Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Mengintip Kehidupan Anak-anak Suku yang Tinggal di Lingkungan Ekstrem

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Senin, 04 Sep 2017 13:21 WIB

Walau tinggal di tempat dengan kondisi lingkungan ekstrem, anak-anak ini bisa menikmati nyamannya suasana bersama keluarga.
Anak-anak Eskimo./Foto: Danita Delimont Photography
Jakarta - Rumah memang menjadi tempat kita untuk 'pulang' karena suasananya yang nyaman. Terlebih saat bisa kumpul bareng keluarga ya. Nah, buat anak-anak di suku ini, kondisi lingkungan ekstrem nggak menghalangi mereka tetap merasakan kehangatan sama keluarganya.

Siapa aja mereka dan gimana kisahnya? Ini dia rangkumannya seperti dihimpun HaiBunda dari berbagai sumber.

1. Anak-anak Suku Tuareg di Gurun Sahara

Kalau dengar kata gurun yang terlintas di pikiran kita pasti suhu yang sangat ekstrem panasnya ya, Bun. Eits, jangan salah meskipun di siang hari suhunya sangat panas, di gurun kalau malam anginnya berasa menusuk tulang alias dingin banget, lho! Nah, anak-anak suku Tuareg tinggal di sebuah tenda dengan keluarganya. Lalu, mereka berpindah-pindah tempat atau nomaden. Orang tua mereka bekerja sebagai pedagang.

Ada yang bikin menarik dari suku Tuareg ini Bun di mana mereka memiliki Hari Penamaan Anak. Hari perayaan ini dilaksanakan seminggu setelah lahirnya sang anak. Sehari sebelum perayaan, sesepuh dari pihak keluarga ibu melakukan ritual keliling tenda sang ibu dan memberikan bayi nama 'rahasia' dalam bahasa Tamacheq.
Anak-anak Suku Tuareg./Foto: Bernus EstateAnak-anak Suku Tuareg./Foto: Bernus Estate

Keesokan harinya, rambut bayi dicukur dan 'marabout'-- kalau di Indonesia sama dengan ustadz -- serta ayahnya memberikan nama bayi diambil dari Al Quran. Setelah namanya diumumkan, barulah dilaksanakan sembelih kambing. Malamnya diadakan acara lanjutan yang seru-seru seperti balap unta, makan-makan dan menari.

Dalam keluarga, ayah memegang peran penting dalam menegakkan kedisiplinan pada anak-anaknya. Namun, hingga sekarang, sebagian besar orang tua suku Tuareg melarang anaknya untuk sekolah. Hal ini karena letak sekolahnya di Nigeria dan merupakan sekolah sekuler (non-relijius). Selain itu mereka kurang cocok dengan kebijakan pemerintah. Karena sebagian besar orang-orang suku Tuareg muslim, maka para orang tua mendidik anaknya dengan Al Quran.

Sehari-hari, anak-anak suku Tuareg ini bermain olahraga seperti main bola dan gulat tradisional. Untuk hiburannya, anak-anak biasanya membuat mainan atau boneka. Wah kreatif banget ya anak-anak suku Tuareg!

Baca juga: Melihat Pola Asuh Anak dari Suku-Suku Terpencil di Dunia

2. Anak-anak Eskimo di Kutub

Dari tempat yang ekstrem panas sekarang beralih ke tempat yang dinginnya ekstrem . Pasti kita semua tahu kan kalau suhu di kutub sangat dingin. Nah para keluarga eskimo ini menghangatkan anak-anak mereka di dalam igloo, rumah tinggal yang terbuat dari balok es. Namun, beberapa suku eskimo kini tinggal di sebuah tenda yang terbuat dari kulit binatang.

Anak-anak Eskimo./Foto: Danita Delimont PhotographyAnak-anak Eskimo./Foto: Danita Delimont Photography


Anak-anak diajari berburu binatang, karena makanan utama mereka rata-rata adalah daging. Apa semuanya daging? Iya Bun hampir setiap hari mereka makan daging demi mempertahankan suhu tubuhnya. Jadi, mereka harus mengonsumsi banyak protein dan lemak hewani. Biasanya, anak-anak diajari memancing ikan di lubang es dan berburu walrus atau anjing laut.

