HaiBunda

MOM'S LIFE

5 Penyebab Curah Hujan Meningkat Meski Masuk Musim Kemarau Agustus

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Kamis, 21 Aug 2025 13:25 WIB
Hujan di bulan Agustus saat kemarau/ Foto: Getty Images/justhavealook

Beberapa hari terakhir, hujan deras mengguyur sejumlah kota besar di Indonesia. Di Yogayakarta misalnya, banjir setinggi lutut orang dewasa merendam beberapa ruas jalan, termasuk di Jalan Menteri Supeno, Umbulharjo, pada Selasa (19/8/2025), seperti dilansir detikcom.

Padahal, bulan Agustus umumnya sudah memasuki musim kemarau yang berlangsung hingga Oktober. Namun, kenyataannya cuaca justru berbalik ekstrem, Bunda.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyoroti fenomena ini dan memprediksi curah hujan akan meningkat dalam waktu dekat. Dalam Prospek Cuaca Mingguan periode 19-25 Agustus, BMKG juga memperingatkan adanya potensi hujan sedang hingga lebat di berbagai wilayah, yang bisa disertai petir dan angin kencang.


Lantas, apa yang sebenarnya menyebabkan curah hujan meningkat di tengah musim kemarau Agustus? Dan bagaimana dengan prediksi cuaca di domisili Bunda? Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini!

Penyebab masih hujan di bulan Agustus

Mengutip buku Pengembangan Modul Pembelajaran Ilmu Kebumian Berbasis Kearifan Lokal Metanggawe karya Haslinda Viska, musim kemarau di Indonesia dipengaruhi angin muson timur dari Australia yang membawa udara panas dan kering. Sementara itu, musim hujan dipicu angin muson barat dari Asia yang membawa uap air hingga menimbulkan hujan di berbagai wilayah.

Nah, saat ini tengah terjadi fenomena yang disebut 'kemarau basah', yaitu curah hujan yang justru lebih tinggi dari biasanya. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa melemahnya Monsun Australia serta adanya aktivitas gelombang atmosfer menjadi penyebab utamanya.

Selain itu, ada lima faktor lain yang membuat hujan deras masih turun di bulan Agustus, Bunda. Berikut penjelasannya!

1. Dinamika atmosfer skala regional dan global

Salah satu penyebab hujan masih turun di musim kemarau adalah dinamika atmosfer yang sedang rumit, Bunda. Contohnya adalah fenomena global bernama Madden-Julian Oscillation (MJO), yaitu gelombang tropis yang bergerak di sekitar garis ekuator dan bisa memicu terbentuknya banyak awan hujan.

Tak hanya MJO, ada juga gelombang tropis lain seperti Gelombang Kelvin dan Rossby. Saat gelombang ini aktif, kondisi udara jadi tidak stabil sehingga udara naik ke atas dan terbentuklah awan hujan. Faktor inilah yang membuat hujan deras tetap turun di sejumlah wilayah meskipun musim kemarau berlangsung.

2. Suhu muka laut yang hangat

Suhu laut yang hangat juga dapat menjadi penyebab turunnya hujan di musim kemarau. Saat air laut memanas, penguapan meningkat sehingga uap air di udara semakin banyak. Uap inilah yang kemudian naik ke atmosfer, berkumpul, dan membentuk awan hujan.

Kondisi ini sangat umum terjadi di Indonesia karena wilayahnya yang dikelilingi lautan luas. Jadi, walaupun sedang musim kemarau, suhu permukaan laut yang hangat tetap bisa menyediakan kelembapan cukup untuk membentuk awan dan menurunkan hujan, Bunda.

3. Aktivitas sirkulasi siklonik dan zona konvergensi

Di musim kemarau, hujan bisa terjadi karena adanya pertemuan angin dari berbagai arah, yang dikenal sebagai zona konvergensi. Saat angin bertemu, udara terdorong naik ke atmosfer lalu membentuk awan hujan. Hal ini cukup sering muncul di wilayah Indonesia.

Selain itu, ada juga sirkulasi siklonik atau pusaran angin lokal. Perputaran angin ini ikut mendorong udara naik ke atas dan memicu terbentuknya awan konvektif sehingga hujan tetap turun meski sedang musim kemarau.

4. Pengaruh gelombang atmosfer low frequency

Gelombang berfrekuensi rendah atau low frequency juga ikut berperan dalam memunculkan hujan di musim kemarau, Bunda. Ketika gelombang ini aktif di wilayah tertentu, kondisi udara menjadi lebih labil sehingga awan hujan lebih mudah terbentuk. Akibatnya, hujan gerimis hingga lebat tetap mungkin turun di daerah yang dilewati gelombang tersebut.

5. Kondisi atmosfer yang masih labil

Alasan terakhir yang membuat hujan masih mungkin turun di musim kemarau adalah kondisi atmosfer yang belum benar-benar stabil. Saat atmosfer labil, perbedaan suhu antara lapisan bawah dan atas membuat udara mudah naik ke atas. Proses inilah yang kemudian membentuk awan hujan.

Ketidakstabilan tersebut biasanya dipengaruhi oleh interaksi berbagai fenomena atmosfer serta perubahan suhu permukaan laut. Alhasil, hujan deras tetap bisa terjadi meski kalender masih menunjukkan bulan Agustus.

Waspada curah hujan meningkat hingga akhir Agustus, siap-siap hujan lebat

BMKG memperingatkan bahwa curah hujan di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat dalam waktu dekat. Sejumlah daerah berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, bahkan bisa disertai petir dan angin kencang sepanjang 19-25 Agustus 2025.

Menurut BMKG, kondisi ini dipicu oleh kombinasi berbagai faktor atmosfer berskala global, regional, hingga lokal. Salah satunya adalah fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang kini berada di fase 3 di Samudra Hindia, sehingga mendorong pembentukan awan hujan khususnya di wilayah barat Indonesia.

Tak berhenti di situ, aktivitas atmosfer juga semakin aktif karena adanya gelombang tropis, seperti Gelombang Kelvin dan Mixed Rossby-Gravity, ditambah fenomena Outgoing Longwave Radiation positif yang menandakan meningkatnya aktivitas konvektif.

BMKG pun mendeteksi pusaran siklonik di Samudra Hindia barat Sumatra yang memengaruhi pola angin di sekitarnya. Perubahan arah dan perlambatan angin akibat pusaran ini meningkatkan peluang terbentuknya awan hujan.

“Adanya faktor-faktor tersebut membuat curah hujan bisa meningkat walau sebagian besar wilayah masih berada pada periode musim kemarau,” tulis BMKG di laman resminya, Senin (18/8/2025).

Selain MJO, indeks Dipole Mode yang kini berada di angka -0,84 juga memberi pengaruh besar karena membuat pasokan uap air di Samudra Hindia bagian barat Sumatra semakin melimpah. Bahkan, MJO diperkirakan akan menguat dan bergeser ke fase 4, memasuki wilayah Indonesia, Bunda.

Dari sisi domestik, BMKG turut mencatat aktivitas gelombang tropis yang cukup aktif di Lampung, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi, hingga sebagian Maluku. Sementara itu, gelombang low frequency masih konsisten terpantau di Sumatra bagian selatan, Jawa bagian barat, serta beberapa wilayah tengah dan timur Indonesia.

Lalu, alasan terakhir yang semakin memperbesar potensi hujan adalah sirkulasi siklonik di Samudra Hindia sebelah barat Sumatra. Fenomena ini memunculkan zona konvergensi yang membentang dari Lampung hingga perairan barat daya Banten.

Jalur konvergensi lain juga terpantau di Jawa Timur-Jawa Tengah, Laut Jawa, Sulawesi bagian tengah, Maluku hingga Teluk Tomini, serta wilayah pegunungan Papua sampai Papua Barat.

Melihat kondisi tersebut, BMKG mengingatkan masyarakat di wilayah terdampak agar lebih berhati-hati, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Potensi banjir dan genangan masih mungkin terjadi sehingga tetap berwaspadalah demi menjaga keamanan keluarga, ya, Bunda.

Prediksi cuaca mingguan di Indonesia hingga 25 Agustus 2025

Berdasarkan kondisi cuaca yang sedang dialami Indonesia saat ini, curah hujan rasanya tak terhindarkan, ya. Untuk itu, Bunda perlu mengetahui bagaimana prediksi cuaca di sekitar rumah agar aktivitas sehari-hari tetap lancar. Melansir laman resmi BMKG, berikut rangkuman prediksi cuaca mingguan di Indonesia untuk 19-25 Agustus 2025!

