Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Menghadapi Fase Saat si Kecil Selalu Bilang 'Ini Punyaku'

Radian Nyi Sukmasari   |   HaiBunda

Selasa, 19 Dec 2017 09:02 WIB

Drama pun dimulai saat si kecil bilang 'ini punya aku'...
Ilustrasi anak main/ Foto: Nurvita Indarini
Jakarta - Kalau punya anak usia batita (di bawah tiga tahun) biasanya fase 'apa-apa punya aku' udah mereka alami nih, Bun. Ya, semua barang tiba-tiba jadi milik anak dan ketika dipinjam, anak nggak membolehkannya. Kesal nggak, Bun? He-he-he.

Itulah yang saya rasakan ketika keponakan yang umurnya tiga tahun lagi mengalami masa apa-apa punya dia. Barang yang bukan punya dia pun diakui jadi miliknya. Ketika kita pinjam atau minta barang itu, waduh, bisa dipegang erat sama dia. Bahkan sampai drama banget si keponakan saya ini nangis-nangis karena dia merasa barang miliknya sudah direbut.

"Ya ampun, Nak. Padahal itu barang bukan punya kamu," ucap saya dalam hati. Kesal banget nggak sih, Bun, ketika anak mulai memasuki fase ini? Jangankan barang, kadang bundanya aja dipegang sama anak lain atau lagi menggendong bayi lain, langsung dipeluk dan disebut 'Ini bunda aku'. Huft!

Bicara soal masa-masa anak bilang segala sesuatu adalah miliknya, psikolog perkembangan di Boston University Peter Blake bilang aku dan punyaku adalah beberapa kata pertama yang umum dipakai anak-anak. Walaupun kata pertama mereka bisa berupa ayah atau ibu, tapi anak-anak bisa dengan cepat menyadari kalau mereka dapat mengklaim sesuatu dengan memakai kata bolaku, mainanku, atau kueku.



Sementara itu, psikolog perkembangan di University of Michigan, Susan Gelman bilang meskipun dalam fase 'apa-apa ini punyaku' anak terlihat menyebalkan, sebenarnya mereka cerdas lho, Bun. Soalnya, kata Susan anak sedang mempelajari konsep abstrak tentang ikatan tak terlihat seseorang terhadap sesuatu.

Nah, ngobrol soal kepemilikan anak, ada studi yang dilakukan Susan sama temannya Nicholaus Noles nih. Jadi, anak-anak dikasih dua mainan berbeda dan dikasih tahu kalau satu mainan adalah milik si anak. Pas mainan itu ditukar, anak-anak tahu, Bun, mana mainan punya mereka dan bahkan mainan itu dijaga banget.

"Untuk menyikapi anak yang mengaku apa-apa miliknya, kita bisa menerapkan aturan. Jadi, katakan dengan tegas mana barang yang milik anak dan yang bukan. Terus, sampaikan juga kalau anak mau pakai barang yang bukan miliknya, dia harus minta izin untuk meminjam. Pastinya, ini bisa kita lakukan dengan memberi mereka contoh bagaimana cara meminjam barang orang lain," kata Susan dikutip dari Parents.

Lalu, kalau memang akan ada anak lain yang berkunjung dan ada barang atau mainan favorit anak, akan lebih aman untuk menyimpan mainan itu, Bun. Susan bilang, wajar kalau anak jadi super agresif ketika ada mainan kesayangannya yang tiba-tiba diambil anak lain walaupun sebenarnya anak lain hanya ingin meminjamnya. Karena kembali lagi, anak-anak bisa aja belum terlatih untuk meminta izin saat hendak meminjam barang milik orang lain.



"Lalu jangan paksa anak untuk mau berbagi. Karena, konsep ini mesti dipelajari anak pelan-pelan dan ketika kita melatih anak berbagi, jangan dipaksa karena itu justru membuat mereka nggak suka berbagi," tutur Susan.

Bicara soal berbagi pada batita, psikolog anak dan keluarga dari Tiga Generasi Anna Surti Ariani atau akrab disapa Nina bilang anak batita memang belum mengerti konsep berbagi. Dengan kata lain, tahap tumbuh kembang anak belum mencapai hal itu. Kalau anak belum mau berbagi, jangan dipaksa dan coba ciptakan momen untuk dia berbagi, Bun.

Kita juga perlu tahu, Bun, kalau ada hal lain yang memang bisa membuat anak batita belum mau berbagi sesuatu dengan teman atau orang di sekitarnya. Pertama, bisa saja si anak belum tahu perilaku berbagi yang bisa dia lakukan dalam pertemanan. Sebab, selama ini kebetulan si teman sudah memiliki mainannya masing-masing misalnya.

"Sehingga, anak merasa tidak perlu berbagi. Atau, seringkali mainannya direbut sama saudaranya. Sehingga, dia tidak pernah merasakan 'kedamaian' ketika memainkan mainannya. Untuk itu, ketika ia memiliki mainan sendiri, maka cenderung ogah meminjamkan ke orang lain atau saudaranya," kata Nina dikutip dari detikHealth. (rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda