Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Ini Soal Konsep 'Saya Adalah Bagian Keluarga' untuk Anak

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Jumat, 01 Dec 2017 10:01 WIB

Anak memang bagian dari keluarga. Tapi, ada kalanya anak harus punya prinsip kalau dia adalah dirinya sendiri.
Ini Soal Konsep 'Saya Adalah Bagian Keluarga' untuk Anak/ Foto: thinkstock
Jakarta - Anak memang bagian dari keluarga. Untuk itu, nggak jarang ketika orang tua melakukan kesalahan, anak pun ikut-ikutan dicap buruk. Misalnya aja, ketika ayah atau bundanya tersangkut kasus, anak juga ikut disebut si anak pencuri atau si anak penipu.

Nah, dalam kondisi kayak gini, bukan nggak mungkin anak jadi kesal atau bahkan benci sama orang tuanya yang udah melakukan tindakan nggak benar, Bun. Untuk itu, psikolog keluarga Dessy Ilsanty menekankan kita perlu menanamkan ke anak kalah dia harus punya individualitas.

"Jadi selain anak punya konsep dia adalah bagian keluarga, dia juga dirinya sendiri. Ketika ada kasus yang menimpa anggota keluarganya, anak tahu dia bagian dari keluarga itu tapi dia nggak selalu dan nggak harus jadi si keluarga itu. Ada saatnya anak adalah dirinya," tutur Dessy ditemui usia Perayaan 95 Tahun Frisian Flag Indonesia di Gandaria City, Jakarta Selatan, baru-baru ini.


Konsep kayak gini juga bisa membuat anak mengakui bahwa ya itu adalah keluarganya meskipun ada nilai-nilai yang nggak sesuai sama pendapat dia. Pada kasus anak yang jadi benci sama orang tuanya yang berbuat kesalahan, kata Dessy itu umumnya karena anak dianggap sama dengan orang tua mengingat anak adalah bagian dari keluarga tersebut.

"Nah, di situ diperlukan kemampuan anak untuk step out. Jadi oke dia keluarga saya tapi dia bukan saya. Sehingga, anak bisa membawa nama keluarga tapi dibawa juga tuh individualitasnya," tambah Dessy.

Kemampuan kayak gini, Bun, dimiliki anak yang ketika ayahnya tersandung kasus, contohnya sampai dipenjara, tapi kesehariannya bisa berjalan dengan baik. Di satu sisi, dia tetap menghargai ayahnya karena memang dia lah anak sang ayah. Tapi, di sisi lain dia nggak masalah ketika mendapat cap negatif karena anak yakin ayahnya bukanlah dia. Ya, tanpa menghapus kalau si ayah adalah bagian dari keluarganya.

"Anak bisa berpikir ya dia memang kesel sama behaviour ayahnya, tapi itu tidak mewakili keluarga dia, dirinya dan si ayah tetap ayahnya. Yang agak keliru itu anak berpikir 'Dia ayah saya berarti dia adalah saya. Saat ayah melakukan kesalahan, berarti saya juga melakukannya,'. Kan nggak gitu," tutur Dessy.
(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda