Jakarta -
Apakah makan bersama jadi 'ritual' di keluarga Bunda? Jika iya, tentu Bunda merasakan banyak manfaatnya ya. Dari kegiatan ini kita bisa bertukar cerita dengan suami dan anak. Nggak heran kalau makan bersama disebut sebagai cara mudah dan murah untuk qulity time bareng keluarga.
Kegiatan makan bersama keluarga belakangan jarang dilakukan, terutama keluarga yang berada di kota-kota besar. Padahal makan bersama itu baik sarapan, makan siang maupun makan malam merupakan quality time yang paling sederhana sekaligus mudah lho, Bun, untuk dilakukan biar kehangatan keluarga tetap terjaga.
Tapi kadang ada beberapa anak yang sudah takut atau malas ikut makan bareng keluarganya. Ini karena anak-anak biasanya malas jika ditanya perihal yang tidak ingin mereka jawab atau pertanyaan-pertanyaan repetitif (berulang) yang membuat anak seperti diinterogasi atau pertanyaan orang tuanya
Pertanyaan berulang yang sering dan anak paling takuti misalnya: gimana tadi di sekolah? Belajar apa saja? Dapat nilai berapa? Gimana pelajaran A? Dan sebagainya yang lebih menyusuri pada kegiatan rutin.
Baca juga:
Bersama dengan Anak, Tapi Benarkah Kita Sudah Bonding dengannya?Psikolog Wikan Putri Larasati MPsi, dari Biro Psikologi Castra Tangerang mengatakan orang tua perlu memahami bahwa tujuan dari quality time adalah mempererat hubungan atau keterikatan
emosional dengan anak.
"Karena itu, pertanyaan yang diajukan oleh orang tua seharusnya adalah pertanyaan-pertanyaan yang menggali aspek emosi atau perasaan anak, dan bukan sekadar pertanyaan yang menyasar soal rutinitas dan fakta saja," papar Wikan.
Nah, Wikan mencontohkan beberapa pertanyaan yang menggali soal perasaan yang bisa kita tanyakan ke anak saat makan bareng sekeluarga, misalnya:
1. Apa kejadian yang membuatmu merasa senang atau bersemangat hari ini?
2. Kok kamu kayaknya senang banget hari ini? Ada apa, Nak?
3. Apa ada kejadian yang membuatmu merasa sedih atau kesal atau tidak nyaman beberapa hari ini?
4. Kenapa kamu murung, Nak?
5. Mama atau papa lihat kamu belajar sungguh-sungguh tadi malam untuk ujian hari ini, bagaimana perasaanmu setelah selesai mengerjakan ujiannya? Kalau sudah ada nilainya, orang tua bisa bertanya, "Bagaimana perasaanmu setelah mendapatkan nilai itu, Nak?".
6. Senang nggak tadi jalan sama teman-temannya?
Wikan mengatakan, orang tua juga harus mengingat bahwa quality time berarti memberikan perhatian penuh kepada anak. Oleh karena itu, pastikan bahwa orangtua melakukan kontak mata pada saat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut ya, Bun.
"Orang tua perlu menanggapi cerita anak dengan netral terlebih dahulu, dan tidak langsung menghakimi, agar anak bisa lebih terbuka dan leluasa dalam menceritakan persoalan yang dihadapinya," tutur Wikan.
Apabila orangtua terlalu menghakimi, anak cenderung menutup diri dan menolak untuk bercerita lebih lanjut. Dan ingat, Bun, selama quality time, pastikan orangtua memberikan perhatian penuh tanpa terganggu oleh gadget seperti hp, laptop atau
televisi.
"Apabila perhatian orangtua terbagi, maka anak akan merasa tidak signifikan dan berharga, sehingga keterikatan emosional antara orangtua dan anak tidak terbentuk," tutup Wikan.
Jadi suruh ayah, kakak atau adik dan termasuk Bunda untuk taruh sementara semua
gadget atau tidak makan sambil menonton televisi ya, Bun, biar kualitas quality time benar-benar didapat.
Baca juga:
Begini Akibatnya Jika Orang Tua Jarang Ngobrol dengan Anak (aml)