Jakarta -
Anak mencontoh apa yang kita lakukan. Kalau kita sering makan gorengan dan jajanan tanpa memperhatikan nilai gizinya, jangan salahkan si kecil ya Bun kalau kemudian mereka malas makan makanan yang bergizi.
Susan Bachtiar, seorang ibu dan pemerhati pendidikan, mengatakan sampai saat ini dirinya tidak tahu rasanya terong karena tidak terbiasa makan terong. Penyebabnya adalah ibunya tidak suka terong, sehingga tidak pernah masak terong dan Susan pun jadi tidak termotivasi untuk makan terong, bahkan sampai sekarang.
Dari situlah Susan menarik kesimpulan bahwa sesuatu pada anak bisa terbawa sampai dewasa karena proses pembiasaan ataupun karena contoh dari orang tua. "Saya yakin kalau ibunya makan dengan baik, maka anaknya juga pasti bisa makan dengan baik bahkan anak sendiri akan berpikir dan mencontoh apa yang orang tuanya lakukan," kata Susan dalam konferensi pers Frisian Flag Indonesia Luncurkan Gerakan Nusantara 2017, di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Selasa (22/8/2017).
Baca juga:
Ketika Anak Nggak Mau Makan NasiMenurut Susan, masih ada orang tua yang minim pengetahuan soal gizi. Sering kali anak diberi makan yang penting kenyang, padahal kandungan gizi ynag lain kurang diperhatikan.
Karena itu perlu juga nih, peran pihak lain, misalnya saja guru untuk turut memastikan anak-anak mendapat asupan bergizi. Kata Susan, sosok guru bukan hanya sebagai pendidik secara akademis tapi juga dapat memberikan pendidikan yang lain, termasuk soal
gizi. Nah, kalau dari pihak sekolah, perlu juga nih memberi dukungan dengan menyediakan makanan yang bergizi buat murid-muridnya.
Soal gizi anak memang harus benar-benar kita perhatikan deh, Bun. Soalnya nih, menurut Ir. Ahmad Syafiq, MSc, PhD Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan FKM UI, sekitar sepertiga anak Indonesia masih mengalami stunting alias tinggi badan kurang dari standar akibat kekurangan gizi kronis.
Baca juga:
Cegah Stunting, Jangan Gampang Maklum Kalau Anak Kurus Ya, Bun"Dalam survei kami di Gerakan Nusantara, kami juga menemukan bahwa ternyata pengetahuan gizi dari anak-anak sekolah masih rendah. Kami telusuri lebih dalam ternyata pengetahuan gizi dari guru-gurunya juga masih kurang," ungkap Syafiq.
Karena itu pengetahuan tentang
gizi seimbang perlu diperbaiki, ketika para guru dan orang tua mengetahui pentingnya gizi anak maka akan mendasari sikap dan perilaku.
"Jika masalah gizi tidak segera diatasi, akan berdampak berbahaya. Di tengah persaingan global yang cukup ketat anak-anak kita akan banyak ketinggalan dengan bangsa lain. Kenapa? Karena fisik, intelektual yang terhambat dan kesehatan keseluruhan juga terganggu sudah tentu akan jadi beban untuk bangsa ini," papar Syafiq.
(Nurvita Indarini)