Anak-anak Eskimo ini biasanya dilindungi dengan pakaian yang tebalnya berlapis-lapis. Untuk anak yang masih berusia balita, biasanya sang ibu menggendongnya di belakang punggung. Hal ini merupakan tradisi dari para ibu suku Eskimo.

3. Anak-anak Mongol di Kaki Pegunungan Himalaya

Sebagian besar orang Mongol bekerja sebagai pedagang dan peternak domba dan kuda. Orang Mongol hidup nomaden dan dalam grup yang biasanya terdiri dari 2-3 keluarga. Jarak tempat tinggal antar grup biasanya 32 km. Rumahnya yang disebut 'Yurts' adalah sebuah tenda dari kulit-kulit binatang.

Anak Mongol yang Merawat Kuda Pacuan./Foto: Johannes Eisele PhotographyAnak Mongol yang Merawat Kuda Pacuan./Foto: Johannes Eisele Photography


Nah yang menarik dari anak-anak Mongol ini mereka senang bermain puzzle, selain itu mereka senang berolahraga seperti memanah, balap kuda, gulat dan main tebak-tebakan. Dari semua permainan dan olah raga tadi mereka menggunakan properti, lho. Iya, propertinya berupa tulang-tulang binatang. Tulang-tulang tersebut bisa digunakan dalam lomba lari estafet, untuk target permainan melempar dan untuk tebak-tebakan berapa jumlah tulang yang ditumpuk. Ada-ada saja tapi kreatif juga ya, Bun hi hi hi.

Sejak usia dini, anak-anak Mongol diajarkan menghormati orang tua mereka. Lalu, diajarkan kemampuan bertahan hidup seperti cara mengumpulkan bangkai kering binatang untuk menyalakan api unggun, cara memerah susu sapi, memanah dan cara memasak serta menjahit. Anak-anak Mongol memang nggak sekolah. Tapi, orang tua mereka tetap mendidik anaknya supaya berperilaku baik.

Baca juga: Sederet Manfaat Bermain di Luar Rumah Bagi Anak-anak

4. Anak-anak Suku Indian di Sungai Amazon

Sungai Amazon terkenal dengan binatang dan tumbuhan yang beranekaragam dan aneh-aneh ya, Bun. Mulai dari piranha, ikan lele yang bisa memangsa manusia, buaya sampai yang pernah dijadikan film, Anaconda, ular raksasa yang panjangnya lebih dari 5 meter. Waduh, ngeri banget ya. Tapi, seganas-ganasnya alam Amazon masih ada lho manusia yang menghuninya.

Hingga sekarang kurang lebih ada 400-500 suku Indian Amazon (Amerindian) yang tinggal di hutan hujan tropis Amazon. Hanya 50 dari jumlah semua suku, benar-benar nggak tersentuh dari pengaruh dunia luar. Jadi mereka super primitif. Nah, suku-suku tersebut nggak menyekolahkan anaknya ke sekolah formal, melainkan belajar dari pengalaman para tetua suku.

Anak Suku Indian di Amazon Memanen Pisang./Foto: Alice Kohler PhotgraphyAnak Suku Indian di Amazon Memanen Pisang./Foto: Alice Kohler Photgraphy


Anak-anak suku biasanya dirawat ibu, sedangkan para ayah biasanya berburu hewan seperti rusa, monyet, tapir dengan panah tiup yang dilumuri racun. Namun, untuk urusan memancing, karena mereka hidup di tepi sungai Amazon, maka ayah ibu hingga anak harus bisa memancing. Keren ya kecil-kecil udah jago mancing!

Mereka yang tinggal di alam ini sangat menghargai kelestarian alam. Untuk menjaganya agar tetap lestari, mereka menanam berbagai macam tumbuhan. Hasil panennya digunakan untuk makanan dan obat-obatan. Bagi beberapa suku, hanya para ibu saja yang bercocok tanam.

Berbeda dengan suku Indian yang sudah tersentuh dengan dunia luar di mana anak-anak disekolahkan. Karena di sekolah mereka juga ada anak Amerika Utara, jadi bahasa yang digunakan bahasa Spanyol dan bahasa Inggris. Karena tinggal di dekat sungai, anak-anak di sini bermain kano, sejenis perahu kayu kecil yang digerakkan dengan dayung. (aci)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda