parenting
6 Tips Berkomunikasi yang Baik dengan Anak
Minggu, 27 Aug 2017 14:15 WIB
Jakarta -
Komunikasi dengan anak itu gampang-gampang susah ya. Terlalu keras ataupun terlalu lembut akan sama-sama berdampak kurang baik terhadap anak.
Nggak cuma itu, kadang sebagai orang tua, kita juga cuek dengan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa berdampak besar dalam tumbuh kembang anak. Nah, komunikasi yang baik dengan anak-anak adalah bagaimana mendorong anak untuk mau berbicara dengan orang tuanya. Sehingga anak dapat memberi tahu apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Sebaliknya, kita juga dapat benar-benar mendengarkan dan merespons terhadap segala hal. Jadi bukan hanya hal baik atau kabar baik, tapi juga kemarahan, rasa malu, kesedihan dan ketakutan.
Baca juga: Kata Susan Bachtiar, Menjadi Ibu Itu Perlu Kreativitas
Sama halnya dengan melatih keterampilan lain, berkomunikasi dengan anak juga bisa dilatih lho Bun. Nah, ini dia tips berkomunikasi yang baik dengan anak, sebagaimana HaiBunda kumpulkan dari berbagai sumber:
1. Dengarkan, Dengarkan, dan Dengarkan
Ketika anak ingin ngobrol, yuk kita berhenti sebentar dari kegiatan yang sedang dilakukan. Karena jika kita terus melakukan kegiatan, nanti akan berpikir bahwa kita tidak peduli dan tidak punya waktu terhadap mereka. Jangan sampai kita melewatkan perasaan khawatir dan ketakutan yang anak kita rasakan.
Tanpa sadari, mungkin kita hanya ingin didengar tanpa harus diberikan saran atau komentar. Untuk itu kita harus ingat untuk lebih banyak mendengar ya, Bun. Misalnya dengan berkata: "Coba beritahu Bunda lebih banyak", "Wow, terus?", "Iya Bunda ngerti tapi...", "Ya ampun masa begitu?", "Ayo ceritain, Bunda dengerin".
2. Jangan Berteriak karena Marah atau Frustasi
Wajar jika kita marah saat anak melakukan kesalahan. Tapi jangan membiasakan berteriak-teriak pada si kecil saat marah ya, Bun. Soalnya hal ini hanya akan menimbulkan trauma pada anak, membuatnya menjauh dan bahkan membenci kita sebagai orang tuanya karena perlakuan tersebut.
Penting sekali anak tahu kalau kita marah atas kesalahan yang dia lakukan. Tapi sebaiknya jangan diekspresikan dengan berteriak atau berkata dengan keras. Ketimbang begitu, akan lebih konstruktif jika kita mengajak anak berdiskusi, memberi tahu kesalahan dan konsekuensinya. Dengan begitu, anak-anak juga akan belajar untuk mendengarkan dan percaya saat kita berbicara kepada mereka dengan jujur dan tenang.
3. Jadi Sumber Penguat Anak
Bila anak-anak menceritakan semua hal yang mereka alami atau rasakan, mereka seharusnya merasa lega setelahnya. Bukan sebaliknya, malah merasa bersalah atau bahwa mereka adalah sumber kekecewaan bagi orang tuanya. Nah, mereka akan merasa bersalah ketika kita langsung menghakimi anak tanpa melihat persoalan dari berbagai sudut pandang.
Ketika si kecil mendatangi kita dengan masalah atau situasi, baiknya tawarkan telinga kita dan juga kata-kata penghiburan seperti, 'Bunda yakin kamu bisa Nak', 'Tiap masalah ada solusinya kok', 'Bunda di sini buat bantu kamu', 'Bunda juga pernah ngalamin lho waktu sekecil kamu'.
Baca juga: Kita Nggak Bisa Bandingkan Anak Kita dengan Anak Orang Lain'
4. Hindari Pertanyaan Beruntun
Ketika anak sedang membicarakan masalahnya dengan kita, kita upayakan untuk tidak mengambil alih obrolan ya, Bun, meskipun mungkin topiknya mengecewakan kita. Mungkin kita tergoda untuk membombardir anak dengan aneka pertanyaan yang membuat anak merasa tersudut dan tidak tahu harus mendapat penguatan dari mana.
Saat seperti ini, setelah banyak mendengar, baiknya kita tanya baik-baik mengapa hal tersebut bisa terjadi. Lalu kita tanya ke anak, bagaimana solusi yang bisa dilakukan. Nah, di sinilah kita berperan untuk membantu mengarahkan anak untuk mendapatkan solusi terbaik.
5. Jangan Pernah Malu Minta Maaf ke Anak
Jika kita mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang mungkin kurang baik di depan anak, yuk segera katakan maaf. Akui bahwa kita sebagai ibunya juga manusia dan bisa membuat kesalahan.
Kadang-kadang nih, meski kita yang berbuat salah, karena alasan gengsi kita malas minta maaf dan malah mencari kambing hitam. Jika ini masih kita lakukan, yuk kita buang kebiasaan buruk ini ya, Bun. Soalnya anak akan belajar dari hal-hal yang kita lakukan.
6. Cintai Mereka Apa Adanya
Katakan pada anak-anak bahwa kita mencintai mereka Bun. Jadi saat berbicara dengan anak kita jangan hanya membahas hal-hal seputar sekolah, nilai, dan aktivitas lainnya. Kita perlu menggali perbincangan dengan anak lebih dalam, bahkan yang sifatnya pribadi sekalipun. Dalam hal ini kita posisikan diri sebagai anak, bukan orang tua sehingga bisa berpikir jernih sebelum bereaksi.
Anak mengikuti perilaku orang tuanya, bagaimana kita mengekspresikan dan menangani diri kita biasanya akan menentukan bagaimana anak akan melakukannya juga. Anak-anak perlu belajar untuk berbagi lebih dari sekadar barang-barang mereka. Mereka perlu merasa nyaman berbagi perasaan, pikiran, dan gagasan mereka.
Baca juga: Biar Nggak 'Miskom', Abimana Biasakan Ngobrol dengan Anak-anaknya
Psikolog Elly Risman, Psi, beberapa waktu lalu menuturkan dirinya masih kerap menjumpai orang tua yang mengabaikan cara komunikasi yang baik pada anak.
Bentuk komunikasi negatif yang sering ditemukan adalah memanggil anak dengan panggilan negatif, menggunakan nada bicara tinggi memerintah dan tak memberikan waktu untuk mendengar anak.
"Secara teori kalau kita ngomong seperti itu akan melemahkan konsep diri, membuat anak diam, melawan, menentang, tidak peduli, dan sulit bekerja sama. Lalu ada yang kita curi dari anak kita juga yaitu kebiasaan berpikir, memilih, dan mengambil keputusan," kata Elly.
Untuk mencegah hal tersebut maka Elly menyarankan agar orang tua mulai memerhatikan cara berkomunikasi dengan anak. Turunkan frekuensi bicara dan perhatikan juga bahasa tubuh anak. (aml)
Nggak cuma itu, kadang sebagai orang tua, kita juga cuek dengan hal-hal kecil yang sebenarnya bisa berdampak besar dalam tumbuh kembang anak. Nah, komunikasi yang baik dengan anak-anak adalah bagaimana mendorong anak untuk mau berbicara dengan orang tuanya. Sehingga anak dapat memberi tahu apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Sebaliknya, kita juga dapat benar-benar mendengarkan dan merespons terhadap segala hal. Jadi bukan hanya hal baik atau kabar baik, tapi juga kemarahan, rasa malu, kesedihan dan ketakutan.
Baca juga: Kata Susan Bachtiar, Menjadi Ibu Itu Perlu Kreativitas
Sama halnya dengan melatih keterampilan lain, berkomunikasi dengan anak juga bisa dilatih lho Bun. Nah, ini dia tips berkomunikasi yang baik dengan anak, sebagaimana HaiBunda kumpulkan dari berbagai sumber:
1. Dengarkan, Dengarkan, dan Dengarkan
Ketika anak ingin ngobrol, yuk kita berhenti sebentar dari kegiatan yang sedang dilakukan. Karena jika kita terus melakukan kegiatan, nanti akan berpikir bahwa kita tidak peduli dan tidak punya waktu terhadap mereka. Jangan sampai kita melewatkan perasaan khawatir dan ketakutan yang anak kita rasakan.
Tanpa sadari, mungkin kita hanya ingin didengar tanpa harus diberikan saran atau komentar. Untuk itu kita harus ingat untuk lebih banyak mendengar ya, Bun. Misalnya dengan berkata: "Coba beritahu Bunda lebih banyak", "Wow, terus?", "Iya Bunda ngerti tapi...", "Ya ampun masa begitu?", "Ayo ceritain, Bunda dengerin".
2. Jangan Berteriak karena Marah atau Frustasi
Wajar jika kita marah saat anak melakukan kesalahan. Tapi jangan membiasakan berteriak-teriak pada si kecil saat marah ya, Bun. Soalnya hal ini hanya akan menimbulkan trauma pada anak, membuatnya menjauh dan bahkan membenci kita sebagai orang tuanya karena perlakuan tersebut.
Penting sekali anak tahu kalau kita marah atas kesalahan yang dia lakukan. Tapi sebaiknya jangan diekspresikan dengan berteriak atau berkata dengan keras. Ketimbang begitu, akan lebih konstruktif jika kita mengajak anak berdiskusi, memberi tahu kesalahan dan konsekuensinya. Dengan begitu, anak-anak juga akan belajar untuk mendengarkan dan percaya saat kita berbicara kepada mereka dengan jujur dan tenang.
3. Jadi Sumber Penguat Anak
Bila anak-anak menceritakan semua hal yang mereka alami atau rasakan, mereka seharusnya merasa lega setelahnya. Bukan sebaliknya, malah merasa bersalah atau bahwa mereka adalah sumber kekecewaan bagi orang tuanya. Nah, mereka akan merasa bersalah ketika kita langsung menghakimi anak tanpa melihat persoalan dari berbagai sudut pandang.
Ketika si kecil mendatangi kita dengan masalah atau situasi, baiknya tawarkan telinga kita dan juga kata-kata penghiburan seperti, 'Bunda yakin kamu bisa Nak', 'Tiap masalah ada solusinya kok', 'Bunda di sini buat bantu kamu', 'Bunda juga pernah ngalamin lho waktu sekecil kamu'.
Baca juga: Kita Nggak Bisa Bandingkan Anak Kita dengan Anak Orang Lain'
4. Hindari Pertanyaan Beruntun
Ketika anak sedang membicarakan masalahnya dengan kita, kita upayakan untuk tidak mengambil alih obrolan ya, Bun, meskipun mungkin topiknya mengecewakan kita. Mungkin kita tergoda untuk membombardir anak dengan aneka pertanyaan yang membuat anak merasa tersudut dan tidak tahu harus mendapat penguatan dari mana.
Saat seperti ini, setelah banyak mendengar, baiknya kita tanya baik-baik mengapa hal tersebut bisa terjadi. Lalu kita tanya ke anak, bagaimana solusi yang bisa dilakukan. Nah, di sinilah kita berperan untuk membantu mengarahkan anak untuk mendapatkan solusi terbaik.
5. Jangan Pernah Malu Minta Maaf ke Anak
Jika kita mengatakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang mungkin kurang baik di depan anak, yuk segera katakan maaf. Akui bahwa kita sebagai ibunya juga manusia dan bisa membuat kesalahan.
Kadang-kadang nih, meski kita yang berbuat salah, karena alasan gengsi kita malas minta maaf dan malah mencari kambing hitam. Jika ini masih kita lakukan, yuk kita buang kebiasaan buruk ini ya, Bun. Soalnya anak akan belajar dari hal-hal yang kita lakukan.
6. Cintai Mereka Apa Adanya
Katakan pada anak-anak bahwa kita mencintai mereka Bun. Jadi saat berbicara dengan anak kita jangan hanya membahas hal-hal seputar sekolah, nilai, dan aktivitas lainnya. Kita perlu menggali perbincangan dengan anak lebih dalam, bahkan yang sifatnya pribadi sekalipun. Dalam hal ini kita posisikan diri sebagai anak, bukan orang tua sehingga bisa berpikir jernih sebelum bereaksi.
Anak mengikuti perilaku orang tuanya, bagaimana kita mengekspresikan dan menangani diri kita biasanya akan menentukan bagaimana anak akan melakukannya juga. Anak-anak perlu belajar untuk berbagi lebih dari sekadar barang-barang mereka. Mereka perlu merasa nyaman berbagi perasaan, pikiran, dan gagasan mereka.
Baca juga: Biar Nggak 'Miskom', Abimana Biasakan Ngobrol dengan Anak-anaknya
Psikolog Elly Risman, Psi, beberapa waktu lalu menuturkan dirinya masih kerap menjumpai orang tua yang mengabaikan cara komunikasi yang baik pada anak.
Bentuk komunikasi negatif yang sering ditemukan adalah memanggil anak dengan panggilan negatif, menggunakan nada bicara tinggi memerintah dan tak memberikan waktu untuk mendengar anak.
"Secara teori kalau kita ngomong seperti itu akan melemahkan konsep diri, membuat anak diam, melawan, menentang, tidak peduli, dan sulit bekerja sama. Lalu ada yang kita curi dari anak kita juga yaitu kebiasaan berpikir, memilih, dan mengambil keputusan," kata Elly.
Untuk mencegah hal tersebut maka Elly menyarankan agar orang tua mulai memerhatikan cara berkomunikasi dengan anak. Turunkan frekuensi bicara dan perhatikan juga bahasa tubuh anak. (aml)