja yang lebih sehat.
3. Lingkungan kerja punya tingkat turnover yang tinggi
Perhatikan apakah banyak rekan kerja yang memilih pergi dalam waktu singkat? Tingkat turnover yang tinggi di sebuah perusahaan bisa menjadi tanda adanya lingkungan kerja tidak sehat.
Tingkat keluar-masuk karyawan yang tinggi bukan hanya merusak budaya kerja, melainkan mempengaruhi operasional dan beban kerja karyawan yang bertahan. Jika menyaksikan fenomena ini berulang kali, Bunda perlu mempertimbangkan untuk mencari tempat kerja yang lebih stabil.
4. Lingkungan kerja tidak menghargai batasan pribadi
Lingkungan kerja toksik biasanya mengaburkan batasan waktu kerja dan pribadi. Bunda mungkin diminta untuk menjawab e-mail malam hari atau bekerja pada akhir pekan.
Jika atasan atau rekan kerja mendorong Bunda untuk terus bekerja di luar jam kerja hingga membuat diri sendiri kelelahan, ini merupakan tanda serius bahwa tempat kerja tidak mendukung keseimbangan hidup Bunda.
5. Tidak transparan
Komunikasi terbuka merupakan ciri lingkungan kerja yang sehat. Sebaliknya, jika pimpinan sering menahan informasi penting atau membuat keputusan secara sepihak, ini akan memunculkan ketidakpercayaan di antara anggota tim.
Ketidaktransparanan akan membuat motivasi dan loyalitas karyawan menurun. Kalau Bunda telah mencoba meminta kejelasan dan tidak mendapatkan jawaban yang memadai, saatnya mempertimbangkan langkah untuk pindah.
6. Punya moral yang rendah
Suasana kerja yang penuh keluhan dan ketidakpuasan dapat mempengaruhi suasana hati. Lingkungan kerja toksik akan membuat keluhan menjadi hal yang biasa hingga menimbulkan ketegangan di tempat kerja.
Negativitas ini akan membuat Bunda merasa stres setiap kali berinteraksi dengan rekan kerja, mempengaruhi kesehatan mental, dan menurunkan produktivitas dalam bekerja.
7. Dipenuhi KKN dan favoritisme
Lingkungan kerja yang tidak sehat sering menunjukkan praktek favoritisme, seperti memberikan promosi kepada teman dekat atau kerabat yang tidak kompeten. Hal ini akan mematikan keragaman perspektif dan keadilan dalam organisasi.
Kalau Bunda menyadari bahwa kesempatan hanya diberikan kepada orang-orang tertentu tanpa alasan jelas, mungkin perlu mempertimbangkan langkah ke depan demi masa depan karir Bunda.
8. Tidak mendukung pertumbuhan karier
Janji manis untuk memberikan kesempatan pengembangan karir sering kali tidak ditepati di lingkungan kerja toksik. Bunda mungkin dijanjikan pelatihan atau promosi, namun tidak pernah direalisasikan.
Lingkungan kerja yang sehat akan mendukung Bunda untuk mengembangkan keterampilan dan belajar hal baru. Jika perusahaan tidak memiliki minat untuk mendukung pertumbuhan Bunda, mungkin perlu mencari tempat lain yang dapat menghargai potensi diri sendiri.
9. Membiarkan bullying dan pelecehan
Tempat kerja yang sehat seharusnya menjamin keselamatan dan kenyamanan setiap pekerjanya. Kalau lingkungan kerja mentoleransi pelecehan, perundungan, atau intimidasi, ini jelas menjadi tanda kantor yang sangat toksik.
Jangan ragu untuk segera melapor ke bagian HR jika Bunda mengalami perundungan atau pelecehan. Namun kalau kondisi tetap tidak berubah, ini merupakan sinyal kuat untuk segera keluar demi keselamatan diri sendiri.
10. Tidak menghargai Bunda
MIT Sloan menemukan bahwa rasa tidak dihargai menjadi indikator utama lingkungan kerja toksik. Ketika Bunda tidak diperlakukan dengan hormat, tak dihargai pendapatnya, atau sering diremehkan, tentu akan berdampak buruk pada kesehatan mental dan harga diri Bunda.
Jadi, tidak ada alasan untuk bertahan dalam lingkungan yang terus-menerus merendahkan Bunda. Kesehatan mental Bunda jauh lebih penting daripada bertahan dalam lingkungan yang tidak sehat.
Bertahan atau resign?
Kalau Bunda merasa mual setiap kali memikirkan pergi ke kantor, kemungkinan besar berada dalam lingkungan kerja yang toksik. Lingkungan seperti ini akan memicu stres, kecemasan, kelelahan, bahkan bisa mempengaruhi hubungan pribadi Bunda.
Jika Bunda sudah mencoba memperbaiki situasi dengan berkomunikasi dengan HR atau atasan, namun tidak ada perubahan signifikan, langkah resign bisa menjadi opsi terbaik untuk melindungi diri sendiri.
Dengan berpindah ke lingkungan kerja yang lebih sehat, Bunda memiliki kesempatan untuk berkembang, merasa dihargai, serta memiliki keseimbangan hidup yang lebih baik. Ingat, tidak ada pekerjaan yang sepadan dengan kesehatan mental dan fisik Bunda.
Mengenali tanda-tanda lingkungan kerja toksik akan membantu Bunda membuat keputusan dengan bijak demi masa depan yang lebih baik.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)