Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Anak Dicolek-colek Orang Lain, Berarti Pelecehan Seksual?

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Kamis, 28 Sep 2017 08:00 WIB

Ketika anak berkata dirinya dicolek-colek orang lain, pasti kita langsung 'parno' ya, Bun. Duh, jangan-jangan pelecehan seksual.
Anak Dicolek-colek Orang Lain, Berarti Pelecehan Seksual?/ Foto: thinkstock
Jakarta - Gara-gara sering mendengar ada kabar pelecehan seksual pada anak, tentu kita jadi 'parno' saat anak bilang dirinya dicolek-colek orang lain. Apalagi kalau yang mencolek adalah orang yang baru pertama bertemu. Karena colek pipi itu bisa bermakna lucu, yang berarti anak dianggap menggemaskan atau sekadar candaan. Namun bisa jadi dianggap pelecehan seksual jika dilakukan oleh orang asing tanpa seizin orang tua.

Baca juga: Bun, Dampak Kekerasan Seksual pada Anak Itu Nggak Main-main

Yuk, Bun, perhatikan beberapa hal lain sebelum kita menilai suatu colekan itu pelecehan seksual atau bukan.

1. Lokasi Sentuhan

Lokasi sentuhan atau colekan ini sangat penting untuk diketahui orang tua. Nggak cuma diketahui, namun orang tua juga harus sensitif jika anak memang tidak suka disentuh atau dicolek pada bagian wajahnya.

"Dari awal perjelas ke anak, kira-kira boleh nggak orang lain nyolek pipi si anak? Lalu dari orang tua sendiri perjelas siapa aja yang boleh pegang atau sentuh dia, beritahu juga keluarga dan teman sekitar soal ini sehingga mereka nggak kaget kalau-kalau memang si anak tidak mau dicolek," ungkap psikolog yang akrab disapa Nina ini.

Nah sebagai tindakan pencegahan supaya anak terhindar dari pelecehan seksual, perjelas juga ke anak bahwa ada beberapa area yang sama sekali tidak boleh disentuh orang lain, termasuk orang tua dan keluarga, seperti dada, alat kelamin dan bokong.

Hanya beberapa orang dan alasan tertentu saja area ini boleh disentuh orang lain seperti dokter, dan jika orang tua ingin menyentuh pun jelaskan bahwa Bunda misalnya ingin membersihkan kotoran pada area tersebut. Sehingga anak punya 'tameng' dan tahu bahwa area-area ini pantas atau tidak jika disentuh orang lain.

Tapi kembali lagi, Nina mengatakan soal colek-mencolek ini tergantung nilai keluarga, jadi Bunda dan suami lah yang bisa menyatakan bahwa anak boleh dicolek pipinya atau tidak.

Anak Dicolek-colek Orang Lain, Berarti Pelecehan Seksual?/Anak Dicolek-colek Orang Lain, Berarti Pelecehan Seksual?/ Foto: ilustrasi/thinkstock

2. Jenis Sentuhan

Jelaskan ke anak Bun berbagai jenis sentuhan seperti pegangan tangan, dicolek, disentuh, dibelai, dipukul, dicubit. Sehingga, jika amit-amitnya si kecil kejadian kena pelecehan seksual, anak bisa jelaskan detail pada area mana ia disentuh dan jenis sentuhan seperti apa yang dia alami.

Baca juga: Si Kecil Perlu Tahu 4 Area Pribadi di Tubuhnya

3. Siapa yang Melakukan


Kebijakan soal siapa yang boleh dan tidak dalam menyentuh si kecil adalah merupakan hak paten keluarga. Bunda dan suami bisa perjelas siapa yang boleh dan tidak untuk menyentuh atau mencolek si kecil, sekecil colekan apapun itu. Baik itu dari keluarga mau pun di luar keluarga harus diketahui oleh Bunda maupun suami.

"Jika anak dicolek di depan ibu atau ayahnya dan yang mencolek juga bagian keluarga seperti tante, om, sepupu, teman atau teman Bunda sendiri dan suami, jelaskan dan kenalkan ke anak bahwa 'ini om A, teman Bunda' atau 'ini tante B, sepupu kita'. Jadi anak juga kenal bahwa yang mencoleknya masih lingkungan yang ia kenal," tutur Nina saat ngobrol dengan HaiBunda.

Tapi ingat ya Bun, anak punya hak atas tubuhnya sendiri. Jika anak memang tidak suka disentuh atau dicolek ya jangan paksakan dan malah bilang 'alah kamu nih cuma dicolek aja'. Hal ini bisa-bisa membuat anak tidak bisa membedakan mana yang boleh dicolek, siapa saja yang mencolek, alias menjadikan masalah ini jadi 'abu-abu'.

"Terkadang ibunya sendiri malah meremehkan soal colekan ini karena ia tahu bahwa keluarga sendiri yang mencolek, dan ketika anak dicolek (oleh keluarga) ibu merasa aman saja," tutur Nina.

Padahal anak sudah bilang kalau nggak suka dicolek, dicubit pipi dan sebagainya. Nina mengatakan, orang tua tetap harus mengajarkan anak untuk 'menolak' secara asertif jika memang tidak suka dicolek, dibelai di pipi atau disentuh bagian lainnya. Misalnya, kita bisa ajarkan anak untuk berbicara seperti 'Duh Tante, aku nggak suka dicolek-colek,'.

Atau jika anak masih belum berani bicara dan kita sudah merasa mimik aneh dari si kecil ketika dicolek, kita juga bisa kok mewakilkan seperti 'Eh maaf nih, anakku kurang suka dicolek atau dibelai pipinya. Maaf ya'.

"Yang penting kita ngomongnya juga secara asertif dan baik-baik. Kalau orang tersebut tetap maksa nyolek atau apa karena alasan gemas baru kita mulai kasih peringatan ke orang itu," tutup Nina.

Baca juga: Merawat Anak yang Jadi Korban Kekerasan Seksual (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda