
moms-life
5 Tips Agar Tak Didiskriminasi saat Jadi Perempuan Satu-satunya di Tempat Kerja
HaiBunda
Jumat, 15 Sep 2023 18:05 WIB

Budaya patriarki merugikan banyak perempuan dalam kehidupan sehari-hari, tak terkecuali dalam lingkup kerja. Tak jarang perempuan mendapat tindakan diskriminatif saat bekerja di antara mayoritas lelaki. Bagaimana ya, cara mengetasinya?
Gender tak sepatutnya jadi acuan profesionalitas seseorang, apalagi digunakan sebagai tolak ukur kemampuan. Misalnya saja, perusahaan yang bergerak di bidang IT mungkin didominasi laki-laki, tapi jika ada seorang wanita punya skill yang mumpuni untuk terjun ke bidang tersebut, kenapa tidak?
Bunda mungkin akan menjadi 'minoritas' di sini, tapi tindakan diskriminatif itu harus ditentang. Sebab, hal tersebut tentu bisa menciptakan tekanan tersendiri di luar pekerjaan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangan stres, Bunda. Ada beberapa tips yang bisa Bunda lakukan agar tidak mudah ditindas ketika menjadi wanita satu-satunya di kantor.
Tips agar tidak didiskriminasi saat jadi wanita satu-satunya di tempat kerja
1. Biasakan selalu terlibat
Dalam buku Talking from 9 to 5, ahli sosiolinguistik Georgetown Deborah Tannen menjelaskan bahwa laki-laki cenderung melakukan pendekatan percakapan dengan tujuan mencapai dominasi. Sebaliknya, perempuan cenderung melakukan pendekatan percakapan dengan tujuan mencegah orang lain mengambil posisi subordinat.
Laki-laki menyatakan fakta dan wanita memberikan pujian. Akibatnya, ketika laki-laki dan wanita berbincang, baik pengamat laki-laki maupun perempuan akan melaporkan bahwa laki-laki ‘memenangkan’ percakapan tersebut.
Bunda dapat mengatasi ‘diskriminasi’ ini dengan selalu terlibat dalam pembicaraan para laki-laki. Saat berbicara dengan laki-laki di tempat kerja, pastikan untuk tidak kehilangan percakapan.
Biasakan untuk hadir dalam percakapan dan menegaskan posisi Bunda. Biasakan bermain fakta ping-pong. Biasakan untuk muncul dan menyatakan kredensial Bunda.
Jika Bunda ingin menyampaikan pendapat, miliki fakta yang mendukungnya. Jika seseorang menilai Bunda, jangan hanya memberikan pujian, mainkan permainannya.
2. Jadi lebih aktif
Perempuan seringkali kehilangan kesempatan untuk tampil lebih pintar karena kita disosialisasikan untuk melakukan kurang aktif. Dalam The Curse of the Good Girl, Rachel Simmons menulis bahwa mulai dari usia muda, anak perempuan diberitahu bahwa mereka harus tampil sempurna.
Akibatnya, anak perempuan ragu untuk mengangkat tangan di kelas kecuali mereka yakin dengan jawabannya. Gadis-gadis ini tumbuh menjadi wanita yang ragu untuk berbicara di kelas dan rapat.
Hasilnya, teman laki-laki mendapat lebih banyak penghargaan karena mengajukan pertanyaan dan mempunyai ide-ide bagus. Selain itu, laki-laki juga mempunyai keuntungan karena mendapat lebih banyak masukan dari lingkungannya.
Untuk tampil lebih kompeten dan kreatif, belajarlah agar selalu aktif. Anggaplah Bunda merupakan laki-laki paling sombong di ruangan itu. Jangan khawatir orang lain menganggap apa yang Bunda katakan itu bodoh. Berani mencoba, itulah yang akan diingat orang-orang lainnya.
3. Belajar bertarung seperti laki-laki
Para laki-laki merasa seolah-olah perempuan yang bekerja dengan mereka secara acak bisa rewel tanpa alasan. Hal ini membuat banyak laki-laki enggan untuk terus bekerja sama dengan perempuan.
Persepsi negatif terhadap perempuan ini terjadi karena adanya miskomunikasi yang muncul dari gaya bertarung berbeda. Laki-laki tumbuh dengan perdebatan, secara fisik dan sebaliknya.
Mereka menjadi terbiasa terlibat satu sama lain melalui serangkaian konflik kecil demi mendominasi, untuk menyelesaikan masalah, atau sekadar urusan sepele.
Laki-laki juga menetapkan kode untuk pertarungan, perkelahian diumumkan terlebih dahulu, apa yang terjadi selama pertarungan (biasanya) tetap berada dalam batas-batas. Sebaliknya, perempuan tumbuh dengan belajar menghindari konflik.
Perempuan jarang bertengkar dan lebih dramatis. Akibatnya, laki-laki dan perempuan dewasa mempunyai ekspektasi yang berbeda mengenai frekuensi dan sifat.
Harapan-harapan yang berbeda ini dapat menyebabkan laki-laki menganggap perempuan tidak dapat diprediksi dan tak rasional. Untuk membangun reputasi sebagai orang yang rasional dan dapat diprediksi, belajarlah menganggap konflik sebagai olahraga.
Biasakan diri berperang dalam pertempuran kecil daripada menunggu pertempuran besar. Pelajari kode etik untuk bertarung secara adil.
Misalnya saja, beri tahu orang lain sebelumnya bahwa Bunda tidak akan sependapat dengan mereka. Yang terpenting, pisahkan perselisihan profesional dari hubungan pribadi.
4. Tidak berkomunikasi seperti gadis manja
Bagi wanita, ada ketegangan antara berbicara secara berwibawa dan menggunakan bahasa untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Menurut New York Times, ada alasan bagi perempuan menunjukkan keramahan, pola vokal ini merupakan alat ampuh untuk membangun hubungan.
Sayangnya, dalam lingkungan yang didominasi laki-laki, kebiasaan ini sering dianggap tidak aman, emosional, atau bodoh. Untungnya, Bunda dapat dengan mudah mencegah penilaian negatif ini.
Jika Bunda merasa kebiasaan vokal ‘manja’ sulit dihilangkan, rekam diri sendiri saat berbicara dan cari tahu apa yang perlu ditingkatkan. Catat intonasi yang naik dan turun di akhir kalimat.
Perhatikan penggunaan kata ‘suka’ dan ‘um’ yang berlebihan. Untuk mendapatkan poin bonus, tontonlah video wanita yang berbicara secara berwibawa dan berlatihlah terdengar seperti mereka.
5. Bersabarlah
Bersabarlah ketika menghadapi konflik dengan kolega kerja. Hindari meledakkan amarah di depan banyak orang, misalnya ketika ada perdebatan dalam meeting.
Coba latih kesabaran dan bicara dengan tenang. Bunda bisa melatih diri belajar mengatasi konflik langsung kepada orang yang bersangkutan maka akan terlihat lebih bijaksana.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(fia/fia)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Suami Tidak Dukung Karier Istri, Apa yang Harus Bunda Lakukan? Ikuti 5 Cara Berikut

Mom's Life
7 Jenis Freelance Job yang Cocok untuk Ibu Rumah Tangga, Bisa Tambah Cuan

Mom's Life
7 Tips Menyeimbangkan Karier dan Keluarga agar Bahagia dan Bebas Stres

Mom's Life
7 Hal yang Perlu Dipersiapkan Bunda Sebelum Kembali Bekerja Usai Melahirkan

Mom's Life
10 Tips Bekerja Sambil Urus Anak yang Minim Stres, Dicoba ya Bun