Periode 19-21 Agustus 2025

Pada rentang tanggal ini, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami cuaca berawan hingga hujan ringan. Akan tetapi, ada sejumlah daerah yang berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang, di antaranya:

  • Aceh, Sumatra Utara, Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Lampung
  • Banten dan DKI Jakarta
  • Bali dan NTB
  • Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan
  • Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara
  • Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Pegunungan, Papua, dan Papua Selatan

Selain itu, hujan lebat dengan kategori siaga yang berpotensi disertai kilat, petir, dan angin kencang diperkirakan terjadi di:

  • Kepulauan Riau
  • Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur
  • Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah
  • Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, dan Maluku
  • Papua Tengah

Sementara itu, potensi angin kencang juga muncul di beberapa wilayah, yaitu:

  • Kepulauan Riau
  • DKI Jakarta dan Jawa Barat
  • Bali, NTB, dan NTT
  • Gorontalo, Sulawesi Utara, dan Maluku
  • Papua Barat dan Papua Selatan

Periode 22-25 Agustus 2025

Memasuki periode ini, sebagian besar wilayah Indonesia diperkirakan mengalami cuaca cerah berawan hingga hujan ringan. Namun, hujan dengan intensitas sedang masih mungkin terjadi di sejumlah daerah, seperti:

  • Jambi dan Kepulauan Bangka Belitung
  • Jawa Barat
  • Kalimantan Barat, Tengah, Timur, dan Utara
  • Sulawesi Utara, Tengah, Barat, dan Tenggara
  • Maluku Utara dan Maluku
  • Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, dan Papua

Kemudian, potensi hujan lebat disertai kilat, petir, dan angin kencang juga masih ada. Wilayah dengan kategori siaga hujan lebat meliputi Sumatra Selatan, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

Lalu, untuk prediksi angin kencang tanpa hujan, kemungkinan akan terjadi di wilayah:

  • Bali, NTB, dan NTT
  • Sulawesi Selatan, Tengah, dan Utara
  • Maluku Utara dan Maluku
  • Papua Barat dan Papua Selatan

Nah, prospek atau prediksi cuaca di atas merupakan gambaran kondisi luas, ya. Untuk info lebih rinci, Bunda bisa mengakses laman BMKG, aplikasi infoBMKG, atau sosial media @infoBMKG.

Demikian penjelasan mengenai penyebab hujan deras yang terjadi di musim kemarau serta prediksi cuaca hingga 25 Agustus mendatang. Semoga bermanfaat, ya, Bunda!

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Simak video di bawah ini, Bun:

HUT ke-80 RI Usung Tema yang Penuh Harapan, Ini Maknanya Bun!

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Kerap Disebut Mirip, Ini Potret Almira Yudhoyono & Safeea Akhirnya Bertemu

Mom's Life Annisa Karnesyia

Herjunot Ali Kapok Hidup Hedon dan FOMO, Kini Lebih Bijak Kelola Uang

Mom's Life Tim HaiBunda

Kimmy Jayanti dan Suami Gelar Gender Reveal Jelang Persalinan Anak Ketiga, Intip Potretnya

Kehamilan Annisa Karnesyia

Amel Anak Sulung Ussy Sulistyawati Kuliah Kedokteran Hewan di IPB, Intip 5 Potret Terbarunya

Mom's Life Amira Salsabila

Ketahui 3 Jenis Vitamin yang Aman Dikonsumsi Anak Setiap Hari

Parenting Nadhifa Fitrina

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Momen Ramzi Perdana Rayakan HUT ke-80 RI Jadi Wakil Bupati, Gaya Istri & Anak Curi Perhatian

Penggunaan Kalkulator Kalendar China untuk Periksa Gender Kehamilan

Kimmy Jayanti dan Suami Gelar Gender Reveal Jelang Persalinan Anak Ketiga, Intip Potretnya

10 Resep Martabak Manis, Pakai Teflon hingga Mini

Herjunot Ali Kapok Hidup Hedon dan FOMO, Kini Lebih Bijak Kelola Uang

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK