HaiBunda

MOM'S LIFE

Populer tapi Berisiko: Diet Keto Ternyata Bisa Meningkatkan Risiko Kanker

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Minggu, 27 Jul 2025 23:30 WIB
Ilustrasi diet keto/ Foto: Getty Images/SewcreamStudio

Bunda pernah atau sedang menjalani diet keto? Diet keto populer tapi berisiko pada kesehatan bahkan ada anggapan bahwa bisa meningkatkan risiko kena kanker.

Diet keto telah menjadi salah satu tren diet paling populer dalam beberapa tahun terakhir. Dengan janji penurunan berat badan cepat dan kestabilan gula darah, diet tinggi lemak dan sangat rendah karbohidrat ini banyak diikuti oleh Bunda yang ingin tampil lebih ramping.

Di balik popularitasnya, muncul peringatan dari ilmuwan mengenai risiko tersembunyi dari diet keto yang selama ini jarang disorot, yakni potensi peningkatan risiko kanker bagi para pelakunya.


Ingat Bunda, kanker masih menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, bersaing ketat dengan penyakit jantung dalam hal jumlah korban jiwa setiap tahun. Sementara pencegahan penyakit jantung kerap dikaitkan dengan perubahan gaya hidup sehat, pencegahan kanker masih menjadi tantangan besar.

Untuk itu, para ilmuwan terus berupaya menggali berbagai faktor yang mungkin berkontribusi terhadap risiko kanker, termasuk pola makan yang semakin banyak diadopsi masyarakat seperti diet keto. Sebuah studi terbaru dari peneliti di China yang menganalisis data dari survei jangka panjang di AS yang disebut National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) Amerika Serikat.

Hasil penelitian menemukan adanya hubungan signifikan antara diet keto dengan peningkatan risiko kanker. Studi ini diterbitkan dalam jurnal Nutrition and Cancer dan menjadi salah satu penelitian penting yang memaparkan sisi lain dari diet keto yang selama ini jarang dibicarakan secara terbuka.

Mengutip Eating Well, mari bahas mengenai diet keto dan hubungannya dengan peningkatan risiko kanker.

Kata penelitian soal diet keto dan risiko kanker

Penelitian yang disebutkan di atas menganalisis data dari hampir 44 ribu peserta NHANES antara tahun 2001 hingga 2018, dengan pembagian peserta cukup merata antara laki-laki dan peremepuan yang berusia di atas 20 tahun. Data yang digunakan meliputi informasi diet, riwayat kesehatan, demografi, dan apakah peserta pernah didiagnosis kanker oleh tenaga kesehatan.

Para peneliti menggunakan rasio ketogenik diet (DKR) untuk mengukur tingkat kemungkinan peserta memasuki kondisi ketosis berdasarkan asupan makronutrien mereka. Peserta dibagi ke dalam empat kelompok berdasarkan tingkat DKR mereka, dengan kelompok Q4 memiliki tingkat ketosis tertinggi dan Q1 terendah.

Analisis statistik dilakukan dengan penyesuaian faktor usia, jenis kelamin, etnis, tingkat pendidikan, pendapatan, status pernikahan, BMI, riwayat merokok, serta kondisi medis lain.

Peneliti menemukan bahwa semakin tinggi tingkat DKR peserta, semakin tinggi pula risiko kanker yang dialami. Tidak hanya pada satu atau dua jenis kanker, tapi pada semua jenis kanker secara umum.

Hal ini menunjukkan adanya asosiasi yang signifikan antara diet keto dengan peningkatan risiko kanker. Meski peneliti mengakui diet keto memiliki manfaat jangka pendek seperti membantu penurunan berat badan dan kestabilan gula darah, risiko jangka panjang dari diet ini dapat lebih besar dari manfaat yang diperoleh.

Salah satu alasan yang dicatat, adanya kemungkinan keton dalam tubuh dapat meningkatkan stres oksidatif, merusak sel, dan memicu risiko kanker. Selain itu, meskipun sel kanker umumnya menggunakan glukosa sebagai energi, beberapa sel kanker juga dapat memanfaatkan keton untuk bertahan hidup dan berkembang biak.

Penelitian ini juga menemukan adanya penurunan signifikan pada sifat antioksidan vitamin A, C, E, serta elemen seperti zinc, mangan, dan selenium seiring dengan peningkatan tingkat ketosis. Kekurangan nutrisi ini telah lama diketahui dapat meningkatkan risiko berbagai jenis kanker.

Batasan studi dan penerapannya untuk kehidupan sehari-hari

Salah satu keterbatasan studi ini adalah tidak adanya pengukuran ketosis secara langsung melalui pemeriksaan darah serta data yang bersifat self-reported sehingga memungkinkan adanya bias atau kesalahan informasi dari peserta, termasuk mengenai riwayat kanker mereka.

Meski demikian, hasil studi ini menjadi pengingat penting bagi masyarakat bahwa diet keto bukanlah solusi ajaib yang bebas risiko. Diet ini memang memiliki fungsi medis tertentu, seperti mengurangi kejang pada anak dengan epilepsi, namun untuk penggunaan umum sebagai diet penurunan berat badan, risiko jangka panjang perlu dipertimbangkan secara matang.

Studi ini menekankan pentingnya pola makan yang seimbang. Dengan konsumsi berbagai jenis makanan yang kaya antioksidan dan nutrisi penting untuk menurunkan risiko kanker.

Mengonsumsi makanan antiinflamasi seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, serta lemak sehat dapat menjadi langkah bijak untuk menjaga kesehatan sekaligus menekan risiko kanker. Selain itu, gaya hidup aktif dengan rutin bergerak, menjaga berat badan sehat, tidur cukup, mengelola stres, serta menghindari konsumsi alkohol dan rokok dapat menjadi langkah penting dalam pencegahan kanker secara menyeluruh.

Apakah diet keto masih aman?

Pakar nutrisi menekankan bahwa diet keto mungkin masih relevan untuk kondisi medis tertentu atau sebagai langkah penurunan berat badan dalam jangka pendek. Namun untuk penggunaan jangka panjang, risiko kanker dan kekurangan nutrisi penting perlu diperhatikan.

Jika ingin mengurangi konsumsi karbohidrat tanpa risiko keto yang ekstrem, Bunda bisa memilih pola makan rendah karbohidrat moderat yang tetap kaya protein, serat, serta vitamin dan mineral.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

Bikin Kenyang Lebih Lama, 7 Buah ini Cocok untuk Diet

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

5 Potret Romantis Olivia Jensen & Sang Suami yang Jarang Terekspose

Mom's Life Nadhifa Fitrina

9 Efek Samping Berhubungan Intim Setelah Haid

Kehamilan Melly Febrida

Populer tapi Berisiko: Diet Keto Ternyata Bisa Meningkatkan Risiko Kanker

Mom's Life Arina Yulistara

Gaya OOTD Salma Anak Atiqah Hasiholan & Rio Dewanto Curi Perhatian, Intip 5 Potretnya

Parenting Nadhifa Fitrina

5 Resep Tom Yum, Sup Asam Pedas asal Thailand yang Segar Banget

Mom's Life Amira Salsabila

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

9 Drama Korea Terbaru Agustus 2025, Terbaik Diprediksi Raih Rating Tinggi

5 Potret Romantis Olivia Jensen & Sang Suami yang Jarang Terekspose

Populer tapi Berisiko: Diet Keto Ternyata Bisa Meningkatkan Risiko Kanker

Gaya OOTD Salma Anak Atiqah Hasiholan & Rio Dewanto Curi Perhatian, Intip 5 Potretnya

9 Efek Samping Berhubungan Intim Setelah Haid

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK