HaiBunda

MOM'S LIFE

Mengenal Fenomena Job Hugging, Tren Baru Pekerja di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Arina Yulistara   |   HaiBunda

Senin, 15 Sep 2025 18:14 WIB
Ilustrasi job hugging/ Foto: Getty Images/Korrawin

In this economy, Bunda mungkin mulai khawatir terhadap karier. Namun Bunda berusaha tetap bertahan. Mungkin Bunda terdampak tren job hugging. Apa itu tren job hugging? Yuk bahas di sini.

Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, banyak pekerja lebih memilih bertahan pada pekerjaan yang mereka miliki ketimbang mencari peluang baru. Fenomena ini dikenal dengan istilah job hugging, sebuah tren yang menandai pergeseran prioritas dari mengejar ambisi ke arah menjaga keamanan kerja.

Kondisi pasar tenaga kerja yang melemah, meningkatnya persaingan, hingga kebijakan fiskal yang membebani perusahaan turut menjadi faktor pendorong tren tersebut. Mengutip Yahoo! dan CNBC International, tren job hugging muncul ketika pekerja merasa lebih aman mempertahankan posisi yang ada, meski mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan aspirasi karier jangka panjang mereka.


Fenomena ini mencerminkan bagaimana rasa tidak pasti terhadap masa depan membuat banyak orang menahan diri untuk tak mengambil risiko besar, seperti berpindah pekerjaan atau mencoba jalur baru dalam karier. Ketika biaya hidup meningkat, peluang kerja terbatas, dan tingkat inflasi menggerus daya beli, keamanan pekerjaan pun menjadi prioritas utama.

Di Inggris, tren ini semakin terlihat jelas setelah penurunan signifikan pada pasar tenaga kerja. Data dari platform HR Employment Hero menunjukkan bahwa sejak Desember 2024, tingkat ketenagakerjaan mengalami penurunan sebesar 0,9 persen dibanding bulan sebelumnya.

Kondisi tersebut cukup janggal, mengingat biasanya menjelang Natal sektor ritel dan perhotelan justru meningkatkan perekrutan. Situasi itu juga membuat banyak pekerja semakin enggan untuk mengambil risiko keluar dari pekerjaan mereka saat ini.

Pekerja lebih mementingkan keamanan daripada ambisi

Sebuah survei yang dilakukan Employment Hero menemukan bahwa 55 persen karyawan kini lebih mementingkan keamanan kerja daripada mengejar ambisi karier. Angka ini bahkan lebih tinggi di kalangan pekerja muda berusia 18 sampai 34 tahun dengan 65 persen mengaku memilih bertahan pada pekerjaan mereka. 

Lebih dari separuh kelompok usia ini juga merasa persaingan untuk mendapatkan pekerjaan baru terlalu ketat. Kevin Fitzgerald, Managing Director Employment Hero di Inggris, menjelaskan bahwa fenomena job hugging meningkat karena para pekerja berusaha 'bertahan dari badai' ekonomi.

Kebijakan kenaikan pajak bisnis dan kontribusi asuransi nasional turut memicu berkurangnya kepercayaan diri di kalangan pekerja maupun pengusaha.

“Kenaikan pajak ini menciptakan efek domino di seluruh sektor ekonomi,” jelas Kevin.

Kevin menambahkan bahwa kebijakan fiskal ke depan harus lebih berhati-hati agar tidak memicu reaksi berlebihan dari dunia usaha yang berimbas pada pasar tenaga kerja.

Dilema pekerja saat tren job hugging muncul

Nina Skero, ekonom sekaligus CEO Centre for Economics and Business Research (Cebr), menegaskan bahwa para pekerja kini berada dalam posisi sulit. Di satu sisi, pertumbuhan upah masih berjalan, tapi sisi lainnya inflasi terus mengikis nilai pendapatan mereka.

“Para pekerja menghadapi keseimbangan yang sulit, sementara pertumbuhan gaji tetap kuat, inflasi terus menggerogoti upah riil, dan kesempatan kerja semakin menipis,” ujarnya.

Fenomena job hugging juga terlihat dari semakin rendahnya tingkat turnover karyawan di beberapa sektor. Sebagai contoh, bank Lloyds baru-baru ini mengumumkan fokus baru pada budaya kerja berperforma tinggi untuk meningkatkan produktivitas.

Hal itu dilakukan karena karyawan cenderung bertahan lebih lama di perusahaan. Ini tanda jelas bahwa mobilitas tenaga kerja mengalami penurunan.

Tren job hugging terjadi di berbagai negara

Meski penelitian terbaru banyak menyoroti Inggris, fenomena job hugging sesungguhnya terjadi di berbagai negara. Dalam skala global, terutama setelah pandemi COVID-19, banyak pekerja menyadari pentingnya stabilitas kerja di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Perusahaan pun perlu memahami tren ini karena meski turnover rendah bisa terlihat positif, namun juga berisiko memunculkan stagnasi apabila karyawan terlalu 'nyaman' dan enggan berkembang.

Secara keseluruhan, job hugging mencerminkan dilema besar antara ambisi pribadi dan rasa aman ekonomi. Tren ini diperkirakan akan terus mewarnai dinamika pasar kerja, terutama jika kondisi global belum sepenuhnya pulih.

Bagi pekerja, tantangannya menemukan keseimbangan antara kebutuhan akan stabilitas dengan peluang pengembangan karier. Sementara bagi perusahaan dan pemerintah, penting untuk menciptakan iklim kerja yang tidak hanya aman, namun juga memberi ruang bagi pertumbuhan dan inovasi.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(som/som)

Simak video di bawah ini, Bun:

7 Tips Melamar Kerja untuk Fresh Graduate, Salah Satunya Bikin CV Menarik!

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Psikolog Harvard Ungkap 7 Kalimat yang Sering Diucapkan Orang dengan EQ Rendah

Mom's Life Amira Salsabila

Sibuk Kerja, Ini Potret Inara Rusli Quality Time Bareng Anak-anak

Parenting Amira Salsabila

5 Potret Pernikahan Penyanyi Feby Putri, Manglingi Kenakan Busana Bugis

Mom's Life Amira Salsabila

Tasya Farasya Gugat Cerai Ahmad Assegaf, Sidang Perdana 24 September

Mom's Life Amira Salsabila

Cerita Haru Jo Ahra Kakak Kyuhyun Super Junior, Melahirkan Bayi Kembar Empat setelah 8 Kali IVF

Kehamilan Amrikh Palupi

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Sibuk Kerja, Ini Potret Inara Rusli Quality Time Bareng Anak-anak

Psikolog Harvard Ungkap 7 Kalimat yang Sering Diucapkan Orang dengan EQ Rendah

5 Potret Pernikahan Penyanyi Feby Putri, Manglingi Kenakan Busana Bugis

Cerita Haru Jo Ahra Kakak Kyuhyun Super Junior, Melahirkan Bayi Kembar Empat setelah 8 Kali IVF

10 Resep Lauk Pendamping Sayur Asem, Makin Nikmat Penggugah Selera!

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK